Wednesday, December 27, 2017

Kesaksian Kami di ESQ-165 (1)

oleh : Legisan Sugimin Samtafsir

Menanggapi berbagai pertanyaan, keraguan dan pandangan yang berkembang di masyarakat mengenai ESQ-165, ingin sekali rasanya kami berbagi, bagaimana perasaan dan pengalaman kami di dalam ESQ, dengan penuh keyakinan, ketulusan dan seraya mengharap Rahmat dan Kasih Sayang Allah

Saya adalah seorang peminat Pemikiran dan Filsafat, yang membuat saya sangat bersemangat untuk mengikuti training yg langsung dipimpin oleh Pak Ary Ginanjar, pada September 2002. Saat itu adalah titik penting dalam hidup saya, mengingat setelah menyelesaikan Master dalam bidang Islamic Thought di IAIN, saya merasa ada hal yang belum selesai dalam pencarian saya. 

Bahkan pikiran saya merasa dipenuhi dengan ketidakpastian. Saya tidak merasa mantap dalam beribadah –meskipun tetap menjalankannya. Saya tidak merasakan indahnya membaca Al Quran, tidak ada feel bila menyebut Nama Allah, bahkan setiap kali berdoa, pikiran saya dipenuhi keraguan akan adanya Tuhan yang akan menjawab doa saya. Apa yang saya pelajari 12 tahun semenjak Madrasah dan menjadi guru mengaji, belum membuat hati saya mantap. Ada relung yang kosong di dalam hati saya. 

Di sisi lain, Pemikiran dan Pendidikan Islam yang saya dalami, tidak mendorong transformasi untuk perubahan, baik itu di perusahaan ataupun lembaga-lembaga pemerintahan (pada saat itu saya bekerja di BUMN Perkebunan). Pendidikan Agama bahkan menjadi hanya urusan Ibadah pribadi dan doa-doa. Dalam keadaan seperti inilah saya menemukan ESQ dan bertemu Pak Ary.


Alhamdulillah dengan Pertolongan dan Rahmat Allah, setelah mengikuti training ESQ, saya merasakan mulai ada titik terang. Dan kemudian saya bertekad utk melihat lebih dekat lagi ke dalam ESQ. Lambat laun, setalah 7 tahun, setelah melihat ratusan training saya jalani, ribuan orang dapat mengubah hidupnya ke arah yg lebih baik, kini saya bisa menceritakan betapa banyaknya kebaikan yang sangat bermanfaat dan merubah hidup saya, keluarga saya dan orang-orang yang saya temui dalam berbagai kesempatan dan kalangan. 

Terlepas dari kekurangan dan ketidaksempurnaan, saya merasakan kemantapan dalam hidup saya, batin saya, dan merasakan hidup sebagai pengabdian kepada Allah, Tuhan saya. Tak ada keraguan sedikitpun di hati saya tentang Allah Rabbul ’Alamiin dan Nabi Muhammad Rasulullah.


Jadi apabila ada orang yang mempertanyakan Aqidah yang diajarkan ESQ, saya ingin sampaikan bahwa yang ada justru sebaliknya. Saya merasa kembali kepada Allah, orang-orang kembali kepada Allah. Dan apa yang saya saksikan adalah orang-orang menjadi lebih dekat dan mencintai Allah. 

Mereka bisa merasakan Keagungan dan Kebesaran Allah. Orang-orang berubah menjadi lebih baik, lebih sholeh, lebih rajin beribadah dan bekerja, lebih amanah dan bertanggungjawab. Orang-orang menjadi lebih bersemangat untuk Haji atau Umrah dan membayar Zakat. 

Tentu, semua itu bukan karena ESQ dan Trainingnya, tetapi Allah yang berkehendak memberikan Hidayah. Kami selalu mengajarkan bahwa itu bukan karena Trainer atau ESQ. Kami pun merasa tidak ingin pujian untuk itu, tidak ada kebanggaan untuk kebaikan ini, karena semua kebaikan adalah milik Allah.

Kami pun selalu mengulang-ulang membaca Firman Allah:
 

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk (Hidayah) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk (Hidayah) kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk (QS. Al Qashah/28: 56).
 


Oleh karena itu, jika ada yang mempertanyakan bahwa ada kultus individu di dalam ESQ, saya ingin sampaikan bahwa itu tidak benar. Saya menjadi saksi bahwa Pak Ary TIDAK ingin dikultuskan dan kami semua pun TIDAK mengkultuskannya. Bagi kami Pak Ary adalah guru sekaligus pemimpin. Sebagai guru, tentu kita harus menghormati dan menghargainya, seperti juga guru-guru (Cikgu) yang lain, tidak lebih.

Fatwa dan Pentingnya Tabayyun

ole : Alumnus ESQ Eksekutif Angkatan 56, Direktur Eksekutif Sekolah Keluarga Fitrah


Mengapa umat Islam masih banyak yang terbelakang? Salah satu jawabannya bisa disimak dalam kisah nyata berikut ini. Suatu hari saya berdiskusi dengan teman saya yang aktivis Islam dan berprofesi sebagai trainer. Saya ceritakan tentang kedahsyatan training ESQ kepadanya.  “Kalau ente belum ikut ESQ, apalagi sebagai trainer, sepertinya kurang afdhol,” kata saya.

Apa jawaban teman saya itu? Sungguh mencengangkan. “Ane gak tertarik. Sepertinya masih bagusan metode training ane. Kata teman-teman yang sudah pada ikut, materi ESQ gak ada yang baru. Cuma menang di audio visual aja,” ujarnya.

Bayangkan, teman saya itu dengan beraninya menyimpulkan ESQ biasa-biasa saja tanpa pernah mengikuti trainingnya. Ia hanya menyandarkan informasi dari teman-temannya. Inilah penyakit kronis kita: mengambil kesimpulan tergesa-gesa yang disandarkan pada informasi yang sifatnya parsial atau sekunder. Hal semacam ini tak cuma menghasilkan kesimpulan yang parsial; tapi jauh lebih buruk dari itu: melahirkan ruang syak wasangka (persepsi) yang berujung pada terpecah belahnya tubuh umat.

Bukankah dalam sehari-hari kita kerap mendengar hal seperti ini? “Kelompok Islam itu anti tahlilan dan maulid.” Ada juga yang berkomentar,” Jangan sholat Subuh di masjid itu, soalnya pakai qunut.” Atau yang lainnya: ”Itu kelompok wahabi.”

Dan paling mutakhir adalah tentang keluarnya fatwa bahwa ESQ sesat. Sejak kasus itu bergulir, beragam komentar hilir mudik di media cetak maupun internet. Dan ironisnya, kebanyakan komentar tersebut hanya bersifat dugaan; hipotesis. Persis seperti proses dikeluarkannya fatwa ESQ sesat oleh salah seorang mufti Malaysia. Ternyata, sang mufti tak pernah ikut training ESQ dan tak menghadiri pertemuan antara Ary Ginanjar dan 13 mufti Malaysia lainnya.

Ini tentu saja problem serius. Bagaimana mungkin kita bisa mengambil kesimpulan utuh jika kita tak pernah mengikuti training ESQ dan berdialog dengan pendirinya? Islam mengajarkan kita untuk melakukan tabayyun (cek dan ricek) saat mendapat informasi tentang suatu hal.

