Sunday, July 11, 2004

Agama Tanpa Simbol ???

ditulis sepulang melangkah di kedubes prancis berbulan lalu

Tentang Simbol
Percaya atau tidak, setiap dari kita harusnya menyadari bahwa segala hal merupakan simbol. Manusia tidak bisa saling memahami bila mereka tidak mulai belajar bahasa. Bahasa yang dipelajari manusia, apakah itu bahasa verbal maupun non verbal, terdiri dari simbol-simbol. Setelah simbol-simbol tersebut disepakati sebagai representasi dari suatu hal yang sama, persepsi akan simbol ini kemudian tersebar dan diajarkan. Simbol-simbol tersebut dipelajari dan digunakan secara luas. Bahkan, yang diajarkan Allah SWT pertama kali pada Nabi Adam adalah nama-nama benda.
Nama-nama benda adalah simbol verbal. Masing-masing kode auditori yang tersusun menjadi kata yang merepresentasikan benda tertentu tersebut adalah simbol verbal. Bahkan verb- asal kata verbal itu sendiri adalah kata benda dalam bahasa inggris. Atau dengan kata lain, bagi kita, nama benda. Semakin banyak benda baru yang diciptakan manusia, makin bertambah jumlah simbol verbal yang ktia pelajari.
Kemudian ada lagi simbol non verbal. Simbol non verbal merupakan tanda-tanda visual yang bisa kita dipersepsikan lewat informasi yang masuk melalui indra penglihatan. Seorang pengendara bisa mengetahui kemana ia harus menuju dan mengetahui apa yang harus dihindari dengan melihat tanda-tanda yang terpasang dijalan. Dan, seorang bayi mampu bertahan hidup dan menjadi cerdas, setelah ia memahami berbagai simbol yang ada disekitarnya.
Manusia yang makin beranjak dewasa kemudian memahami berbagai simbol verbal dan non verbal untuk bisa berkomunikasi satu dengan yang lain. Dan dunia hidup dengan rangkaian simbol yang menghidupkannya. Seperti halnya sebuah benda yang menjadi berarti setelah kita mengetahui kegunaannya, sebuah simbol menjadi berarti setelah manusia menyepakati maknanya dan mempersepsikan hal yang sama untuk satu simbol.
Yang belum banyak dipahami adalah bahwa ada dua hal yang diperlukan manusia untuk dapat berkomunikasi dan saling mengerti, yaitu simbol dan tanda (sign). Simbol dan tanda merupakan dua hal yang berbeda. Simbol berguna untuk berkomunikasi, dan tanda merupakan pembeda.
Mungkin pembahasan mengenai hal ini agak sulit. Hal ini karena keduanya merupakan hal kongkrit yang dalam tulisan ini dikupas ke-abstrak-annya. Simbol merupakan sesuatu yang netral. Apa yang diwakili oleh simbol tersebut -tanda- barulah memiliki makna pembeda. Simbol baru bisa menjadi tanda saat pemaknaan yang diberikan oleh suatu benda disepakati sebagai sebuah tanda. Seperti misalnya simbol x yang dipasang di depan suatu pintu merupakan tanda bahwa pintu tersebut dilarang dimasuki. Kita ulang lagi, simbol merupakan suatu hal yang netral, namun representasi dari simbol tersebut -tanda- lah yang menjadi pembeda.
Tanda, yang kita pahami sebagai pembeda itu, bisa memberi petunjuk. Sebuah tanda yang sangat sederhana kemudian memberi informasi yang cukup banyak. Jumlah muatan informasi yang berada dibalik suatu tanda tergantung dari seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki seseorang. Pengetahuan yang diabstraksi dari suatu tanda inilah yang menjadikan suatu tanda bermakna.
Dalam Al Qur’an, furqan- pembeda, hanya diberikan kepada orang yang diberi Allah petunjuk. Pembeda ini berguna untuk memahami tanda-tanda tentang apa saja yang benar dan hal apa yang salah. Namun konteks ini tidak akan dibahas lebih jauh. Kita akan membatasi tulisan ini tentang makna simbol dan apa hubungannya dengan agama.
Sekarang, mengapa tulisan ini diberi judul agama tanpa simbol ?. Semua hal dapat dipahami manusia dengan adanya simbol. Manusia dapat mengambil pengetahuan tentang agama pun dengan bantuan simbol-simbol yang ada. bahasa yang ada dalam Al Quran terdiri dari simbol-simbol. Seperti halnya sebuah buku dapat dipahami manusia dengan bantuan simbol huruf yang terangkai menjadi kata yang memiliki makna yang menyusun pengetahuan kita.
Jadi kesimpulannya, mencoba memahami sesuatu tanpa simbol sama seperti memaksakan diri untuk menghirup udara di ruang hampa. Tidak mungkin. Dan ini adalah postulat yang absolut.

Tentang Agama
Agama bukanlah suatu entitas independen yang berdiri sendiri. Agama terdiri dari berbagai dimensi yang merupakan satu kesatuan. Masing-masingnya tidak dapat berdiri tanpa yang lain. seorang ilmuwan barat menguraikan agama ke dalam lima dimensi komitmen. Seseorang kemudian dapat diklasifikasikan menjadi seorang penganut agama tertentu dengan adanya perilaku dan keyakinan yang merupakan wujud komitmennya. Ketidakutuhan seseorang dalam menjalankan lima dimensi komitmen ini menjadikannya religiusitasnya tidak dapat diakui secara utuh. Kelimanya terdiri dari perbuatan, perkataan, keyakinan, dan sikap yang melambangkan (lambang=simbol) kepatuhan (=komitmen) pada ajaran agama. Agama mengajarkan tentang apa yang benar dan yang salah, serta apa yang baik dan yang buruk.
Agama berasal dari Supra Ultimate Being, bukan dari kebudayaan yang diciptakan oleh seorang atau sejumlah orang. Agama yang benar tidak dirumuskan oleh manusia. Manusia hanya dapat merumuskan kebajikan atau kebijakan, bukan kebenaran. Kebenaran hanyalah berasal dari yang benar yang mengetahui segala sesuatu yang tercipta, yaitu Sang Pencipta itu sendiri. Dan apa yang ada dalam agama selalu berujung pada tujuan yang ideal. Ajaran agama berhulu pada kebenaran dan bermuara pada keselamatan. Ajaran yang ada dalam agama memuat berbagai hal yang harus dilakukan oleh manusia dan tentang hal-hal yang harus dihindarkan. Kepatuhan pada ajaran agama ini akan menghasilkan kondisi ideal.

Mengapa ada yang Takut pada Agama?
Mereka yang sekuler berusaha untuk memisahkan agama dari kehidupan sehari-hari. Mereka yang marxis sama sekali melarang agama. Mengapa mereka melakukan hal-hal tersebut? Kemungkinan besarnya adalah karena kebanyakan dari mereka sama sekali kehilangan petunjuk tentang tuntunan apa yang datang dari Tuhan. Entah mereka dibutakan oleh minimnya informasi yang mereka dapatkan, atau mereka memang menutup diri dari segala hal yang berhubungan dengan Tuhan.
Alasan yang seringkali mereka kemukakan adalah agama memicu perbedaan. Perbedaan tersebut menimbulkan konflik. Mereka memiliki orientasi yang terlalu besar pada pemenuhan kebutuhan untuk bersenang-senang, sehingga mereka tidak mau mematuhi ajaran agama yang melarang mereka melakukan hal yang menurutnya menghalangi kesenangan mereka, dan mereka merasionalisasikan perbuatan irasional mereka itu dengan justifikasi sosial-intelektual. Mereka menganggap segi intelektual ataupun sosial memiliki nilai keberhargaan yang lebih. Akibatnya, mereka menutup indera penangkap informasi yang mereka miliki dan hanya mengandalkan intelektualitas yang serba terbatas.
Mereka memahami dunia dalam batas rasio saja. Logika yang mereka miliki begitu terbatasnya, hingga abstraksi realita yang bersifat supra-rasional tidak mereka akui. Dan hasilnya, mereka terpenjara dalam realitas yang serba empiri. Semua harus terukur dan terhitung. Walaupun mereka sampai sekarang masih belum memahami banyaknya fungsi alam yang bekerja dalam mekanisme supra rasional, keterbatasan kerangka berpikir yang mereka miliki menegasikan semua hal yang tidak dapat ditangkap secara inderawi.
Padahal, pembatasan diri dalam realita yang hanya bersifat empiri hanya akan membatasi potensi manusia itu sendiri. Dan hal ini menegasikan tujuan hidup yang selama ini diagungkan para penganut realita rasio-saja, yaitu aktualisasi diri dan segala potensinya.
Agama, dengan sandaran yang kuat pada realitas supra rasional, membebaskan manusia untuk mengambil segala hal yang terbaik yang dapat dihasilkannya dalam hidup. Semua-apakah hal itu bersifat empiri-terukur, maupun yang belum dapat diukur. Empirisme bukanlah suatu hal yang ditolak agama. Agama yang benar, yang bersifat universal, mencakup segi intelektual yang luas, yang diantaranya adalah empirisme. Agama tidak mereduksi intelektualitas manusia dengan membatasi kuantitas maupun kualitas suatu idea. Agama yang benar, memberi petunjuk pada manusia tentang bagaimana potensi manusia dapat dikembangkan dengan sebesar-besarnya. Dan sejarah telah membuktikan hal tersebut.
Kesalahan yang dibuat para penilai agama-lah yang kemudian menyebabkan realita ajaran ideal ini menjadi terlihat buruk. Beberapa peristiwa sejarah yang menonjol mereka identikan sebagai kesalahan karena agama. Karena keyakinan pada ajaran agama. Padahal, kerusakan yang ditimbulkan adalah justru karena jauhnya orang dari ajaran agama. Kerusakan itu timbul saat agama-yang mengajarkan kemuliaan- disalahgunakan oleh manusia pelaksananya untuk mencapai tujuan yang terlepas dari ajaran agama itu sendiri, terlepas dari pelaksanaan keseluruhan dimensinya.