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah (kebenarannya) dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Al-Hujurat: 6)

Menurut Ibnu Katsir, ayat ini termasuk ayat yang agung karena mengandung sebuah pelajaran yang penting agar umat tidak mudah terpancing, atau mudah menerima begitu saja berita yang tidak jelas sumbernya, atau berita yang jelas sumbernya tetapi sumber itu dikenal sebagai media penyebar berita palsu, isu murahan atau berita yang menebar fitnah. Apalagi perintah Allah ini berada di dalam surah Al-Hujurat, surah yang sarat dengan pesan etika, moralitas dan prinsip-prinsip mu’amalah sehingga Sayyid Quthb mengkategorikannya sebagai surah yang sangat agung lagi padat (surat jalilah dhakhmah), karena memang komitmen seorang muslim dengan adab dan etika agama dalam kehidupannya menunjukkan kualitas akalnya (adabul abdi unwanu aqlihi).

Alangkah elegannya jika sebelum fatwa itu keluar, sang mufti melakukan tabayun ke Ary Ginanjar. Sebagai sebuah metode, ESQ tentu saja memiliki ruang ketaksempurnaan. Hal yang justru diakui oleh Ary Ginanjar setiap ia memandu training ESQ. Persepsi atau dugaan seseorang terhadap sesuatu hal bisa jadi benar, bisa juga salah. Itulah mengapa pentingnya proses tabayyun; dialog, musyawarah agar tak menimbulkan fitnah.

Kasus ini menjadi pelajaran bagi umat Islam, wabil khusus kepada para pemimpinnya. Lakukanlah dialog; persempitlah ruang kecurigaan dan persepsi; biasakanlah melakukan tabayyun sebelum kita mengeluarkan komentar atau kesimpulan. Terlebih lagi sebuah fatwa yang memiliki dampak serius bagi umat. Kitakah umat yang bisa mengambil hikmah itu?


Infotainment Haram! Situs Penebar Fitnah?

ole : Khanza Safitri

Akhirnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan infotainment haram baik bagi yang menayangkan maupun menonton. Fatwa tersebut disahkan dalam pleno Musyawarah Nasional (Munas) di Jakarta, Selasa (26/7). Dalam rumusan fatwa tersebut disebutkan bahwa upaya membuat berita menceritakan aib, kejelekan, gosip, dan hal-hal lain terkait pribadi kepada orang lain dan atau khalayak hukumnya haram. Begitu juga dengan mengambil keuntungan dari berita yang berisi tentang aib dan gosip dinyatakan hukumnya haram oleh MUI.

Ditanya wartawan, Ketua MUI Amidhan mengatakan, “Fatwa haram itu kita keluarkan menyangkut konten di infotainment. Apabila kontennya berisi gosip dalam bahasa agama gibah/fitnah yang menyangkut pribadi seseorang dan seseorang tersebut tidak senang diberitakan, itu hukumnya haram.”

Jelaslah bagi kita bahwa dasar keluarnya fatwa MUI terhadap infotainment bukan pada acaranya melainkan pada konten/isi yang mengandung ghibah, fitnah, gossip yang menyangkut pribadi dan seseorang tersebut tidak senang diberitakan. Artinya apapun bentuk medianya apakah infotainment atau bukan jika sifatnya ghibah, gossip, atau fitnah maka hukumnya haram.

Berkaitan dengan hal itu sebagai pemerhati konten situs-situs di internet, saya merasa sangat prihatin dengan keadaan saat ini berkaitan dengan pemberitaan buku dan Training ESQ (Emotional & Spiritual Quotient) yang digagas oleh Ary Ginanjar. Sebagai seorang alumni ESQ yang sudah berkali-kali membaca buku dan mengikuti training ESQ saya tahu persis apa yang disampaikan di dalam buku maupun training, tidak ada sama sekali seperti yang dituduhkan.

Rata-rata tulisan atau pendapat yang beredar di nbeberapa situs tersebut sepertinya tidak mendalami apa saja 10 dakwaan salah seorang Mufti di Malaysia tersebut. Mereka lalu ikut-ikutan menyalahkan ESQ, tanpa mempelajari bukunya dengan baik atau mengikuti trainingnya, sehingga isi tulisan kebanyakan fitnah, tanpa mengkonfirmasi pada yang bersangkutan.
 
Hal yang menurut saya sudah menjurus pada fitnah:

1. ESQ dianggap menghina Nabi dan merusak aqidah: dimana letak menghina Nabi dan merusak akidah? Hampir semua yang sudah pernah training ESQ merasakan kebesaran Allah dan bertambahnya kecintaan pada Nabi justru setelah mengikuti training ESQ

2. Menjadikan suara hati/logika sebagai sumber kebenaran. Yang mengatakan hal itu tidak pernah membaca secara utuh buku ESQ. Dalam buku maupun training secara jelas menyatakan bahwa Al Quran sebagai puncak kebenaran.

3. ESQ bersumberkan pada ajaran Hindu, Budha, Injil, dan Yahudi, mana buktinya? Ini fitnah yang tidak berdasar, apa alasannaya?

4. Ary Ginanjar dianggap mengakui kesalahannya yang berkaitan dengan tuduhan Mufti Wilayah Persekutuan. Ini jelas Fitnah karena meskipun Ary Ginanjar terbuka dengan berbagai kritikan dan masukan, namun bukan berarti membenarkan dakwaan Mufti Malaysia.

5. ESQ menafsirkan makna kalimah syahadah dengan konsep kristiani dalam menjelaskan trinitas. Ini pun sebuah tuduhan tanpa dasar, bahkan terkesan dipaksakan.

Saking banyaknya, saya tak bisa menyebutkan satu persatu tentang fitnah yang beredar di berbagai situs-situs. Sungguh ironis fitnah dan tuduhan malah muncul di situs-situs berlabelkan Islam.

Jika kembali pada soal fatwa haram infotainment yang didasarkan pada kandungannya yang mengandung ghibah, fitnah, kejelekan, dimana yang bersangkutan tidak suka (saya yakin Ary Ginanjar tidak akan suka difitnah seperti itu) maka tergolong haram.

Maka menurut saya situs-situs yang menebar fitnah pun harus dikategorikan haram. Kita harus berhati-hati terhadap situs-situs Islam yang isinya hanya menyebarkan ghibah, fitnah dan memecah belah umat Islam dengan berita-berita mereka. Bahkan mungkin kita harus curiga siapa dibalik situ-situs tersebut, yang sangat tendesius dalam menyerang saudara mereka sesama umat Islam.

Saya menghimbau pada MUI untuk mengeluarkan fatwa pada situs apapun yang isinya mengandung ghibah dan fitnah. Saya juga mengharapkan UU IT ditegakkan berkaitan dengan fitnah-fitnah yang merebak di situs-situs tidak bertanggung jawab.

Wahai umat Islam, sadarilah ada yang sedang tertawa dengan keadaan saat ini. Ingat banyak yang tidak suka jika Islam bangkit dan umat Islam menjadi kuat dan berkualitas. Ada yang sedang memanfaatkan situasi seperti ini, sesama umat Islam diadu domba dan dilemahkan. Energi dihabiskan untuk menghantam sesama umat Islam.

Ingat masih banyak pekerjaan di depan mata untuk kemaslahatan umat. Janganlah umat malah dibingungkan karena tuduhan-tuduhan yang tidak bertanggung jawab. Jangan merasa paling benar, lalu menyesatkan yang lain.

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS.Al Hujurat , 49:12)

Bahkan, Nabi Muhammad SAW lebih mempertegasnya lagi dalam sabdanya

”Tidak akan masuk surga orang yang menghambur-hamburkan fitnah (suka mengadu domba).”
(HR Abu Dawud dan At-Thurmudzi).

Salam,

Khanza Safitri

Tuesday, December 26, 2017

Catatan Kritis tentang Fatwa ESQ Sesat

oleh : Indrayana Taher


Sudah tiga pekan terakhir kegaduhan merebak, terutama di dunia maya, terkait fatwa sesat ESQ oleh salah seorang mufti di Malaysia. Berbagai berita dan  komentar hilir mudik masuk ke email saya. Mayoritas isinya menghujat, mencaci maki ESQ dengan kata dan kalimat yang –meminjam tagline Tempo—tak enak dibaca dan tak perlu.

Jujur, membaca berbagai berita tersebut membuat saya mixed feeling: sedih, geram, kecewa, kadang juga menggelikan. Saya tak akan berpanjang kalam menulis prolog ini. Ada baiknya anda menyimak deretan catatan kritis saya berikut ini :

1.    Fatwa sesat ESQ dikeluarkan oleh satu orang mufti dari 13 mufti yang ada di Malaysia. Menariknya, Sang Mufti yang menyesatkan ESQ itu tidak menghadiri pertemuan antara Ary Ginanjar dan 13 mufti lainnya pada Juni 2010 dan belum ikut training ESQ.  Ada tiga pertanyaan penting disini: 1) Mengapa ia yang tak hadir, tapi kemudian berani menyatakan ESQ sesat? 2) Mengapa ia yang belum pernah ikut training ESQ, berani menyatakan ESQ sesat? 3) Mengapa dari 14 mufti, hanya satu yang menyatakan ESQ sesat?

2.    Sejauh yang saya amati, mengapa orang-orang yang mengatakan ESQ sesat hanya itu-itu saja? Dan mohon maaf, kebanyakan mereka adalah ulama yang identik dengan kelompok tertentu yang selama ini terkenal sangat mudah memvonis orang atau kelompok lain. Sementara itu, sama persis dengan di atas,  situs-situs yang konsisten memuat pemberitaan ESQ sesat, hingga saat ini, juga yang itu-itu saja. Dan saya melihat, situs-situsnya, sangat mudah ditebak: berasal dari kelompok mana dan apa latar belakangnya.

3.    Terkait dengan poin 2 di atas, mengapa ulama-ulama yang selama ini menjadi mainstream umat Islam di Indonesia, tak menyatakan bahwa ESQ sesat? Muhammadiyah dan NU kompak berkata: “ESQ tidak sesat.” Bahkan MUI, sebagai lembaga yang memiliki otoritas mengeluarkan fatwa pun menyatakan tidak ada kesesatan ESQ.

4.    Sejauh yang saya amati, merujuk pada 10 kriteria MUI tentang ajaran sesat (diantaranya adalah  mengingkari salah satu rukun iman dan rukun islam; meyakini turunnya wahyu sesudah Al Qur’an; mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul terakhir, dst), tak ada satupun yang dengan kuat bisa dijadikan landasan untuk menyatakan ESQ sesat (untuk hal ini saya akan buat tulisan tersendiri). ESQ justru menegakkan rukun Iman dan rukun Islam, membuat para peserta mencintai Nabi Muhammad SAW serta menunjukkan mukjizat Al Qur’an. Makanya, karena memang tidak ada kriteria yang bisa menjerat ESQ, MUI tak pernah memvonis ESQ sesat: sejak dulu hingga kini. Selain itu tidak mungkin ESQ bisa memiliki alumni hingga hampir 1 juta orang apabila mengajarkan kesesatan.

5.    Berbagai tulisan yang masuk ke email saya dan beredar di dunia maya, sudah tak proporsional, adil, objektif. Bahkan, mohon maaf, sangat dangkal analisanya, tak logis dan sangat menyederhanakan masalah. Siapapun yang berpikiran waras, jernih dan cerdas, pasti akan tertawa tergelak-gelak saat membaca kalimat semacam ini.     Sementara itu KH Anwar Ibrahim meragukan ajaran ESQ, karena penuh dengan liberalisme dan pluralisme, yang menganggap semua agama adalah benar. Pasalnya, sewaktu Ary mendirikan ESQ tahun 2000 bertepatan dengan lahirnya gerakan Islam liberal di Indonesia yang diwakili JIL (Jaringan Islam Liberal).

Aneh bin ajaib…kok bisa-bisanya seorang ulama menyimpulkan ESQ adalah JIL hanya karena memiliki tanggal yang sama saat didirikan? Lalu apakah berarti semua organisasi yang didirikan di tahun 2000 bisa dihubungkan dengan JIL (Jaringan Islam Liberal)? Saya akan buat tulisan tersendiri tentang ini. Tunggu saja.
Masih banyak catatan kritis yang ingin saya buat. Tapi untuk sementara cukup disini dulu. Saya sungguh tak kuasa untuk melanjutkanya saat ini karena merasa sedih dengan potret umat Islam saat ini. Ulama dan pemimpinnya begitu mudah menyesatkan kelompok lain, umat menjadi bingung.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”

(QS Al Maidah, 5:87)

Wednesday, August 10, 2016

Pencarian Spiritual Melalui Training ESQ



Penelitian yang dilakukan oleh Gallup dalam Tangdilintin (2008), menemukan bahwa, seseorang yang memiliki komitmen spiritual, ternyata dua kali lebih berbahagia daripada seseorang yang kurang memiliki komitmen spiritual. Seseorang yang spiritualitasnya tinggi juga memiliki resiko lebih rendah untuk terkena depresi dan lebih puas akan keberadaan dirinya

            Bagaimana dengan anda sendiri?  Pernahkah anda merasa gundah, resah, tidak nyaman, merasa diri kosong dan hampa, atau mulai mempertanyakan untuk apa sisa waktu anda di dunia ini? 

            Untuk banyak orang di dunia, spiritualitas merupakan cara utama untuk menghadapi masalah-masalahnya. Hal ini karena spiritualitas memberikan dukungan sosial di masa krisis dan masa sulit, dan memberikan skema atau penjelasan, jawaban yang jelas dan terstruktur bagi  setiap orang, dalam usahanya menemukan makna hidup. (Marcoen, dalam Johnson 2005).


Apa saja aspek Spiritual yang bisa tumbuh dari Training ESQ?


Di dalam training ESQ, terdapat pengembangan dari aspek-aspek Spiritualitas menurut Bruckhardt dan Jacobson (2005, di dalam buku Health and The Human Spirit, Brian Luke Seaward PhD (2013) menjelaskan berbagai kaitan Antara spiritualitas dengan kesehatan seseorang. Berikut ini kami paparkan hubungan antara delapan aspek dalam domain spiritual dari Bruckhardt dan Jacobson, yang dikembangkan melalui Training-training ESQ : 

1.    Misteri.
Misteri adalah bagian dari hidup, dan bagian dari spiritualitas. Misteri ini beroperasi jauh diatas apa yang bisa dicapai oleh pemahaman dan penjelasan manapun. Spiritualitas membuat seseorang mampu menyelesaikan masalah dan menemukan pemahaman dan mampu bertahan saat harus melalui hal-hal yang tidak diketahuinya. Di dalam Training ESQ, terdapat jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai beberapa topic yang bersifat hakikat. Diantaranya mengenai Sang Pencipta, kedigdayaanNya, dan apa tujuan dari penciptaan kita. 