Mengapa takut pada simbol agama?
“Religion is a purposed act toward a perfect end or ideal”
Bila setiap orang memahami tujuan beragama, maka realita simbolik yang dilakukan seorang pemeluk agama bukanlah suatu hal yang menakutkan. Malah, menunjukkan kedamaian. Seseorang yang menampilkan dirinya dalam tanda-tanda yang menunjukkan bahwa ia adalah seorang penganut agama tertentu, bukanlah pengobar perang. Sebaliknya, ia adalah penunjuk dan penanda perilaku ideal.
Namun kenyataan indah ini direduksi dalam penjara informasi yang buruk. Mari kita lihat contoh yang menonjol dari timur tengah. Palestina, dengan gerakan intifadhahnya merupakan contoh yang amat baik tentang sebuah perjuangan mulia. Mereka yang ditindas oleh konspirasi yahudi-amerika-pbb yang amat kuat, tetap hidup dengan adanya gerakan perlawanan tanpa henti yang dilakukan oleh setiap individu dengan pengorbanan yang penuh-nyawa. Perjuangan yang mereka lakukan ini lebih pedih daripada perjuangan kemerdekaan negara kita sampai akhirnya proklamasi dikumandangkan. Banyak diantara kita yang terlupa bahwa dahulunya para penegak negara inipun melakukan perjuangan yang sama. Dengan batu, kerikil, bambu runcing dan nyawa. Dahulu kita mengalami hal yang hampir serupa. Bagaimana dulu penjajahan belanda-jepang-portugis menguasai nusantara? Mereka didukung oleh seluruh kekuatan barat. Dahulu tidak ada yang tahu bahwa indonesia itu ada. Dahulu, para pahlawan negara ini pun mereka sebut agresor dan ekstrimis bukan? Dan serangan tanpa takutlah yang dulunya membebaskan negara ini dari penjajahan. Demikian halnya yang kini tengah dilakukan di Palestina. perjuangan menuju kemerdekaan. Perjuangan menuju kepemilikan kembali tanah mereka yang dikuasai Israel secara sepihak. Tanah air kita pun dulu hanya diakui sebatas jawa saja, bahkan, saat bung karno dan bung moh. hatta diasingkan, pemerintahan berjalan darurat di bukit tinggi, tanpa pengakuan kewilayahan. Kita-lah yang mengakui kemerdekaan dan keberadaan negara kita sendiri dan memperjuangkannya agar tetap berdiri. Demikian hal yang sama dilakukan oleh rakyat Palestina. Namun pemberitaan barat menyatakan lain. mereka menulis umat Islam sebagai pembom bunuh diri. Dan ini menakutkan bagi banyak orang. benar-benar reduksi realita yang teramat buruk dan keji. Apa yang dilakukan oleh media barat ini serupa dengan yang dilakukan media belanda tentang perjuangan rakyat indonesia dahulu. Indonesia bisa jadi kini tidak ada, bila tanpa perjuangan Hassan Al Banna dan kawan-kawan yang meminta agar pemerintah Mesir mengirimkan surat pengakuan kemerdekaan Indonesia. Pengakuan pemerintah Mesir-lah yang akhirnya membuat negar-negara lain mengakui kemerdekaan Indonesia dan mendesak Belanda untuk mengakhiri penjajahannya.
Reduksi realita juga dilakukan dalam penyusunan sejarah. Hal ini bisa kita lihat dari catatan kemerdekaan negara kita yang dalam beberapa ensiklopedi barat bukanlah tanggal 17 Agustus 1945. itu hanya satu contoh saja. Kemudian, Islam, sering ditulis dalam sejarah sebagai pasukan keji yang melakukan pembantaian tanpa alasan. Kesalahan sengaja yang dibuat dalam pencatatan sejarah ini mengakibatkan trauma tanpa alasan yang tidak bisa disembuhkan pada masyarakat barat dalam persepsi mereka akan Islam. Kesalahan dalam persepsi ini mengakibatkan semua yang berkaitan dengan Islam dikonotasi dalam kerangka yang buruk.
Itulah mengapa akhirnya sebagian masyarakat khawatir pada segala hal yang mencerminkan kepatuhan pada ajaran Islam. Kesalahan persepsi ini menyebabkan jatuhnya berbagai undang-undang yang mendiskreditkan Islam. Bahkan jilbab, yang merupakan satu bagian kecil dari pelaksanaan ajaran agama kemudian dilarang di Prancis karena dianggap sebagai simbol.
Reduksi kebebasan besar-besaran ini membuat kening kita berkerut. Mengapa sampai terjadi di negara yang menggaungkan kebebasan, semangat egaliterian dan persaudaraan, sebuah pengekangan terhadap kebebasan berpakaian. Padahal tidak pernah ada larangan untuk yang tidak berpakaian-yang secara norma mundial- jelas-jelas melanggar susila dan memicu penyimpangan sosial yang sangat berat.
Mengapa ? telah begitu besarnya-kah reduksi realita yang terjadi hingga begitu membuat bodoh para pengambil kebijakan di Prancis. Hingga perbuatan mulia –menutup aurat- yang merupakan upaya yang seharusnya mendapat penghargaan sosial yang tinggi, kemudian dilarang? Padahal perbuatan mengenakan jilbab merupakan perbuatan yang menunjukkan self awareness dan social responsibility yang tinggi, yang membuat perbuatan bejat seperti pelecehan seksual dapat dihindari. Padahal, perilaku menutup aurat dengan baik ini juga meninggikan derajat wanita dan membebaskannya dari penilaian fisik semata. Padahal, perilaku mengenakan jilbab ini membuat aman mereka yang mengenakannya dan juga aman bagi mereka yang melihatnya. Mengapa perilaku yang begitu mulia ini kemudian dihindarkan dari masyarakat? Mengapa dilarang?