2.    Cinta.
Cinta membakar spiritualitas, dan membuat orang dapat hidup dengan kekuatan yang ada di dalam hatinya. Di dalam cinta terdapat dimensi; cinta diri, cinta yang agung, cinta pada orang lain, dan cinta pada seluruh ciptaanNya. Di dalam
Di dalam cinta terdapat kapasitas seperti kebaikan, kehangatan, pemahaman, murah hati, dan kelembutan. Mempertahankan hati yang penuh cinta adalah komponen penting dari perawatan spiritual.
Dengan cinta, seseorang bisa menjangkau keluar, bisa menyembuhkan, dan saling terhubung dengan satu sama lain. Cinta seringkali berada dibalik aksi keberanian dan kasih sayang maha dahsyat yang tidak bisa dijelaskan. Di dalam Training ESQ kita akan melalui penjelasan mengenai hakikat mengapa rasa cinta bisa dirasakan oleh kita sebagai manusia

3.    Derita
Penderitaan timbul saat aspek fisik, mental, emosional, dan spiritual kita menjadi satu dalam menghadapi elemen kehidupan yang tidak bisa kita pahami. Upaya untuk memahami konsep penderitaan telah membentuk tradisi dari semua budaya dan agama. Untuk sejumlah orang, penderitaan bisa meningkatkan kesadaran spiritual mereka, dan pada orang lain, penderitaan justru membuat mereka marah dan frustrasi. Sosial budaya, agama, keluarga, dan lingkungan, adalah faktor-faktor yang mempengaruhi respon orang terhadap penderitaan. Pengetahuan mengenai kepribadian, budaya, tradisi keagamaan dan latar belakang keluarga, dapat membantu petugas medis dalam memahami makna penderitaan. Di dalam training ESQ kita dihadapkan pada jiwa kita yang merasa bersalah dengan banyaknya dosa-dosa yang kita pernah lakukan. Dan kita dihadapkan pada hukuman Tuhan di dunia yang bisa saja diberikan Tuhan kepada kita atas dosa-dosa tersebut. 

4.    Harapan
Harapan berkaitan dengan apa yang kita harapkan terjadi pada masa depan. Dan jauh melampaui kepercayaan dan doa. Ada dua level harapan, yaitu harapan spesifik dan harapan secara umum. Harapan spesifik menuju kepada tujuan dan dorongan yang menuju hasil dan peristiwa tertentu yang diinginkan. Harapan umum termasuk di dalamnya rasa nyaman akan datangnya masa depan. Hal ini menjadi besar pengaruhnya untuk mengatasi rasa sakit dan menjadi sumber kekuatan saat seseorang harus melalui masa yang penuh ketakutan dan ketidakpastian, dan membantu mereka membentuk hasil yang positif. Di dalam Training ESQ kita diajak untuk melewati spiritual journey dimana kita melihat betapa tidak terbatasnya kuasa Tuhan Yang Maha Dahsyat, dan kita didorong untuk menemukan tujuan hidup yang besar melalui Training ESQ, agar tumbuh harapan hidup yang membuat kita bisa mencapai cita-cita yang kita inginkan.

5.    Memaafkan
Keimanan, tradisi budaya, pola asuh, dan pengalaman hidup seseorang, seluruhnya berkontribusi dalam membentuk sikap seseorang terhadap perilaku memaafkan. Kepercayaan pada Tuhan, Sang Pencipta, dan Kecerdasan Maha Dahsyat, bisa mempengaruhi kemampuan seseorang dalam memberikan maaf dan menerima maaf dari orang lain. Kemampuan untuk melepaskan diri dari rasa marah atau keinginan balas dendam pada orang lain atas apa yang ia lakukan, adalah bagian penting dari memaafkan. Di saat Spiritual Journey dalam Training ESQ, kita akan menemukan bahwa kita akan mendapatkan kebahagiaan dengan memaafkan. 

6.    Kemuliaan (grace)
Kemuliaan adalah berkah yang terberi, dan bukan sesuatu yang diupayakan. Kemuliaan seringkali dianggap sebagai sesuatu yang diberikan Tuhan, atau dari hidup itu sendiri. Dan kemuliaan dapat membantu, memberdayakan, dan memungkinkan seseorang mencapai keberhasilan dalam hidupnya, di masa-masa sulit, dan juga untuk menghadapi rintangan yang muncul. Di dalam Training ESQ, kita akan memahami bahwa kemuliaan akan datang dengan sendirinya apabila kita memegang teguh Prinsip 165.

7.    Mendatangkan kedamaian
Kedamaian adalah keadaan yang dirasakan seseorang, dan terpisah dari kekuatan yang berasal dari luar diri kita. Menjadi orang yang bisa mendatangkan kedamaian pada masa sekarang ini adalah sebuah tantangan spiritual. Setelah seseorang dapat menghargai dan hidup dalam realitas dalam hubungannya dengan manusia lain, dan ciptaan Tuhan lainnya, seiring dengan waktu, dan situasi, maka kedamaian tersebut akan tumbuh (Buckhardt & Nagai Jacobson, 2005). Setelah menemukan jawaban-jawaban hakiki yang diberikan pada Training-training ESQ, rasa kedamaian internal akan muncul dengan sendirinya.

Setiap orang dibawa ke dalam tempat terdalam pada diri mereka, saat muncul masalah spiritual atau inti dari kehidupannya. Buckhardt & Nagai-Jacobson (2005), menyampaikan bahwa spiritualitas tidak bisa dikuantifikasikan atau dihitung, dan biasanya terlihat oleh kita sebagai sebuah misteri. 

Spiritualitas juga tergambar dari munculnya pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat hidup dan sejenisnya, yang dapat menantang diri seseorang, yang membawanya ke suatu perjalanan spiritual yang lebih tinggi dari yang tertinggi, dan yang lebih dalam dari yang terdalam. 

            Berbagai aspek spiritual diatas, merupakan hal-hal yang dikembangkan dalam Training-training yang diselenggarakan oleh ESQ.  Prinsip 165 yang diterjemahkan kedalam 1 hati, 6 prinsip, 5 langkah dibuat dengan tujuan agar setiap peserta dapat mengarungi perjalanan spiritual dan menemukan inti atau hakikat kehidupannya, hanya dalam training beberapa hari saja, tanpa harus melalui proses yang lama.

Untuk Informasi mengenai Training ESQ, hubungi saya di : 0856-9311-9026

Thursday, July 28, 2011

salah mengajarkan jihad; mematikan generasi. ajarkan mereka untuk hidup, bukan untuk mati!

jangan biarkan mereka menjadi pembunuh berikutnya.. mereka tak rela!

saya sadar tulisan ini akan membuat banyak warga fesbuk di frenlist saya, yang beberapa bergaris keras, akan kegerahan dan malah mungkin marah, seperti yang pernah diluapkan di fesbuk ini, tapi lalu saya hapus demi melindungi orang itu dari mempermalukan dirinya sendiri di page saya.

tapi apa yang saya hendak tuliskan ini teramat penting, karena menyangkut masa depan sebuah bangsa, yang (bukan katanya, tapi memang) terletak di tangan generasi mudanya.

saya sungguh terperanjat sewaktu mengisi training di sebuah SMP, beberapa waktu yang lalu. Seperti biasa, saya memberi training motivasi remaja dengan materi Bikin Life Planning. Pada saat mereka diajarkan untuk mengembangkan daya rencana mereka hingga ke waktu hidup yang paling tua, saya terkejut dengan sebuah jawaban; mati. Nah lo.. kan masih ada masa lanjut usia, kenapa mereka mengharap mati? mengapa setelah dewasa, apa yang ada di pikiran mereka adalah mati? bukan hidup sukses? apakah hidup tidak ada artinya di kepala mereka?

ya, mereka siswa dari sebuah sekolah islam. ya, mereka masih remaja. tapi tidak, mereka tidak punya rencana hidup. ternyata itulah efek buruk dari mengajarkan jihad. remaja yang ingin mati.

bisa terbayang seperti apa negeri ini nantinya, bila remajanya begitu ingin mati?
negeri yang amat porak poranda dan hancur,
negeri tanpa cita-cita
negeri tanpa kemuliaan

dan itu berasal dari pemaknaan yang salah terhadap sebuah hadits yang sebenarnya amat lurus, tapi kemudian salah dipahami oleh sebagian kaum muslim; isy kariman aumut syahidan. hidup mulia atau mati syahid.

kawan, sahabat, mari kita telaah hadits tersebut.

mengapa hidup mulia dikatakan lebih awal dari mati syahid?

mengapa bunyi hadits itu bukan ; mati syahid atau hidup mulia?

karena memang bukan itu yang diinginkan Allah SWT

Sang Pemilik Kehidupan menginginkan kita untuk HIDUP MULIA

itu saja

bila tak sanggup hidup mulia

ke laut aja deh sana (alias mati syahid)

itu maksudnya pak, bu, mas, mba, teteh, aa, yang tengah mengajarkan jihad pada siapapun.. saya meminta kalian mengintrospeksi metode dakwah yang dilakukan. bila tidak; remaja kita akan hancur, sama seperti tubuh Dani Dwi Permana, siswa SMA di Bogor (kota tempat saya tinggal) yang menjadi pelaku bom marriot. bagi saya Dani Dwi Permana adalah seorang pembunuh berdarah dingin yang dimatikan kemanusiaannya dengan doktrin-doktrin jihad yang salah.

mengapa ini begitu penting?

karena sosok remaja yang menginginkan mati itu, adalah sosok remaja-remaja yang memiliki akhlak yang baik, pengetahuan yang tinggi, dan hubungan yang baik dengan orang lain.

apa yang terjadi bila mereka mati? (atau dimatikan cita-citanya dengan berbagai cara)

maka yang akan berjaya adalah; generasi rusak yang tidak tersentuh dakwah..

relakah bila dunia ini diserahkan pada mereka yang tidak pernah tahu apapun isi quran, hanya karena mereka yang mengenal satu dua ayat saja lalu ingin mati syahid?

konon Dani Dwi Permana dan kawannya direkrut hingga mampu membunuh (ratusan korban jiwa) di hotel marriot itu, hanya dalam waktu beberapa bulan saja. dan tangis ayahnya yang berada di penjara paledang bogor begitu menyayat hati saat mengetahui anaknya sanggup menjadi pembunuh massal dengan cara meledakkan dirinya itu.



untuk anda yang masih mendukung juga perjuangan dengan metode bom itu, saya ingin tanya pada anda; sudah pernahkah anda merasakan ledakan bom?

itu saja. ledakkan saja diri anda sendiri dulu di tempat sepi. bila masih hidup baru kami percaya anda benar. atau bom nya yang gagal. kalau mau bunuh diri, lakukan sendiri, di tempat sepi, gak usah riya deh. bukankah riya juga berujung di neraka?

tapi jangan meledakkan diri di keramaian. dengan alasan kebencian. karena itu hanya akan mendatangkan korban, dan kebencian yang lebih besar lagi.

tahukah anda berapa besar kehancuran yang terjadi di afghanistan, irak, dan palestina, hanya karena sampai sekarang kaum muslimin salah memposisikan dakwahnya?

saya pernah diberi materi tentang penggunaan senjata dalam perjuangan, oleh pemateri saya yang berasal dari sebuah partai dakwah, dan saya satu lingkaran dengan adik dari presiden partai itu. jadi saya tahu betul bahwa itu memang diajarkan. bahwa itu mungkin kesalahan karena salah membeli buku, saya tidak tahu. yang jelas saya pernah diberi materi itu. dan hingga sekarang saya malas sekali datang atau bersentuhan dengan partai itu.

saya pernah merasakan ledakan bom. karena saya pernah bekerja sebagai konsultan di sebuah pabrik pembuat bahan peledak di suatu kota di jawa barat. ya. indonesia bukan negara lemah. indonesia punya tidak kurang dari 7 pabrik bahan peledak. dan hitungan produksinya mencapai hitungan ton bahan kimia yang diekspor dari afrika per bulannya. disana peledakan sisa-sisa bahan peledak yang tidak terpakai, yang tidak lolos uji, yang gagal produksi, dilakukan, dan saya bersama sahabat saya (sama-sama perempuan) merasakan langsung getaran bumi yang ditimbulkan dari ledakan bom tersebut.
sungguh bukan hal yang mudah terlupakan. tubuh saya tak henti mengigil begitu mengingat kenangan tersebut. bom bukan mainan anak SMA seperti Dani Dwi Permana.



mengapa tidak mengajarkan untuk hidup syahid?

mengapa tidak mengajarkan untuk meraih kesuksesan mulia?

mengapa masih juga mengajarkan mati?


pak guru yang dituding oleh guru-guru yang lain dari sekolah itu sebagai penyulut api semangat kematian itu, begitu merah padam mukanya. baru menyadari betapa parah kesalahan yang dilakukannya. bisakah anda tahan menyaksikan siswa atau anak anda, mengaku ingin mati? di depan anda? kecuali bila anda pembunuh berdarah dingin.. yang membuat saya makin menggigil membayangkannya..


sementara di kampus saya, di psikologi ui, intel-intel bersliweran membawa serta berbagai persiapan dengan meminta psikolog sosial membuat rancangan acara untuk penyadaran para teroris, mereka menyebutnya program deradikalisasi terorisme.


sadarkah anda para orangtua, dan para guru, bahwa bahaya salah jihad ini ada di depan mata anda?

lebih baik anda yang mati, daripada anda menyuruh anak anda mati. lebih baik anda yang mati daripada anda mengajarkan murid anda untuk mati.

walaupun dengan embel-embel yang lain, apakah itu mati konyol atau mati sial, mati tetap mati.

dan sekali seseorang itu mati, anda tak bisa menghidupkannya lagi.


untuk anda yang masih mendukung jihad dengan bom. saya mau katakan langsung di muka anda;

jangan anda sudi hidup dan makan dari pembunuhan yang dilakukan oleh orang lain.

jangan berani-beraninya anda makan dari uang hasil pembunuhan massal.

saya tahu itu ada. saya sendiri menghadapi orang yang memberi materi tentang itu. dan saya sendiri berhadapan dengan golongan yang menganggap Dani Dwi Permana sebagai orang mulia. padahal bagi saya dia tak lebih dari pembunuh massal berdarah dingin dengan tanpa otak.

bila anda golongan yang tidak sanggup hidup bersama orang lain, dan begitu mengucilkan diri, jangan sebarkan dakwah anda, jangan rekrut orang lain siapapun. pindah saja ke pulau terpencil dan beranak pinak disana sampai anda mati. tapi jangan bunuh siapapun lagi.


bila anda tidak tahu cara untuk hidup sukses, jangan ajarkan pada orang lain cara untuk mati. jangan harumkan kematian. tahukah anda itulah sebabnya negeri ini begitu ingin dihancurkan Allah dengan berbagai gempa? karena itu yang anda semua inginkan bukan? kematian? dan ketika Allah mengabulkan itu, anda malah menuding golongan lain yang salah dan kurang sholeh.

telahkah anda menganggap diri sebagai yang paling benar?

telahkah anda menganggap diri anda lebih mulia?

telahkah anda merelakan diri menjadi golongan pembunuh keji?