Keutamaan Al Qur’an dalam menjaga stabilitas Ruhani

(oleh : Hikmah R)
Manusia diciptakan Allah dalam tiga dimensi, yaitu dimensi jasad, dimensi aql, dan dimensi ruh. Setiap dimensi itu harus dijaga kestabilannya secara seimbang dan terus menerus. Salah satu kegiatan untuk menjaga stabilitas jasad adalah makan secara seimbang. Sedangkan untuk menjaga stabilitas aqal salah satunya adalah dengan membaca segala ilmu pengetahuan dan teknologi yang juga secara terus menerus pada setiap harinya dari kegiatan manusia tersebut.
Adapun untuk menjaga stabilitas ruhani, salah satunya adalah dengan melakukan interaksi dengan sumber utama ketentraman ruhani, yaitu Al Qur’an. interaksi dengan Al Qur’an dalam menjaga stabilitas ruhani dapat berupa kegiatan membaca dan juga menghafalkannya dengan penguasaan yang baik tentang hukum-hukum tajwid dan komitmen harian dengan wirid-wirid dari kandungannya.
Ada berbagai keutamaan Al Qur’and alam menjaga stabilitas ruhani, diantaranya adalah Al Qur’an dapat mengenalkan manusia kepada tuntutan yang harus dilakukannya, membangkitkan berbagai nilai untuk pembersihan jiwa, menerangkan hati, mengingatkannya, menyempurnakan fungsi syariat dalam mencapai penghambaan kepada Allah.
Ibnu Abbas berkata ; Rasulullah Saw bersabda : “Sesungguhnya seseorang yang di dalam dadanya tidak ada Al Qur’an, maka ia bagaimakn rumah yang rusakdan kosong (At Tirmidzi). Sedangkan Abu Musa r.a berkata, bersabda Nabi Saw; “Rawatlah (jagalah) benar-benar Al Qur’an ini. Demi Allah yang jiwa Muhammad ada di tanganNya, Al Qur’an itu lebih cepat terlepasnya daripada unta dari tali ikatannya (Bukhari, Muslim). Jadi Al Qur’an itu lebih cepat dilupakannya melebihi dari larinya unta yang terlepas dari tali ikatannya.
Al Qur’an dapat berfungsi dengan baik jika dalam membaca dan menghafalkannya disertai dengan adab-adab batin dalam perenungan, khusyu, dan tadabur. Imam al Ghazaly menjelaskan, ada sepuluh amalan dalam tilawah Al Qur’an, yaitu :
1. memahami keagungan dan ketinggian firman, karunia Allah, dan kasih sayangNya kepada mahluk dalam menurunkan Al Qur’an dari ‘Arsy kemuliaanNya ke derajat pemahaman makhlukNya.
2. mengagungkan Mutakalim (Allah). Seseorang yang membaca dan menghafal Al Qur’an diharuskan menghadirkan keagungan Allah di dalam hatinya dan mengetahui dengan sebenar-benarnya bahwa apa yang dibacanya bukanlah pembicaraan manusia, dan bahwa membaca kalam Allah itu diperlukan kesucian hati agar bisa memperoleh makna-maknanya. Bila seseorang telah menghadirkan dalam pikirannya segala ciptaan jagad raya ini, dan mengetahui penciptanya adalah Allah yang satu dimana semua mahluk berada dalam genggaman kekuasaanNya, maka akan terhadirkan pengagungan Allah
3. kehadiran hati dan meninggalkan bisikan jiwa. Kehadiran hati ini lahir dari apa yang ada sebelumnya yaitu mengagungkan Allah. Dalam Q.S. Maryam : 12, Allah berfirman : “Wahai Yahya, ambillah kitab ini dengan kekuatan” maksudnya, adalah mengambil dengan serius dengan berkonsentrasi penuh dalam membacanya dan mengarahkan perhatian hanya kepadanya. Sebagian kaum salaf apabila membaca satu ayat tetapi hatinya tidak bersama dengannya, maka ia mengulanginya lagi.
4. Tadabbur. Dalam membaca Al Qur’an disunahkan dengan tartil, karena di dalam tartil, secara zhahir memungkinkan tadabbur dengan batin. Ali R.A. berkata: “tidak ada kebaikan dalam ibadah tanpa pemahaman di dalamnya, dan tidak ada kebaikan pada bacaan tanpa tadabbur di dalamnya. Mentadaburi itu adalah membacanya dengan berulang-ulang yaitu ayat: “Jika engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hambaMu.” (Al Maidah : 118). Tadabbur bisa diartikan melakukan perenungan terhadap satu ayat secara mendalam, dan tidak beralih ke ayat berikutnya sebelum menemukan hakikat dari ayat tersebut.
5. Tafahum. Yaitu mencari kejelasan dari setiap ayat secara tepat karena Al Qur’an meliputi berbagai masalah tentang sifat-sifat Allah, perbuatan-perbuatanNya, ihwal para Nabi, ihwal para pendusta dan bagaimana mereka dihancurkan, perintah-perintahNya, larangan-laranganNya, surga dan juga Neraka. Metodologi tafahum (pemahaman mendalam) bertujuan utnuk menguak pintunya, bukan untuk mendapatkan semuanya. Barangsiapa tidak memiliki pemahaman tentang apa yang terkandung dalam Al Qur’an sekalupun dalam tingkatan yang paling rendah, maka ia masuk ke dalam kategori firman Allah dalam Q.S. Muhammad ayat 16.
6. Meninggalkan hal-hal yang dapat menghalangi manusia untuk dapat memahami makna-makna Al Qur’an, yaitu :
a) Perhatian yang hanya tertuju kepada penunaian bacaan huruf-hurufnya saja, sehingga perenungannya hanya pada makharijul huruf.
b) Taqlid pada salah satu mazhab yang didengarnya, terpaku padanya, dan fanatik, sehingga hanya mengikuti apa yang didengar tanpa berusaha memahami bashiroh dan musyahadah.
c) Berterus menerus dalam dosa atau sikap sombong terjangkit hawa nafsu dunia yang dapat merupakan sebab timbulnya kegelapan dan juga hasrat hati. Hati ibarat cermin, nafsu syahwat ibarat kotoran, sedangkan makna-makna Al Qur’an ibarat gambar yang terlihat di cermin.
d) Hanya meyakini makna-makna al Qur’an yang telah disebutkan dari orang-orang tertentu saja, seperti Ibnu Abbas dan juga hanya membaca yang zahir. Tidak menerima orang yang menafsirkan Al Quran dengan pendapatnya sendiri.
7. Takhshish. Yaitu menyadari bahwa diri kita merupakan sasaran yang dituju oleh setiap ayat (nash) yang ada di dalam Al Qur’an. jika mendengar suatu perintah atau laranga, maka ia memahami bahwa perintah atau larangan itu ditujukan kepada dirinya. Demikian pula jika mendengar janji atau ancaman. Tentang kisah-kisah, nabi & rasul, atau orang-orang terdahulu, ebagai pelajaran yang harus diambil. Al Qur’an tidak diturunkan untuk Rasulullah saja, tetapi menjadi penawar, petunjuk, rahmat, dan cahaya bagi seluruh alam semesta. Allah memerintahkan semua manusia untuk mensyukuri nikmat Al Qur’an dalam firmanNya : Q.S. 2 : 231, Q.S. Al Anbiya : 110, Q.S. 16 : 44, Q.S. 47 : 3, Q.S. 3 : 138, Q.S. 6 : 19. Muhammad bin Ka’ab Al Qurthubi berkata : “Orang yang telah sampai Al Qur’an kepadanya sama dengan orang yang diajak bicara oleh Allah”. Jika menyadari, maka dalam membaca Al Qur’an itu seperti seorang budak yang membaca surat dari tuanNya. Al Qur’an harus ditadaburi dalam sholat, direnungkan, dilaksanakan dalam amal ketaatan, dll
8. Ta’atstsur (mengimbas ke dalam hati). Yaitu hatinya terimbas dengan berbagai imbasan yang berbeda sesuai dengan beragam ayat yang dihayatinya. Imbasan yang dirasakan itu berupa rasa sedih, takut, harap, dsb. Jika ma’rifatnya baik, maka rasa takut akan mendominasi hati, karena pengetatan (tadhyiq) sangat mendominasi ayat-ayat Al Qur’an sehingga tidak ada penyebutan ampunan dan rahmat, kecuali beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu bagi orang yang bertaubat, beramal shaleh, beriman, dan istiqomah (tetap berada di jalan yang benar), seperti dalam Q.S. 20:82, Q.S. Al Ashr : 1-3, dan juga Q.S. 7 : 56. Al Hasan berkata : “Demi Allah, pada hari ini tidaklah seorang hamba membaca Al Qur’an dengan meyakininya kecuali pasti akan banyak bersedih, sedikit rasa gembiranya, banyak menangis, dan sedikit tertawa, banyak letih dan sibuk, dan sedikit istirahat atau menganggur. Membaca dan menghafal Al Qur’an dengan sebenar-benarnya itu adalah ikut sertanya lisan, akal, dan hati secara simultan. Tugas lisan adalah membetulkan huruf dengan bacaan tartil, tugas akal ialah menafsirkan maknanya, dan tugas hati ialah mengambil pelajaran dan menghayati segala larangan dan perintahnya. Jadi lisan membaca, akal menerjemahkan, dan hati menangkap pelajaran.
9. Taraqqi. Yaitu meningkatkan penghayatan sampai ke tingkat mendengarkan kalam dari Allah, bukan dari dirinya. Ada 3 derajat tingkatan orang membaca Al Qur’an:
1) derajat paling rendah; yaitu seorang hamba merasakan seolah-olah dia membacanya kepada Allah, berdiri di hadapanNya, sementara Allah menyaksikan dan mendengarkannya, sehingga dengan gambaran perasaan seperti ini ia dalam posisi selalu memohon, merayu, merendahkan diri, dan berdoa.
2) Menyaksikan dengan hatinya seolah-olah Allah melihatnya dan mengajaknya bicara dengan berbagai taufikNya, memanggil dengan berbagai ni’mat dan kebaikanNya, sehingga ia berada dalam posisi malu, mengagungkan, mendengarkan, dan memahami.
3) Melihat Allah dalam setiap ayat (kalam) yang dibacanya, melihat sifat-sifatNya, sehingga ia tidak lagi melihat dirinya dan bacaannya, juga tidak melihat keterkaitan pemberian nikmat kepada dirinya bahwa ia diberi nikmat. Tetapi perhatiannya terkonsentrasi kepada mutakallim (zat yang berbicara). Pikirannya tertambat kepadaNya, seolah-olah hanyut dalam menyaksikan mutakallim sehingga tidak melihat kepada selainNya. Ja’far bin Muhammad Ash Shadiq ra berkata; “Demi Allah, Allah telah menampakkan diri kepada makhlukNya di dalam kalamNya tetapi mereka tidak melihatNya. Ketika ditanya tentang keadaan yang pernah dialaminya dalam sholat jatuh pingsan, ia berkata ; “Aku terus mengulang-ulang satu ayat dalam hatiku hingga aku mendengarnya seolah-olah dari pembicaranya (Allah) langsung sehingga badanku tidak kuasa menyaksikan kekuasaanNya. Dalam derajat seperti ini, kelezatan munajat semakin meningkat.
10. Tabarriy, yakni melepaskan diri dari daya dan kekuatannya, dan memandang kepada dirinya dengan pandangan ridha dan tazkiyah.
contohnya : jika membaca ayat-ayat, janji-janji, dan sanjungan kepada orang-orang sholih, maka ia tidak menyaksikan dirinya pada hal tersebut, tetapi menyaksikan orang-orang yang yakin dan shidiqin berada di dalamnya, kemudian ia merindukan untuk disusulkan Allah kepada mereka. dan jika membaca ayat-ayat, kecaman, dan celaan kepada orang-orang yang bermaksud dan lalai, ia menyaksikan dirinyalah yang dimaksud, sehingga timbul takut dan cemas.
Jika memandang diri dengan gambaran yang sangat jauh dari sempurna dalam tilawah, maka pandangannya itu akan menjadi sebab kedekatannya (merasa jauh walaupun dekat) akan mudah merasa takut yang akan mengantarkannya ke derajat kedekatan yang lebih tinggi. Tapi jika menyaksikan dalam kejauhan (merasa dekat padahal jauh), maka ia akan tertipu oleh rasa aman yang akan mengantarkannya ke derajat kejauhan yang lebih rendah.
Jika dalam bacaannya sudah tidak memandang dirinya dan tidak menyaksikan kecuali Allah, maka akan dibukakan padanya berbagai kegaiban karen kalam Allah meliputi hal yang mudah, lembut, keras, harapan,d an ancaman sesuai dengan sidat-sifatnya yang diantaranya rahmat, lemah lembut, balasan, dan siksaan.
Jika 10 adab batin ini senantiasa diamalkan dalam membaca dan menghafal Al Qur’an, maka Insya Allah akan didapatkan keutamaan Al Qur’an dalam menjaga stabilitas ruhani.

Meretas jalan kebangkitan

Untuk sampai pada kemenangan yang perlu kita lakukan adalah menghimpun kekuatan-kekuatan yang terserak pada tiap diri. Bersatu dan melangkah dalam satu barisan yang kekokohannya tidak bisa ditembus dan diterpa oleh kekuatan apapun dan mampu menghadapi godaan dasyat sekalipun.
Kekuatan fikrah yang berpadu dengan kekuatan materi dan spiritual akan dengan kokoh menopang sendi dakwah dalam tiap titiknya. Sunatullah yang terjadi dalam masyarakat internasional yang tak bisa kita pungkiri adalah adanya kekuatan global yang berkonspirasi berusaha menghancurkan Islam. Ini harus bisa kita atasi dengan mengaktifkan serangkaian sumber daya yang kita miliki.
Kekuatan jamaah yang solid akan bisa menembus, membangun, dan membangkitkan masyarakat akan fitrah keislamannya. Masyarakat yang telah tertanam dalam dadanya kecintaan pada Islam ini akan mampu membangun kekuatan yang lebih besar dalam lingkup yang lebih luas.
Telah nyata semuanya. Kita songsong dengan perjuangan yang semakin keras dan semakin kuat. Totalitas perjuangan. Di era da’wah yang semakin terbuka ini tantangan terbesar kita setelah mengokohkan eksistensi adalah membangun jati diri masyarakat muslim dalam berbagai titik kebangkitan.
Kita menginginkan masyarakat muslim yang mampu menguasai berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi, memproklamirkan kemerdekaan dari ketergantungan terhadap dunia barat dalam berbagai sendi kehidupan terutama perekonomian.
Masyarakat yang memiliki kriteria mandiri, kokoh dan syar’i ini tidak bisa dibangun kecuali dengan tiap individu yang tergabung di dalamnya berusaha dengan optimal untuk mengaktualkan potensi yang dimiliki dalam suatu barisan yang kokoh dan dengan program yang terencana dan terevaluasi.
Setiap individu dalam bangunan ini menjadi penopang, penggerak, pembangun dan penghimpun kekuatan di masyarakatnya. Tujuan yang ingin dicapai adalah keunggulan masyarakat itu sendiri dalam semua bidang kehidupan.
--Masyarakat yang berada dalam satu kawasan yang sama, menghimpun satu kepemimpinan dan menjaga dirinya sendiri dalam satu ideologi bersama. Masyarakat itu kemudian menjadi suatu bangsa (nation). Dan pemerintahannya menjadikannya negara.-- Bangunan kemasyarakatan seperti diatas merupakan pola umum bangsa-bangsa di dunia.
Tapi kita berbeda dengan mereka. Pemimpin kita adalah Al Qur’an. ideologi dan penuntun kita adalah Islam, teladan dan panutan abadi kita adalah Nabi Muhammad SAW. Sumber kekuatan kita yang terbesar adalah Allah Azza wa Jalla, dan penghimpun kesatuan kita adalah keimanan yang benar dalam Aqidah yang kokoh.
Penjaga perjuangan kita adalah keikhlasan dan profesionalitas. Penopang bangunan kemasyarakatan kita adalah akhlak yang kokoh dan intelektualitas yang tinggi. Dan perubah terbesar dalam bangunan kemasyarakatan kita adalah tarbiyah islamiyah dengan semua kebersihan fikrah dan beracuan pada sirah nabawiyah.
Maka tidak ada dari kekuatan manapun di dunia yang akan mampu mengalahkan masyarakat yang semacam itu. Tapi kita belum lagi menjadi kekuatan yang diperhitungkan bila kita tidak mulai bergerak. Baru beberapa tahun yang lalu, masyarakat dunia dikejutkan dengan invasi barat ke negeri-negeri Islam. Kini, masih belum usai, bahkan negeri-negeri itu kini berada dalam penjajahan barat. Dan, negeri Islam yang berada disekitarnya tidak berdaya untuk membantu, bahkan mengokohkan kaki tangan barat dengan menyediakan diri sebagai pangkalan militer. Bahkan, diam saja menghadapi saudaranya sendiri dijajah.
Irasionalitas ini sungguh tidak bisa ditolerir lagi. Betapa fakta telah diputar balikkan begitu rupa sehingga dengan mudahnya kita menjadi boneka dan main-mainan barat. Dan masyarakat kita makin dimanja dengan berbagai tayangan hiburan dan kebangkitan yang diharapkan itu hanya menjadi angan semu. Dimana penggerak perubahan itu sekarang berada? Untuk menjawab pertanyaan ini, Nabi telah berkata dalam sebuah haditsnya “Setiap dari kalian adalah pemimpin dan kalian akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya itu”.
Maka jangalah kita menjadi orang-orang yang mengingkari nikmat dengan menganggap pertanggungjawaban besar itu tidak ada, Seluas apa lingkup pertanggung jawaban itu, adalah kita yang harus merumuskannya sendiri. Ada tanggung jawab yang diberikan, dengan adanya suatu kedudukan atau tugas yang harus kita emban. Ada juga tanggung jawab yang terjadi secara sosial, dalam artian, kita yang lebih tahu, lebih memahami, dan bisa mengkontribusikan solusi yang diperlukan, maka berikanlah bantuan pada mereka yang membutuhkan, sebagai bentuk dari pertanggung jawaban sosial kita.
Sesungguhnya, muslim itu mempunyai pertanggungjawaban seluas langit dan bumi. Bahwa manusia telah dibebani tanggung jawab kepemimpinan atas alam semesta sejak keberadaan manusia pertama. Dan satu demi satu individu mulai menebarkan rahmat yang diberikan Allah lewat akal, ruh dan jasadnya, dan membangun bumi ini sepanjang hidupnya sebagai suatu bentuk ibadah.
Kita yang lahir saat bilangan penduduk bumi mencapai hitungan milyar, apakah memiliki tanggung jawab yang sama? Apa jawabannya.. tentu saja jawabannya adalah Ya. Bilangan jumlah manusia yang ada di satu wilayah tidak menyebabkan manusia itu menjadi kekurangan dalam hal tanggung jawab. Mas’uliyah, kepemimpinan, atau pertanggungjawaban muslim atas alam raya dan seisinya tidaklah dibagi dalam hitungan tertentu. Apa yang kita emban adalah sebanyak apa yang kita lakukan dan apa yang kita ambil. Seperti sebuah hadits, “dimana seorang muslim berada, maka ia bertanggung jawab atas keadaan keislaman di tempatnya itu”.
“Kapan saatnya kita memulai?”. Begitu kita mengetahui sesuatu, maka kewajiban kita adalah untuk menyampaikannya, walau hanya satu ayat. Dan kita yang sudah mengetahui banyak hal, membekali diri dengan banyak keterampilan, menghimpun kekuatan dalam banyak organisasi, maka sebanyak itu pula, dan sebesar itu pula tanggung jawab kita atas diri kita, pengetahuan kita, dan keberadaan kita di dunia. Bagaimana kita memulai? Jawabannya adalah dengan beramal jama’i. Kita bekerja bersama dalam satu barisan, menyusun rencana yang tepat sasaran, baik dan berguna, lalu melaksanakannya bersama dengan saling menguatkan. Kendali dilakukan dalam bentuk evaluasi bersama dalam syuro-syuro dengan adab yang baik.
Dan pada mereka yang memiliki kemampuan lebih dalam menganalisis situasi dan mampu menuliskannya untuk mengentaskan perubahan kearah yang lebih baik, maka lakukanlah. Kekuatan terletak dalam hujjah, gerak dan pena kita, sebesar apa langkah yang kita lakukan, diri kita yang menentukannya, maka, mulailah hari ini. “Sampai tidak ada lagi fitnah, dan keseluruhan agama ini hanya milik 4JJ1”.

Thursday, July 01, 2004

KARAKTER REFORMASI

Seruan Moral untuk Kelangsungan Reformasi
Reformasi politik bergerak sejak tahun 90 akhir dimana gerakan mahasiswa melakukan serangkaian aksi protes menghadapi rezim yang telah berkuasa selama 32 tahun dan telah membuat keropos negara kita tercinta dengan ragam tindakan kolusi, korupsi dan perilaku nepotis yang hingga kini belum berhasil diberantas. Penulis yang pernah terlibat dalam gerakan mahasiswa merasakan sendiri bagaimana getirnya upaya penegakan sebuah kebenaran di depan pemimpin yang telah dibutakan oleh kekuasaan. Bahkan sepasang rekan satu kampus penulis yang sama-sama berasal dari satu sekolah menengah di kota hujan menjadi korban peluru nyasar aparat yang menyebabkan keduanya harus dirawat dirumah sakit. Tak kurang dari kepala dan leher menjadi sasaran tembak dari aparat yang mencoba melemahkan gerakan mahasiswa. Sungguh sangat tragis.
Pahit getir perjuangan adalah satu hal yang idealis. Dan idealita adalah keabadian bagi penegak kebenaran yang jujur. Namun, susah untuk diterapkan di medan paska kampus.
Walaupun seseorang telah tak lagi menyandang gelar sebagai mahasiswa, baik itu karena ia telah berhasil memperoleh gelar akademis, atau karena sebab lain yang menyebabkan ia tidak memperoleh gelar tersebut, lapangan amal masih terbuka lebar untuk para pejuang pecinta kesatuan negeri ini, yang menginginkan hidupnya berguna dan menyandang kemulian sebagai manusia, ciptaan Tuhan yang diberi karunia paling sempurna.
Mantan mahasiswa yang jujur, yang sewaktu ia dikampus menjadi penentang korupsi, kolusi dan nepotisme, harus menjaga dirinya agar tidak menjadi bagian dari para pelanggar hukum tersebut. Seruan ini berlaku untuk aktivis dari kalangan manapun, dari gerakan manapun yang masih mau jujur pada dirinya sendiri dan tidak ingin mengkhianati keluhuran perjuangan.
Hal ini penting karena selain kita menyadari konsekuensi legal dari perbuatan yang jelas-jelas melanggar hukum tersebut, kita juga harus menjunjung tinggi kejujuran dan nilai-nilai kebaikan yang lain. Jangan menafikan hati nurani dan melacurkan moral dengan terlibat dalam konspirasi keburukan. Negara kita membutuhkan orang-orang jujur untuk meneruskan kepemimpinan. Orang-orang yang menegakkan kebenaran dari dirinya sendiri, dan memulai untuk mencegah kerusakan, dengan menjaga dirinya sendiri dari perbuatan tercela.