TIDAK!

sekali lagi TIDAK!

katakan TIDAK untuk BUNUH DIRI!

BELAJARLAH UNTUK HIDUP MULIA, HIDUP SYAHID.

BILA PUN ANDA TIDAK MATI-MATI JUGA, ANDA HARUS TETAP HIDUP.

DAN JANGAN CARI MATI.



ajarkan anak-anak (didik) anda untuk berprestasi, bukan untuk mati

ajarkan anak-anak (didik) anda untuk hidup sukses, bukan mencari cara membom

ajarkan anak-anak (didik) anda untuk hidup di era globalisasi dan bisa bekerjasama dengan semua orang dari berbagai negara. bukan untuk memancing konflik dengan mereka!

jangan sebarkan kebencian, dalam bentuk apapun.

hentikan pemboman. jangan pernah ada lagi.

Biarlah Tuhan memeluk Mimpi itu untukmu..

seorang saudari sepupuku baru saja bersedih malam ini,

ia tengah merelakan mimpinya yang katanya satu per satu tidak tercapai..

impian seorang mahasiswi; cum laude, lulus 3,5 tahun, de el el..

tapi.. benarkah itu impian yang se-impiannya?

impian sejati bukanlah terletak dalam waktu, atau dalam angka berbilang..

tapi dalam idea

mari belajar merumuskan mimpi..


seorang anak kecil, jangan diberi cara bermimpi yang salah.. karena bila tidak tercapai, konsep dirinya bisa terganggu, dan ia merasa dirinya tidak lagi kompeten,

ajari ia bermimpi,

cari tahu dari dirinya, apa yang paling ia sukai, apa yang ia ingin lakukan setiap hari di masa depannya; dan bukan dalam bentuk pekerjaan tertentu.
- menolong orang? menyembuhkan orang sakit? (dibanding menjadi dokter, yang sedikit peluangnya) ia akan merasa jauh lebih baik dengan dirinya sendiri, merasa lebih percaya diri, dan nantinya, bilapun ia menjadi dokter, ia akan menjadi dokter yang sangat baik, dibanding bila ia salah bermimpi sejak kecil..
- menjadi orang kaya? mencapai kekayaan? (semua orang bisa melakukan ini) caranya adalah dengan berwirausaha. bandingkan dengan seorang anak yang ingin menjadi dokter karena ia ingin menjadi orang kaya. apa jadinya coba?

well, semua ini sebenernya ada di buku ku yang judulnya "bikin life planning; biar hidup asyik kaya makna" tapi kubagi gratis aja deh disini poin-poinnya ya, berhubung buku itu udah menghilang dari gramedia dan gunung agung..

sebelum merumuskan mimpi,

miliki dulu inti kekuatan, apa yang bikin kita bisa selalu bermimpi itu, dan apa yang sebenernya paling ingin kita lakukan setiap hari nantinya dimasa kita dewasa (buat yang udah dewasa, belum terlambat ko)

inti kekuatan itu baterai dalam diri kita, yang terdiri dari unsur-unsur non fisik,

misalnya; persaingan, orang yang suka persaingan bakal ampun-ampunan semanget ga peduli apapun
atau; persahabatan, dengan tujuan persahabatan, apapun bisa dan mungkin dilakukan
atau; idealisme, asalkan bertujuan demi kebenaran, gunung pun rasanya bisa ditembus deh
atau; prestasi, demi umat manusia yang lebih baik, gue rela ga tidur berbulan2 (kata ilmuwan)

nah, banyak kan? sekarang, cari dulu inti kekuatan apa yang ada di diri kamu, yang bikin kamu gak bisa capek kalau inget inti kekuatan ituh.

sekarang, rumuskan visi

seumur hidup kamu di dunia, pengen bikin lukisan kehidupan yang kayak gimana? nah itulah visi.
gak semua orang berhasil punya visi hidup. washington, dengan kejujurannya, berhasil jadi founding father amerika. disney, dengan semangat keindahannya, berhasil bikin dunia mainannya hidup. einstein, dengan kejeniusannya, berhasil bikin dunia yang lebih baik dengan penemuan2nya.. sidharta gautama, berhasil bikin aliran pergerakan sosial yang bikin dunia jadi lebih baik dengan bodhisatwa nya..

kamu sendiri, visi hidup kamu itu apa? adakah lukisan kehidupan yang kamu inginkan terwujud? nah, cobalah jadikan kenyataan. satu hal ya.. kamu mungkin cuma satu orang, tapi sadar ga? orang itu tuh ya kamu. kalau kamu bisa mikirin tuh satu hal hebat itu di pikiran kamu, berarti hal itu mungkin dan mampu kamu capai. "Anything your mind can conceive, it can achieve" begitu katanya..(lupa kt sapa)

kamu udah punya inti kekuatan, udah punya visi, (ini bisa dibolak balik kok) kalau di buku itu, saya dahulukan visi baru setelah itu inti kekuatan.

ah, lupa, ada singkatannya nih gals, brur..

VITRAH
Visi pribadi
Inti kekuatan
Tahapan
Rencana
Analisa resiko
Hidup progresif

gampang kan? setelah punya visi pribadi, kamu punya gambaran cita-cita dalam hidup,

lalu, cari inti kekuatan dalam diri kamu

lalu buat tahapan untuk mencapainya (kecil ngapain, remaja ngapain, dewasa ngapain, tua ngapain, de el el, ) pake tahapan per lima tahunan minimal

lalu, buat rencana dalam tiap tahapan itu. pake plan a, b, c yah, dan rencana ini kudu spesifik misalnya tiap hari belajar berapa jam sehari de el el

lalu setelah itu, analisa deh resiko apa yang mungkin timbul. kurang dana? banyak saingan? biaya nambah? banyak deh.. dalam bagian analisa resiko ini kamu juga harus masukin cara, atau paling ga cari cara buat ngatasin masalah yang timbul ituh.

lalu, hidup progresif deh.. hidup beberapa langkah dari saat ini.
ini saya terapkan pada diri saya, misalnya saya bercita-cita menerbitkan 30 buku sebelum usia 30 tahun. saya cuman mimpi ajah, tapi ternyata.. sim salabim.. tahun kemarin sampe 19 buku, dan tahun ini nambah 8 buku lagi. belum lagi yang lain.. dan saya masih punya satu tahun lagi sebelum saya 30 tahun.

ngapain 30 buku? gini maksudnya, buku itu adalah tabungan ide saya, saya gak boleh kehabisan bahan bakar dan ide untuk terus menerus berprestasi selama saya di masa dewasa kan? makanya sebelum nikah, sebelum punya anak, saya harus bikin sebanyak2nya buku biar nanti buku2 itu bisa jadi ladang saya cari duit seterusnya, gitu brur..