Menghayati kebenaran
Seringkali kita sudah tahu bahwa sesuatu itu benar, namun untuk diri kita dapat melakukan kebenaran itu, ada dinding penghalang dalam diri kita yang mencegah kita dari melakukannya. Pada saat yang sama, saat kita sudah mengetahui bahwa suatu perilaku itu tidak benar atau bahkan salah, tidak ada pencegah yang menghalangi diri kita untuk melakukannya. Bahkan saat kita menyadari adanya konsekuensi negatif dari perbuatan tersebut. Bahkan, saat kita menyadari bahwa akibat perbuatan tersebut akan merugikan orang lain, bukan hanya diri kita sendiri.
Moralitas kita yang menentukan perbuatan mana yang kita ambil. Semakin tinggi moral seseorang, semakin mendalam penghayatannya terhadap kebenaran.

Politik Hati Nurani
Apakah suatu perbuatan baik atau buruk, nurani kita yang berbicara. Nurani kita adalah wilayah independen yang berdiri sendiri, dimana kita menjadi penguasanya. Sistem yang diterapkan dalam mengatur hati nurani setiap orang tidak bisa dipaksakan oleh siapapun. Hati nurani yang kapitalis bisa tetap abadi, walau sosok fisik pemiliknya berada di negara komunis sekalipun. Karena itu, penting untuk setiap kita menentukan apa yang akan memerintah hati nurani kita.
Setiap orang diberi kesempatan berada di antara manusia selama hidupnya. Dengan kemampuan fisik dan intelektual yang berbeda, kemudian setiap orang mengambil peran yang berbeda-beda di masyarakat. Penegakan idealisme yang benar-benar jujur tidak berhenti atau mogok saat seorang aktivis yang jujur, laki-laki atau perempuan, berada diluar kampus. Penolakan terhadap kerusakan moral, bukanlah wacana untuk ditegakkan di depan publik terlebih dahulu, namun merupakan prinsip yang harus dijaga dan dilakukan dimanapun. Penolakan terhadap pornografi, misalnya. Esensinya bukanlah wacana demonstrasi, namun prinsip yang harus ditegakkan dalam keseharian. Seperti halnya kebencian dan penolakan terhadap korupsi, kolusi dan nepotisme, adalah wacana yang bagi setiap kita, harus tetap abadi. Jangan karena telah membudaya di tempat kerja kita, kemudian kita menjadi terpengaruh olehnya.
Manusia yang sukses adalah yang memperoleh kebaikan dalam setiap pekerjaannya. Sukses adalah kesejahteran psikologis dan kecukupan dalam kebutuhan fisik, bukan dilambangkan oleh kekayaan atau kelebihan materi. Orang yang sukses adalah orang yang mengambil porsi terbesar dari kehidupan dengan mengedepankankan kejernihan hati nuraninya. Dengan upaya ini, setiap orang akan terhindar dari perbuatan tercela dan akan senantiasa menjadikan waktunya berguna. Orang-orang yang mengabaikan hati nuraninya hanya akan menderita dalam kemunafikan, dan terhina dalam kerendahan moral.

Urgensi Reformasi di tingkat Keluarga
Seruan untuk melakukan reformasi mulai dari lingkup keluarga ini merupakan tindakan yang harus diambil oleh semua orang yang hidup dalam sebuah keluarga. Hal ini berarti, kita semua. Reformasi atau perubahan di tingkat keluarga ini penting karena keluarga adalah anggota masyarakat yang paling sering berinteraksi dengan kita.
Di keluarga ada berbagai peran. Ada peran ayah, yang menjadi figur otoritas dan figus ibu sebagai pelindung. Keduanya adalah pembimbing dan pendidik. Ada peran sebagai anak, baik itu sebagai adik atau kakak. Pentingnya kita untuk membahas persoalan ini adalah karena tidak setiap orang memiliki kesadaran untuk memulai memperbaiki masyarakat mulai dari unit masyarakat yang terkecil. Banyak tokoh yang menyerukan perbaikan di tataran sosial nasional dan kedaerahan, namun jarang sekali yang menyerukan untuk melakukan perubahan dan perbaikan dari diri sendiri dan dari keluarga. Sambil kita berusaha untuk memperbaiki diri kita dalam berbagai aspeknya, kita juga bisa menjadi pemicu perbaikan di keluarga kita. Perbaikan yang intensif dan reguler yang dimulai dari lingkungan terdekat, akan menghasilkan perubahan yang permanen dan menghasilkan perbaikan yang signifikan. Hasil yang diperoleh pun sifatnya menetap dan perubahan yang terinternalisasi ini akan berimbas pada lingkungan.
Suasana yang tercipta di keluarga berperan penting untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam hidupnya. Situasi yang baik akan mendukung kesuksesan seseorang, seperti sajak yang ditulis Nolte. Banyak tulisan, buku dan literatur lain yang membahas tentang pentingnya pendidikan anak usia dini, pentingnya pola asuh yang suportif bagi tumbuh kembang anak, dan bagaimana memaksimalkan potensi anak. Namun bila membicarakan keluarga, topik tentang bagaimana mendidik anggota keluarga bukan satu-satunya pokok bahasan. Ada hal lain seperti komunikasi, yang juga teramat penting untuk diperhatikan.

Keluar dari penjara Egoisme
Unsur sosial yang ada pada setiap orang membuatnya mampu beradaptasi dalam lingkungan dengan berinteraksi dengan orang lain. Orang yang melakukan pemaknaan terhadap hidupnya akan memandang waktu dalam paradigma yang berbeda. Setiap kita memiliki cara yang berbeda dalam menjalani hidupnya. Ada yang menjalaninya dengan tujuan luhur, cita-cita yang tinggi, sasaran yang penuh ambisi, dan target yang melebihi normal. Ada sebagian lagi yang menjalankan hidupnya hari demi hari, mencari berbagai cara untuk mengisinya dengan kesenangan semata dan memilih kegiatan dimana ia bisa beroleh kegembiraan. Ada yang menjalani dengan tekanan karena kekurangan dalam berbagai hal. Kekurangannya pun berbeda-beda, ada yang kekurangan keberanian, ada yang kekurangan tekad, ada yang kekurangan optimisme, dan ada yang kekurangan tujuan, hingga hidup tak tentu arah dan tidak berhasil menemukan keberhargaan dalam hidupnya.
Kita bisa memahami bahwa setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam menghabiskan waktunya di dunia. Kita juga mengetahui bahwa tiap orang memiliki keinginan yang berbeda. Dunia berputar dengan rutinitas dan kejadian yang berbeda-beda yang menimpa tiap individu. Setiap dari kita kemudian menjalani putaran siang dan malam dengan rangkaian kejadian yang berbeda. Sejumlah orang menjalaninya dengan mantap, karena mereka menyadari bahwa ada pertanggungjawaban yang diemban untuk tiap detik waktu yang berlalu. Apakah waktu itu dihabiskan sendiri atau bersama orang lain.
Untuk memastikan bahwa kita bisa menjalankan waktu kita tiap harinya dalam keselarasan bersama sesama manusia, atau ciptaan Allah lainnya, kita harus bisa keluar dari penjara egoisme. Ego sering diasosiasikan dengan sistem kendali yang mengatur antara aliran dorongan bawah sadar yang negatif, dengan aturan atau norma yang super dari super ego. Ini dikemukakan oleh seorang yahudi. Kita tahu bagaimana mereka menebar kelengahan pada umat lain agar mereka bisa berkuasa dengan mudah. Dalam Islam, tidak seperti itu. manusia berjalan dengan gabungan kendali pikiran (aql) dan hati (qalbu). Pengaruh yang datang dari hawa nafsu pun tidak selamanya buruk. Nafs adalah fitrah. Namun membiarkan hawa-nya tidak terkendali, itu mendatangkan madharat. Sepertinya cukup untuk menerangkan ego.
Lalu apa maksud penjara egoisme dan bagaimana kita bisa terbebas darinya? Egoisme yang dimaksud disini lebih mirip konsep self centered -pemusatan pada diri- saja. Orang yang egois melakukan segala hal dengan menjadikan dirinya sebagai pusat. Tanpa mempertimbangkan bahwa ada orang lain yang terlibat.

MEMAHAMI REMAJA dan perjuangannya

Akan lebih tidak menghabiskan waktu dan energi bila kita mencoba memahami remaja, dibanding bila kita menghakimi mereka. Bahasan yang lalu telah mengangkat permasalahan kesalahan pemahaman yang umum terjadi tentang remaja yang menimbulkan penghakiman publik terhadap sosok remaja sebagai setengah manusia, yang bukan anak-anak namun juga belum dewasa. Anggapan yang kejam dan melukai.
Autonomi, atau tumbuhnya kemampuan menentukan peraturan pribadi yang terus menguat pada masa remaja, adalah sebagai wadah kemandirian. Pertumbuhan autonomi ini seringkali disalah artikan sebagai pemberontakan.
Sesungguhnya mereka tengah mendaki bukit terjal kehidupan mereka. Masa remaja adalah masa persiapan sebelum akhirnya mereka harus menapaki hidup dengan kemampuan dan kekuatan untuk berdiri diatas kaki sendiri. Sementara pijakannya belum cukup kuat untuk menghasilkan kekuatan tolakan yang dapat membantunya melangkah tanpa terluka
Pada waktu inilah mereka membutuhkan uluran tangan-tangan dengan tatapan hangat yang muncul sesekali saat terbing yang mereka daki terlalu curam. Kemungkinan yang ada adalah mereka bisa jatuh terhempas tanpa menyisakan nyawa yang seharusnya masih tertanam. Banyak remaja yang kehilangan jiwanya karena ini. Disinilah kita bisa berperan sebagai sahabat yang mampu memahami, bukan menghakimi, karena sebagian besar hidup mereka telah penuh dengan celaan dan sebagian waktu mereka habiskan untuk memenuhi tuntutan.
Mereka membutuhkan telaga teduh yang disana mereka bisa menemukan tempat untuk beristirahat sejenak, melepaskan dahaga akan hidayah-kemana mereka harus menuju. Tempat ditemukannya keteduhan yang melindungi pandangan mereka dari gemerlapnya dunia dan seluruh godaannya. Serta persaudaraan yang merangkul mereka dengan penuh keselamatan sehingga mereka tidak akan pernah ingin pergi.
Di telaga itu mereka bisa mengisi seluruh kekuatan yang diperlukan untuk menghadapi tebing terjal perjuangan hidup yang harus mereka daki dengan kekuatan sendiri-saat kita tidak mungkin lagi membantu. Mereka sesekali terluka, tergores kerikil tajam yang mengiris kulit mereka dan mengucurkan darah, sementara peluhnya terus mengalir membasahi wajah mereka yang tercoreng debu saat perjalanan yang mereka tempuh makin berat. Namun kita yakin bahwa mereka telah cukup kuat melewatinya, walau kadang bertanya dan berdo’a dalam hati, semoga mereka tidak menemui rintangan baru yang dipasang oleh para musuh-dan kalaupun iya, mereka dapat melalui rintangan tersebut. Dan kita hanya bisa menunggu mengharap perjumpaan dengan mereka kembali agar bisa kita bantu obati luka-luka itu..
Sebuah perjalanan panjang telah mereka mulai, remaja hanya sebuah masa, sebuah awalan baru. Kala mereka telah turun ke medan yang sama dengan yang telah kita pilih, semoga mereka bisa menempuhnya dengan jalan lebih baik dari yang pernah kita lewati. Semoga mereka bisa memenangkan lebih banyak pertempuran. Semoga petunjuk yang telah membawa kita ke tempat ini dapat menjaga dan mengantarkan mereka. Semoga ikatan yang tertaut ini selalu dikuatkan untuk terus mengingatNya dan memurnikan perjuangan dalam ketaatan padaNya.
Semoga jalan perjuangan itu membawa kita dan mereka lebih dekat pada kemenangan kalimat 4JJ1. Semoga cobaan yang diujikan pada kita dapat membersihkan sebagian beban dosa yang selama ini memberatkan perjalanan kita.
Semoga masa melenakan tidak akan datang dan menyeret kita pada kesesatan. Semoga masa-masa penuh kepedihan itu tidak akan pernah berlalu karena tanpanya akan amat susah untuk mengingat betapa debu dan kerdilnya kita. Dan semoga bila kilau emas tersibak dari muatan amanah kita, kita tidak termasuk para pengkhianat yang tergoda karena kebodohan kita.
Semoga kita dan mereka telah menjadi bagian dari bahan mentah bangunan peradaban yang tengah dibangun untuk mengokohkan yang telah ada dan melindungi generasi yang akan datang melalui kita dan yang akan tiba sesudah kita.
Hingga ketegakan yang selama ini baru berjaya di hati-hati kita bisa terwujud dan menjelma di bumi. Dan semoga hingga saat itu tiba, Kita akan terus dikuatkan sebagai barisan yang memerangi yang merintangiNya, sampai tidak ada lagi fitnah dan keseluruhan Dien (penghambaan) hanya milik 4JJ1 (Q.S. 2 :139).
Laa Ilaaha Illallah Muhammad Ar Rasulullah


Pokok-pokok keutamaan sifat terpuji agar Islam tegar berdiri diatas landasan yang kokoh : benar, amanah, hemat, malu, harga diri, dermawan,rendah hati terhadap mukmin, tinggi hati terhadap orang-orang kafir, belas kasihan terhadap orang yang lemah, berbakti kepada ibu bapak, mempererat silaturahmi, menghormati tetangga, memperhatikan nasib orang miskin, anak yatim & ibnu sabil. (Yusuf Qaradhawy)

TRIK MANAJEMEN MENTORING

Setelah setiap mentor memperhatikan tsaqafah dan ruhiyahnya sebagai bekal persiapan untuk memberikan mentoring, hal berikutnya yang harus diperhatikan adalah bagaimana ia melakukan pengaturan atau me-menej kelas yang menjadi tanggung jawabnya dalam program mentoring.
Ada beberapa trik yang bisa dilakukan agar penyampaian mentoring bisa optimal dan setiap mad’u terperhatikan kebutuhannya :
1. Persiapkan materi dengan baik
Baca setiap materi sebelum disampaikan, kuasai bahan dan perdalam, lalu kerangka-kan cara penyampaiannya. Apakah dengan menggunakan diskusi, ceramah, simulasi atau games? Siapkan cerita yang menarik atau lelucon segar yang santun agar suasana mentoring tidak terlalu kaku.
2. Buka mentoring dengan tata cara Islami.
Kita menginginkan agar mentoring ini diridhoi 4JJ1 dan usaha yang dikeluarkan mentor dan siswa lebih berdampak dalam meningkatkan interaksi mereka dengan Islam, Al Qur’an dan hadits. Setelah membuka dengan basmalah dan shalawat kepada rasulullah, lanjutkan dengan pembacaan Al Qur’an oleh tiap siswa. Walaupun masing-masing hanya membaca 1 ayat, kebiasaan ini akan menumbuhkan kedekatan mereka dengan Al Qur’an. Sediakan beberapa mushaf agar tidak perlu membuang banyak waktu. Ajarkan tentang adab pada Al Qur’an, sampaikan keutamaan pembacaan Al Qur’an, bahwa Ia akan menjaga pembacanya dari maksiat dan memberi syafaat di akhirat.
3. Pastikan suara mentor terdengar jelas oleh semua siswa
Karena alat utama yang digunakan mentor untuk menyampaikan bahan adalah suaranya, pastikan bahwa suara mentor terdengar. Minimkan distraksi suara, bila perlu perkeras suara anda. Minta siswa untuk tidak mengobrol saat mentoring. Pastikan agar perhatian peserta terpusat pada mentor, tidak ada pengalih perhatian lain di ruangan itu.
4. Hidupkan komunikasi yang aktif, segar dan santun
Penggunaan bahasa terlalu resmi, atau kosa kata yang terlalu rumit tanpa intonasi dan gaya bahasa yang menarik akan membosankan siswa dan membuat jarak antara mentor dengan siswa. Pelajari respon-respon yang biasa digunakan siswa atau istilah khusus yang mereka miliki agar mentor mampu meresonansi siswa dengan baik dan komunikasi menjadi terbuka dan akrab. Mentor tidak perlu gengsi menanyakan arti dari kata khusus yang digunakan siswa (contoh: terong untuk nonis di smunsa).
5. Perhatikan pengaturan duduk
Pengaturan duduk yang terlalu kaku-seperti suasana belajar biasa di kelas-selain membuat siswa cepat bosan juga membuat materi kurang menarik minat karena memungkinkan distraksi yang besar dari lingkungan. Pengaturan yang kaku membuat siswa mudah beralih perhatian dan kurang terlibat sehingga susah dikontrol.
Pengaturan duduk dengan pola melingkar (¡), huruf U (Û) atau berbentuk seperti mahkota bunga ({) akan meminimalisir interaksi diantara siswa. Bentuk desain ini membuat mentor dan setiap anggota kelompok terlihat dan dapat saling melihat semua peserta dalam kelompok. Walaupun materi tidak begitu menarik perhatian siswa, ia merasakan kedekatan dengan pementor dan merasa diperhatikan.
6. Lakukan selingan materi
Selain memberikan bahan dari buku yang ada, mentor harus kreatif dan inovatif. Jangan hanya berpedoman pada satu buku untuk dibacakan terus-menerus di kelas. Beberapa selingan yang bisa dilakukan :
- Membaca bersama tafsir Al Qur’an, agar siswa bisa belajar langsung dari sumbernya, kemudian diskusikan keadaan aktualnya kini.
- Sediakan waktu khusus untuk siswa curhat permasalahannya. Remaja harus dilatih untuk saling berbagi dan tidak memendam sendiri masalah yang dimilikinya. Selesaikan masalah bersama-sama dan saling memberikan dukungan. Tindakan ini akan mengeratkan ikatan ukhuwah dan melemahkan efek dari pengaruh buruk yang mereka hadapi.
- Buka diskusi tentang permasalahan aktual (baca poin berikutnya)
- Bahas permasalahan Fikih yang mereka perlukan. Bahasan Islami seperti Fikih Thaharah (bersuci) bisa diberikan karena mereka sudah baligh dan perlu mengetahui hal ini. Adakan simulasi tata cara wudhu yang baik dan jelaskan tentang tata cara thaharah lainnya. Bahasan berikutnya seperti Fikih Sunnah mereka perlukan untuk mendalami permasalahan hidup dengan cara-cara Islami. Mentor wajib untuk mengenalkan mereka pada aturan perbuatan yang syar’i. Tuntunan ini akan mereka pedomani sampai dewasa.
- Ajarkan lagu-lagu Islami yang mengharumkan Islam dan mengobarkan semangat jihad. Bila banyak sekali siswa yang ikut mentoring, Buat mereka bernasyid berkelompok dan menampilkannya di depan yang lain.
7. Pandu diskusi dengan baik
Diskusi problem aktual remaja akan memperkaya pengetahuan siswa dan melatih kepekaan mereka akan problematika umat. Selain itu siswa akan terlatih dalam mengungkapkan pendapat dan pemikirannya. Beri contoh cara-cara yang baik dalam mengungkapkan pendapat, segarkan diskusi yang telalu memanas dengan jokes-jokes, lakukan koreksi atas kesalahan siswa dalam penggunaan kata, dan buat siswa menyimpulkan pengutaraan yang terlalu panjang. Batasi diskusi agar topiknya tidak melebar dan melenceng keluar dari jalur, jaga agar diskusi tetap sesuai alur, cegah atau simpan pertanyaan yang tidak sesuai topik. Terakhir, tutup diskusi dengan kesimpulan bersama lalu berikan tausiyah dari mentor. Tanamkan ketakutan pada 4JJ1, bahwa tiap kata-kata kan jadi saksi perbuatan yang kita lakukan
8. Bangun ikatan emosi dan kedekatan hati dengan siswa
Selain memberikan materi dengan baik, mentor pun harus bisa menjadi kawan dan terkadang-paman atau bibi dari para siswa itu. Perhatikan perilaku, kebiasaan, dan kecenderungan minat tiap siswa. Dengan cara ini mata hati (bashiroh) mentor terlatih hingga bisa memberi perhatian penuh dan mampu memuaskan keingintahun mereka. Jangan pilih kasih. Pastikan setiap siswa mendapatkan kasih sayang yang merata. Tanyakan keadaan siswa yang tidak datang. Terkadang ada diantara remaja yang menjadi mad’u kita memiliki masalah yang pelik. Jangan terpusat hanya pada siswa yang suka bertanya.
9. Jadilah qudwah yang baik untuk mereka
Tindakan lebih banyak bicara ketimbang kata-kata. Ekspresi mentor dalam membicarakan suatu persoalan harus adekwat -tepat dan syar’i-. Mentor harus mencontohkan bagaimana siswa harus bersikap dalam menghadapi suatu persoalan. Jangan campur adukkan antara yang benar dengan yang salah.
Selain cara-cara diatas, masih banyak cara lain yang bisa dikembangkan mentor yang belum tertulis disini. Mentor bisa saling berbagi pengalaman dan bekerjasama. Selamat berkreasi, semoga tulisan ini bisa sedikit menstimulasi kreativitas para pementor. Amiin Ya Rabbal ‘Alamin.