20011, juli 27; buku saya mencapai 34 buku. alhamdulillah :) semua atas bantuan Allahu SWT..

nah.. begitu lah cara bermimpi..

bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi itu, dan menyimpannya untukmu..

Friday, June 19, 2009

Mohon lindunganMu Yaa Allah..

Ya Rabb..

lindungi aku dari dosa terbesar yang datang dari dalam diriku sendiri..

dari rasa ujub dan riya

yang bisa menjauhkanMu dariku..

dari rasa takabur

yang bisa mengusir hidayahMu dariku..

dari rasa lemah

yang bisa menutup kesempatan yang Kau bukakan untukku..

dari rasa takut

yang bisa menghambat semua peluang yang Kau berikan untukku..

dari rasa sakit

yang bisa menghindarkan semua tantangan yang Kau siapkan untuk ku lewati..

dari rasa ragu

yang bisa menutup semua kekuatanMu yang Kau berikan untuk menghadapi cobaan yang Kau berikan padaku

dari rasa buruk yang datang dari syaitan
dari permusuhan dan kebencian mahlukmu yang datang dari syaithan

untukMu pemilik semua Nama-nama dan kemuliaan yang Kau miliki Yaa Rabb..

kumohon perlindungan padaMu untuk berjalan di atas bumi yang Kau miliki
dengan penuh keselamatan


amiiinn Yaa Rabbal Alamiiin..

Friday, May 22, 2009

Pendidikan Kebahagiaan

mungkin karena yg satu ini tidak menghasilkan uang, atau kurang berguna buat daya saing bangsa, maka gak kepikiran kali yah buat bikin ini suatu hal yg resmi.. dan jadilah satu dunia yang penuh dengan manusia yang tidak bahagia..

padahal ada 2 jenis kecerdasan yang terang-terangan tertulis; kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal. kemampuan untuk hidup bahagia sendiri maupun bersama orang lain. jadi akan ada fondasi saintifik untuk terus mengembangkan hal yang satu ini.. aman lah...

sebenarnya kebahagiaan mungkin tidak perlu diajarkan, karena setiap orang bisa belajar sendiri. tidak seperti rumus-rumus fisika yang gak mungkin kita temukan sendiri kalau kita gak niat, rumus-rumus kebahagiaan bisa dengan mudah terjabarkan, karena masing-masing dari kita punya 'personal tutor' yang namanya ; hati. walaupun gak semua orang terima keberadaan 'principal' dari school of happiness ini yaitu : nurani. tapi masalahnya; harus menunggu hingga seorang anak itu dewasa untuk dia akhirnya bisa lulus dari mata pendidikan yang satu ini.. dan itu mungkin akan sudah terlambat..

tapi, akankah pendidikan kebahagiaan ini mengajarkan kita untuk menjadi 'pengejar kebahagiaan' atau yang bahasa lazimnya dibilang; hedonis. hum.. makanya ini perlu benar-benar diajarkan kayaknya ya.. justru karena keberadaan hedon-isme itu..

apakah mereka yang hidupnya hedon, full of party itu benar-benar merasa bahagia? lalu mengapa banyak dari mereka yang sukses, setelah menjadi CEO, berumur 50tahun, memiliki semua hal, bersedia membayar berapapun hanya untuk melihat pertandingan bola anaknya? (steven covey, first thing first)


karena bingung hendak menulis apa, maka aku berbincang dengan ibuku, tentang apa sih pendidikan kebahagiaan itu?
"untuk mengejar kebahagiaan?" kata ibu
"bukan, untuk selalu merasa bahagia" jawabku
"oh, berarti untuk berpikir positif?" kata ibu lagi
"ya, agar tidak terpengaruh oleh pikiran negatif" kataku

nah.. jadi bisa dikembalikan ke ; ajaran religi. bahwa, hidup harus dijaga untuk bisa tetap bahagia,dengan cara menjauhkan hidup kita, dari berbagai hal yang bisa mengganggu kelangsungannya. seperti narkoba, pergaulan bebas, kecanduan pesta, dan berbagai candu lainnya.

kemampuan untuk membebaskan diri dari ketergantungan dari 'benda' dan 'bentuk'
kemampuan untuk bisa bahagia tanpa kehadiran apapun atau sesuatu pun
kemampuan untuk melepaskan diri dari kebutuhan atau ketidakbutuhan, bahkan untuk menemukan apa yang sebenarnya dibutuhkan dan tidak.
kemampuan untuk bisa berpikir mandiri dan bertindak mandiri, jauh dari konformitas, dan menemukan 'diri sendiri' dalam 'kebahagiaan sejati'. nah ini..

lalu, ke-4 kemampuan di atas, bisakah diajarkan, pada anak-anak?
satu hal mengapa aku ingin ini ada untuk benar-benar diajarkan, bukan hanya karena curhatan sahabatku sore ini tentang anaknya yang sempurna dan bahagia dalam pendapat semua orangtua di sekitarnya (yang justru membuatnya khawatir karena tidak dapat mendeteksi apa sebenarnya perasaan anaknya.. pendiam siiiihhhh...) ibu sempurna yang siap menerima apapun keadaan anaknya, bahkan bila cacat sekalipun, tapi kesulitan menghadapi kenyataan bahwa anaknya tu baik-baik saja.. (masih bisa dioptimalkan kok. sifat seperti keceriaan bisa diajarkan juga lho, biar 'bintang'nya benar-benar bersinar)

sebenarnya pendidikan karakter bukan hanya soal 4 hal diatas. buku-buku mengenai karakter yg banyak dipakai di malaysia dan singapura (untuk dibaca anak-anak ataupun guru) berisi ratusan perangkat karakter dan penjelasannya, dan bagaimana mempraktekkannya. masalahnya, belum populer di indonesia. mungkin karena pendidikan karakter masih barang mahal kali ya? (padahal ada ratusan sekolah karakter gratis lhoooooooo, dari seorang doktor perempuan dari ipb)

dan bahagia itu adalah; hasil dari karakter. berhubung sekarang zaman serba instan, rasanya tak perlu menunggu anak-anak dewasa untuk mereka bisa menemukan apa itu sebenarnya 'kebahagiaan'. dengan resiko zaman yang seperti sekarang, mungkin akan sangat terlambat, bila mereka dibiarkan untuk hidup begitu saja tanpa diajarkan apa itu sebenarnya 'bahagia'.

kenapa ini perlu? konon karena salah seorang ibu dari 2 murid dengan karakter berbeda, yang anak2nya itu pernah mengikuti CREA kids, pernah memohon untuk menyimpan berlembar-lembar kuesioner yang pernah saya berikan untuk dokumentasi kegiatan, namun tidak bisa saya kabulkan. dan.. saya duga salah satunya karena bahan kuesioner mengenai kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal itulah, yang 'menyentuh'nya. pertanyaan tentang apakah anaknya bisa mengetahui saat ia merasa bahagia atau tidak..

banyak sekali sebenarnya bahan ajar yang bisa dikumpulkan untuk 'pendidikan kebahagiaan' ini. literatur hikmah, renungan-renungan harian, semua yang mengajarkan tentang pendidikan hati, kecerdasan nurani, sifat-sifat utama, dan sebagainya. semua mengajarkan tentang ; kebahagiaan sejati.


tapi tentu saja akan banyak sekali yang harus diajarkan ya?
life planning, goal setting, dream building, not to mention character building dan emotional intelligence.. semuanya adalah ; quest to happiness, pursuit to happiness.. perjalanan dan pencarian menuju kebahagiaan sejati..

Tuesday, November 25, 2008

Tausiyah dari "Sang Murabbi"

---walau jasadnya telah tiada, tausiyahnya masih menggetarkan jiwa---


Kematian Hati
(Alm) Ust. Rahmat Abdullah


Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya.
Banyak orang cepat datang ke shaf shalat layaknya orang yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi.
Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan Tuhannya.

Ada yang datang sekedar memenuhi tugas rutin mesin agama. Dingin, kering dan hampa, tanpa penghayatan. Hilang tak dicari, ada tak disyukuri.

Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada idzin untuk berhenti hanya pada ilmu. Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang ALLAH berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan ALLAH atasmu.

Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudlu di dingin malam, lapar perut karena shiam atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang.

Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri.Asshiddiq Abu Bakar Ra. selalu gemetar saat dipuji orang. "Ya ALLAH, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidaktahuan mereka", ucapnya lirih.

Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan dana, lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian menyebut-nyebutnya. Ada orang beramal sedikit dan mengklaim amalnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak pernah beramal, lalu merasa banyak amal dan menyalahkan orang yang beramal, karena kekurangan atau ketidaksesuaian amal mereka dengan lamunan pribadinya, atau tidak mau kalah dan tertinggal di belakang para pejuang. Mereka telah menukar kerja dengan kata.

Dimana kau letakkan dirimu?
Saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara dan segala yang asing. Begitu kerap engkau bergetar dan takut.
Sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkaupun berani tampil di depan seorang kaisar tanpa rasa gentar. Semua sudah jadi biasa, tanpa rasa.

Telah berapa hari engkau hidup dalam lumpur yang membunuh hatimu sehingga getarannya tak terasa lagi saat ma'siat menggodamu dan engkau meni'matinya?

Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani meninggi. Rasa malu kepada ALLAH, dimana kau kubur dia ?Di luar sana rasa malu tak punya harga. Mereka jual diri secara terbuka lewat layar kaca, sampul majalah atau bahkan melalui penawaran langsung. Ini potret negerimu : 228.000 remaja mengidap putau. Dari 1500 responden usia SMP & SMU, 25 % mengaku telah berzina dan hampir separohnya setuju remaja berhubungan seks di luar nikah asal jangan dengan perkosaan.

Mungkin engkau mulai berfikir "Jamaklah, bila aku main mata dengan aktifis perempuan bila engkau laki-laki atau sebaliknya di celah-celah rapat atau berdialog dalam jarak sangat dekat atau bertelepon dengan menambah waktu yang tak kauperlukan sekedar melepas kejenuhan dengan canda jarak jauh" Betapa jamaknya 'dosa kecil' itu dalam hatimu.

Kemana getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat "TV Thaghut" menyiarkan segala "kesombongan jahiliyah dan maksiat"?

Saat engkau muntah melihat laki-laki (banci) berpakaian perempuan, karena kau sangat mendukung ustadzmu yang mengatakan " Jika ALLAH melaknat laki-laki berbusana perempuan dan perempuan berpakaian laki-laki, apa tertawa riang menonton akting mereka tidak dilaknat ?"Ataukah taqwa berlaku saat berkumpul bersama, lalu yang berteriak paling lantang "Ini tidak islami" berarti ia paling islami, sesudah itu urusan tinggallah antara engkau dengan dirimu, tak ada ALLAH disana?

Sekarang kau telah jadi kader hebat.Tidak lagi malu-malu tampil.
Justeru engkau akan dihadang tantangan: sangat malu untuk menahan tanganmu dari jabatan tangan lembut lawan jenismu yang muda dan segar. Hati yang berbunga-bunga didepan ribuan massa.

Semua gerak harus ditakar dan jadilah pertimbanganmu tergadai pada kesukaan atau kebencian orang, walaupun harus mengorbankan nilai terbaik yang kau miliki. Lupakah engkau, jika bidikanmu ke sasaran tembak meleset 1 milimeter, maka pada jarak 300 meter dia tidak melenceng 1 milimeter lagi ? Begitu jauhnya inhiraf di kalangan awam, sedikit banyak karena para elitenya telah salah melangkah lebih dulu.

Siapa yang mau menghormati ummat yang "kiayi"nya membayar beberapa ratus ribu kepada seorang perempuan yang beberapa menit sebelumnya ia setubuhi di sebuah kamar hotel berbintang, lalu dengan enteng mengatakan "Itu maharku, ALLAH waliku dan malaikat itu saksiku" dan sesudah itu segalanya selesai, berlalu tanpa rasa bersalah?

Siapa yang akan memandang ummat yang da'inya berpose lekat dengan seorang perempuan muda artis penyanyi lalu mengatakan "Ini anakku, karena kedudukan guru dalam Islam adalah ayah, bahkan lebih dekat daripada ayah kandung dan ayah mertua"

Akankah engkau juga menambah barisan kebingungan ummat lalu mendaftar diri sebagai 'alimullisan (alim di lidah)? Apa kau fikir sesudah semua kedangkalan ini kau masih aman dari kemungkinan jatuh ke lembah yang sama?

Apa beda seorang remaja yang menzinai teman sekolahnya dengan seorang alim yang merayu rekan perempuan dalam aktifitas da'wahnya? Akankah kau andalkan penghormatan masyarakat awam karena statusmu lalu kau serang maksiat mereka yang semakin tersudut oleh retorikamu yang menyihir ? Bila demikian, koruptor macam apa engkau ini? Pernah kau lihat sepasang mami dan papi dengan anak remaja mereka.

Tengoklah langkah mereka di mal. Betapa besar sumbangan mereka kepada modernisasi dengan banyak-banyak mengkonsumsi produk junk food, semata-mata karena nuansa "westernnya" . Engkau akan menjadi faqih pendebat yang tangguh saat engkau tenggak minuman halal itu, dengan perasaan "lihatlah, betapa Amerikanya aku".

Memang, soalnya bukan Amerika atau bukan Amerika, melainkan apakah engkau punya harga diri.

Mahatma Ghandi memimpin perjuangan dengan memakai tenunan bangsa sendiri atau terompah lokal yang tak bermerk. Namun setiap ia menoleh ke kanan, maka 300 juta rakyat India menoleh ke kanan. Bila ia tidur di rel kereta api, maka 300 juta rakyat India akan ikut tidur disana.

Kini datang "pemimpin" ummat, ingin mengatrol harga diri dan gengsi ummat dengan pameran mobil, rumah mewah, "toko emas berjalan" dan segudang asesori. Saat fatwa digenderangkan, telinga ummat telah tuli oleh dentam berita tentang hiruk pikuk pesta dunia yang engkau ikut mabuk disana. "Engkau adalah penyanyi bayaranku dengan uang yang kukumpulkan susah payah. Bila aku bosan aku bisa panggil penyanyi lain yang kicaunya lebih memenuhi seleraku"