Psikologi Remaja

Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa, bukan masa transisi yang selama ini digaungkan. Karena mereka dicap tengah mengalami kegamangan, akibatnya, sebagian remaja yang sewaktu kanak-kanak telah dididik dengan baik oleh orangtuanya merasa perlu mencari identitas baru, identitas yang berbeda dari yang mereka miliki sebelumnya. Apa akibatnya ? Ada remaja kita yang terjebak dalam arus coba-coba. beberapa remaja putri mencoba berbagai dandanan, make up dan aksesoris yang menyeret mereka pada perilaku konsumtif dan kecenderungan tabarruj, sementara yang putra mulai membolos sekolah dan merokok. Beberapa mencandu narkoba dan bergaul terlalu bebas.
Dalam Islam, masa remaja berarti mulainya masa akil baligh. Keadaan fisik, kognitif (pemikiran) dan psikososial (emosi dan kepribadian) remaja berbeda dengan keadaan pada tahap perkembangan lain. Karena sudah baligh, mereka menanggung kewajiban beribadah wajib. Kewajiban menunaikan ibadah wajib ini ditunjang oleh perubahan raga yang makin menguat dan membesar, sekresi hormon baru, dan perubahan taraf berfikir mereka. Namun kematangan organ internal tubuh mereka tidak serta merta membuat mereka lebih matang perasaan dan pemikirannya.
Secara fisik, remaja mampu melaksanakan puasa dan shalat, maupun perjalanan haji, walaupun umumnya mereka belum memiliki kemandirian untuk membayar sendiri zakatnya. Secara kognitif, remaja mampu memaknai makna yang mendalam dari dua kalimat syahadat. Remaja makin mampu menangkap dan memahami konsep-konsep abstrak yang sebelumnya hanya mereka pahami sebagai pengetahuan satu arah. Mereka mampu memaknai ayat dan hadits-hadits yang mereka pelajari sewaktu kecil, dan mampu menangkap fenomena alam sebagai bukti dari keberadaan 4JJ1.
Proses ini bila tidak ditunjang dengan tuntunan dan bimbingan yang tepat, dapat membuat pencarian mereka atas nilai dan tujuan hidup mereka tidak terpenuhi, atau didapat dari sumber lain yang telah terkorosi oleh hawa nafsu manusia dan disesatkan oleh syaithan. Na’udzubillahi min dzalik.
Bagaimana pementor dapat membantu remaja yang dibinanya ?
Pertama, mereka harus diingatkan pada fitrah keislamannya. Tingkatkan keimanan mereka, Buat mereka nyaman berIslam, bersentuhan langsung dengan nilai-nilai kebenaran yang terkandung dalam Islam dan buat mereka patuh akan kewajiban sebagai seorang muslim dengan cara-cara yang baik.
Kedua, bantu remaja untuk mengerti perubahan-perubahan yang dialaminya. Hormon-hormon baru yang mereka miliki menghasilkan dorongan-dorongan fisik yang harus mereka kelola. Mentor dapat membantu mereka untuk menumbuhkan kendali diri (self control) yang Islami. Ajarkan bahwa wudhu dapat menurunkan kemarahan dan meredam emosi, shalat bisa mencegah mereka dari perbuatan keji, dan puasa dapat mematangkan emosi dan menumbuhkan kemandirian mereka. Tumbuhkan Izzah (kebanggaan) mereka sebagai muslim. Dorong mereka untuk menjaga kesehatan, mengapai prestasi, sehingga mereka mampu menjadi qudwah di lingkungannya.
Ketiga, dekatkan mereka pada Al Qur’an. Buat mereka suka berinteraksi dengan Al Qur’an dan terbiasa. Kedekatan remaja dengan Al Qur’an akan menjaga mereka dari pengaruh buruk.
Keempat, tumbuhkan Muraqabah mereka pada 4JJ1. Ingatkan mereka untuk takut pada 4JJ1 dan pengawasannya yang tak pernah henti, tanamkan rasa malu dan ajarkan tentang akhlak tehadap diri sendiri. Mentor dapat lebih membantu dengan memberikan contoh-contoh perilaku yang terpuji yang bisa mereka ikuti
Membahas tentang remaja tidak ada habis -habisnya. Membina remaja tidak ada henti-hentinya. Kita mengharapkan 4JJ1 dapat melapangkan dada-dada mereka untuk mau menerima hidayah yang datang melalui lisan kita, memudahkan usaha kita, mengeratkan hati kita dan mereka, dan semoga, walaupun mungkin lama, 4JJ1 menggabungkan kita dan mereka dalam barisan pengemban risalahNya. Amiin Yaa Rabbal ‘alamin.

muhasabah : Menikmati perjalanan

Da’wah itu indah. Tidak mungkin orang yang terjun di dalamnya tidak menikmatinya. Da’wah itu manis, tidak menyakitkan dan tidak ada kelelahan di dalamnya. Dan da’wah itu membuat hidup kita bermakna.
Kita patut bersyukur karena diselamatkan 4JJ1 dan selalu dijagaNya, hingga sampai saat ini kita masih berada disini, di jalan da’wah ini. Bila kita tidak diperkenalkan, dituntun dan dibimbing olehNya, tentulah hati kita tidak akan terbuka saat kita melihat teladan dari para perintis jalan ini, yang pancaran keimanannya membuat kita terpesona, kekuatannya melantakkan kezaliman dan kelembutannya meluluhkan kesombongan. Kata-katanya lurus menghujamkan keyakinan, peluhnya tak terasakan dan tak pernah lepas dari wajah-wajahnya semyum dan kelembutan. Keteladanan yang membimbing, hingga kita akhirnya beriltizam bahwa tidak mungkin kita hidup kecuali untuk mengabdi padaNya. Keteladanan yang masih jauh dari gambaran diri kita saat ini.
Jalan da’wah ini panjang, kita sudah tahu, dan keberhasilan itu hanya milik 4JJ1 adalah keyakinan yang membuat kita semakin bahagia setiap saatnya. Kadang raga ini begitu manja, malas dan berat berangkat. Padahal, kita menuju telaga-telaga yang penuh kedamaian, yang tiap pertemuannya dinaungi oleh sayap-sayap malaikat. Padahal, setiap langkah, kata-kata, contoh perbuatan, bahkan getar hati kita karena mengingat dan menyebut namaNya mendapat balasan kebaikan. Maka kenikmatan mana lagi yang lebih indah?
Dan janji-janji yang tak mungkin terpungkiri, yang kerap kita baca saat menekuri kalimat-kalimatNya yang sempurna, begitu indah, besar, dan tidak terbayangkan, hingga kita merenung, pantaskah kita yang tak sampai sebiji atom di hamparan jagat raya ini pantas menerima keindahan surgaNya. Maka nyatalah kezaliman dan kebodohan manusia yang menyatakan sanggup mengemban amanah kepemimpinan dunia, amanah yang ditolak diemban bahkan oleh gunung-gunung yang menjulang tinggi.
Saat ini kita menyadari kebodohan kita. Saat ini kita memanjatkan penyesalan kita, bahwa di rangkaian puluhan tahun yang kita telah jalani, puluhan persennya habis oleh kesia-siaan yang penuh kerugian, yang mengurangi tabungan amalan kita yang sedikit sekali itu. Dari yang sedikit itu, nol koma berapa persenkah yang ikhlas? Dari yang amat sedikit itu, berapa persenkah yang mungkin telah diRidha-iNya? Adakah? Bisa jadi nol mutlak. Bisa jadi belum ada satupun perbuatan kita yang diRidhai 4JJ1..
Kita takut sekali terlempar dari jalan ini. Siapa kita bila tanpa da’wah? Tanpa hidayahNya, kita hanyalah onggokan daging tanpa arti yang menjadi beban bagi bumi yang tiap hari kita langkahi permukaannya. Tanpa da’wah kita hanya sampah yang mengotori udara, mengkeruhkan air dan merusak tanah. Tanpa da’wah kita lebih rendah dari hewan terburuk di dunia.
Dan kita rapuh sekali, kita lemah sekali, kita cengeng sekali. sungguh kita sering sekali berkeluh kesah dan tidak bersyukur. . padahal begitu indah nikmatNya yang kita nikmati setiap hari. Padahal nafas kita saat ini masih begitu mudah dan tanpa biaya kita dapatkan. Padahal jantung ini masih berdegup, otak ini masih bisa berfikir, dan hati ini masih diberi kelurusan. Padahal mata ini masih bisa melihat. Padahal telinga ini masih bisa mendengar. Padahal hidung ini masih bisa mencium, dan lidah ini masih bisa merasa. Kerongkongan ini masih bisa menelan dan kaki ini masih bisa menjejak, dan tangan ini masih bisa menggenggam, padahal.. begitu banyak keberuntungan kita
Siapa kita bila tanpa 4JJ1. Siapa kita bila tanpa petunjukNya?. Kita telah dituntun untuk berada dalam keselamatan. Kita telah menikmati indahnya hidup, kita telah ditunjuki getirnya kesesatan dan telah diberi kemampuan untuk bisa membedakan keburukan. Sungguh, siapakah kita bila kita tidak dijadikan seorang muslim olehNya? Kita bisa mencicipi manisnya iman, kita telah merengkuh keberuntungan ibadah, dan kita telah meneladani jalan petunjuk yang dicontohkan oleh para Nabi. Lihat bagaimana kita sekarang ini telah diberi keberuntungan yang besar dengan menjadi seorang muslim, bukan satu dari golongan yang dimurkai dan juga bukan bagian dari golongan yang tersesat. Lihat pada masa lalu kita, betapa hinanya kita saat itu, bila 4JJ1 tidak memberi petunjuk…
Dan kelembutan yang diberikanNya pada hati-hati kita, sungguh merupakan keberuntungan terbesar yang amat kita syukuri, tanpanya kita hanya jadi batu yang melukai manusia lainnya.. dan nikmat kebenaran yang dipeliharaNya untuk selalu berada di hati kita, sungguh tak dapat kita balas dengan apapun karena begitu mahal nilainya… sungguh seumur hidup kita yang pendek ini tidak akan bisa kita sanggup melunasi bahkan separuhnya saja.. betapa kita kurang bersyukur.. betapa kita amat-amat durhaka.. betapa kita semua telah mendustaiNya… lidah kita yang menyatakan keRidho-an untuk menjadikan hanya Ia sebagai Rabb kita, lidah kita yang telah mengatakan keridha-an kita menjadi seorang Muslim, padahal seberapa persenkah kita telah mengIslamkan kehidupan kita, langkah kita, perbuatan kita, perkataan kita? Telahkah kita menjadi hambaNya?
Padahal kita begitu mudah tertipu, padahal kita begitu mudah lalai, padahal kita gampang sekali terperdaya.. tapi tanpa penolakan sekalipun, setiap kali kita mendekat padaNya, Ia mendekati kita lebih jauh lagi.. Ia yang memiliki semua kemulian, mau mendekat pada kita yang begitu kecil dan hina ini.. kita yang hanya hambaNya, kita yang sahayaNya, kita yang kotor ini.. Rabbi.. tanpaMu kami tersesat..
Dengan kuasaNya kita diselamatkan dari onak duri kehidupan yang telah melukai dan membunuh keimanan banyak orang disekitar kita. Dengan kekuatanNya, kita berkali-kali dikukuhkan lagi setelah beratus kali terjerembab. Dengan kebesaranNya, kita menjadi kita seperti yang sekarang ini. Dengan kuasaNya kita dipertemukan dan disatukan dalam satu barisan yang mulia di mata manusia, yang ditakuti mereka, yang keberadaan kita menggetarkan hati mereka, yang kesatuan kita menggetarkan mereka.. kita yang disangka kaya raya hanya karena tidak pernah meminta, kita yang disangka memiliki kekuatan dan daya, hanya karena tidak pernah takut pada manusia. kita yang begitu mereka takuti sampai kita ditangkapi, dipukuli, difitnah, dicurigai, diawasi intel-intel dan bahkan diancam akan dirusak kehormatannya dan dibunuh. Sebegitu takutnya mereka pada kita. Mereka tidak tahu, bahwa 4JJ1 yang menguatkan kita, membuat kita merasa cukup, membuat kita tidak takut pada mereka, dan membuat kita tidak mampu mereka rayu, tak mampu mereka suap dan sulit mereka tipu, bahkan tidak mampu mereka takut-takuti.
Mereka menyangka kita pembuat makar, padahal merekalah yang meruntuhkan diri mereka sendiri dengan mengkhianati amanah kenegaraan yang mereka peroleh dengan kelicikan itu. Mereka menuduh kita menghancurkan kedamaian, padahal merekalah yang memporak-porandakan bumi, menghancurkan kemanusiaan dan menghapuskan kehidupan. mereka memanggil kita dengan berbagai sebutan yang mereka kira berkonotasi negatif, padahal bila mereka menekuri istilah yang mereka tempelkan pada kita itu, niscaya mereka menarik kembali perkataannya, karena sebutan radikal, militan dan fundamentalis tidak berefek kecuali menambah kemuliaan nilai perjuangan kita.
Dan kala panggilan jihad itu datang, kala seruan juang itu sampai di telinga kita, tak ada sedikitpun fitnah ciptaan mereka yang mampu mengaburkannya. Lalu dalam sekejap berhimpunlah garnisun penegak itu, yang bergerak menelusuri celah-celah sempit yang masih terbuka ditengah kungkungan kezaliman yang makin menghimpit, mengharap 4JJ1 menurunkan kehancuran si zhalim dengan tapak kaki kecil kita.
Kini, telah tibalah masa itu… jangan lah kau mundur sedikitpun. Berhimpunlah dalam barisan-barisan penyeru. Tapi janganlah ada di jalan-jalan ini, engkau yang masih belum yakin, janganlah ada bersama kita, siapa yang masih bingung, bimbang, ragu atau takut. Kami persilahkan untuk yang demikian untuk berada dipinggir. Bilapun ada dari kalian yang ingin menikmati apa yang kami perjuangkan, Insya 4JJ1 kami akan berikan semuanya. Hanya satu yang kami pinta, jangan dustakan 4JJ1 SWT, beribadahlah hanya padaNya. jangan khianati Nabi Muhammad SAW, ikutilah sunnahnya dan jangan jadikan kekagumanmu pada manusia melebihi kekagumanmu pada beliau. Dan jangan durhaka pada kebenaran, janganlah mengambil petunjuk sebelum Al Qur’an dan Hadits. Jangan mengerjakan larangan yang telah kau ketahui. Jangan tidak melaksanakan petunjuk yang engkau telah dapatkan. Jangan tidak engkau tunaikan hak anak yatim, jangan menghardik mereka, jangan mengambil harta orang miskin, dan jangan berlaku zalim terhadap sesama manusia. dan jangan halangi jalan kami bila kau tak ingin kami sisihkan. Titipkan keinginanmu pada kami, maka bila benar, kan kami coba perjuangkan.
saksikan kami yang kan memberikan janji kami untuk memperjuangkan apa yang kami cita-citakan. akan ada dari kami yang mungkin akan 4JJ1 cabut hidayahnya, akan ada dari kami yang mungkin akan terperdaya oleh Syaithan, akan ada dari kami yang akan tenggelam dalam hawa nafsu kami, akan ada dari kami yang akan kau pandang lebih buruk dari binatang terendah. Akan ada dari kami yang 4JJ1 cabut dengan ajal yang kan sangat menakutkanmu.
Akan ada dari kami yang akan disiksa oleh manusia. akan ada dari kami yang dibunuh oleh sesama manusia dengan cara yang keji. Telah ada dari kami yang gila, telah ada dari kami yang cacat, telah ada dari kami yang buta, telah ada dari kami yang dibunuh, dipenjara, divonis mati, diperkosa, disiksa, ditelanjangi, diputuskan semua jalan nafkahnya. Karena itu banyak yang tidak mau menjadi kami. Bila ingin mundur, tak akan kami cegah. Bila ingin berhenti, kami do’akan semoga anda akan kembali, mungkin menggantikan sebagian dari kami yang menjadikan dirinya dalam kehinaan. Tapi kami berharap agar anda terus mendo’akan kami, walau dari jauh, walau anda tidak bersama kami, semoga kebersihan anda bisa membersihkan kami.
Ya 4JJ1 jangan kau jadikan kami sebagai orang yang menipu dirinya sendiri, jangan jadikan kami sebagai orang-orang yang rakus akan dunia, jangan kau jadikan kenikmatan menjadi pemberat langkah kami untuk menuju jalanmu. Jadikan kami sebagai orang-orang yang kau selamatkan dari tipu daya dunia, jadikan kami jauh dari kemalasan, kebakhilan, kesombongan, ujub, riya, sum’ah, khauf, dan kungkungan hutang, dan kerangkeng manusia. jadikan kami kuat di depan manusia, walau kami tahu lemahnya kami di hadapanMu Ya 4JJ1, jadikan kami orang-orang yang men

testing

testing