Kesaksian Kami di ESQ-165 (1)
oleh : Legisan Sugimin Samtafsir
Menanggapi berbagai pertanyaan, keraguan dan pandangan yang berkembang di masyarakat mengenai ESQ-165, ingin sekali rasanya kami berbagi, bagaimana perasaan dan pengalaman kami di dalam ESQ, dengan penuh keyakinan, ketulusan dan seraya mengharap Rahmat dan Kasih Sayang Allah
Saya adalah seorang peminat Pemikiran dan Filsafat, yang membuat saya sangat bersemangat untuk mengikuti training yg langsung dipimpin oleh Pak Ary Ginanjar, pada September 2002. Saat itu adalah titik penting dalam hidup saya, mengingat setelah menyelesaikan Master dalam bidang Islamic Thought di IAIN, saya merasa ada hal yang belum selesai dalam pencarian saya.
Bahkan pikiran saya merasa dipenuhi dengan ketidakpastian. Saya tidak merasa mantap dalam beribadah –meskipun tetap menjalankannya. Saya tidak merasakan indahnya membaca Al Quran, tidak ada feel bila menyebut Nama Allah, bahkan setiap kali berdoa, pikiran saya dipenuhi keraguan akan adanya Tuhan yang akan menjawab doa saya. Apa yang saya pelajari 12 tahun semenjak Madrasah dan menjadi guru mengaji, belum membuat hati saya mantap. Ada relung yang kosong di dalam hati saya.
Di sisi lain, Pemikiran dan Pendidikan Islam yang saya dalami, tidak mendorong transformasi untuk perubahan, baik itu di perusahaan ataupun lembaga-lembaga pemerintahan (pada saat itu saya bekerja di BUMN Perkebunan). Pendidikan Agama bahkan menjadi hanya urusan Ibadah pribadi dan doa-doa. Dalam keadaan seperti inilah saya menemukan ESQ dan bertemu Pak Ary.
Alhamdulillah dengan Pertolongan dan Rahmat Allah, setelah mengikuti training ESQ, saya merasakan mulai ada titik terang. Dan kemudian saya bertekad utk melihat lebih dekat lagi ke dalam ESQ. Lambat laun, setalah 7 tahun, setelah melihat ratusan training saya jalani, ribuan orang dapat mengubah hidupnya ke arah yg lebih baik, kini saya bisa menceritakan betapa banyaknya kebaikan yang sangat bermanfaat dan merubah hidup saya, keluarga saya dan orang-orang yang saya temui dalam berbagai kesempatan dan kalangan.
Terlepas dari kekurangan dan ketidaksempurnaan, saya merasakan kemantapan dalam hidup saya, batin saya, dan merasakan hidup sebagai pengabdian kepada Allah, Tuhan saya. Tak ada keraguan sedikitpun di hati saya tentang Allah Rabbul ’Alamiin dan Nabi Muhammad Rasulullah.
Jadi apabila ada orang yang mempertanyakan Aqidah yang diajarkan ESQ, saya ingin sampaikan bahwa yang ada justru sebaliknya. Saya merasa kembali kepada Allah, orang-orang kembali kepada Allah. Dan apa yang saya saksikan adalah orang-orang menjadi lebih dekat dan mencintai Allah.
Mereka bisa merasakan Keagungan dan Kebesaran Allah. Orang-orang berubah menjadi lebih baik, lebih sholeh, lebih rajin beribadah dan bekerja, lebih amanah dan bertanggungjawab. Orang-orang menjadi lebih bersemangat untuk Haji atau Umrah dan membayar Zakat.
Tentu, semua itu bukan karena ESQ dan Trainingnya, tetapi Allah yang berkehendak memberikan Hidayah. Kami selalu mengajarkan bahwa itu bukan karena Trainer atau ESQ. Kami pun merasa tidak ingin pujian untuk itu, tidak ada kebanggaan untuk kebaikan ini, karena semua kebaikan adalah milik Allah.
Kami pun selalu mengulang-ulang membaca Firman Allah:
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk (Hidayah) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk (Hidayah) kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk (QS. Al Qashah/28: 56).
Oleh karena itu, jika ada yang mempertanyakan bahwa ada kultus individu di dalam ESQ, saya ingin sampaikan bahwa itu tidak benar. Saya menjadi saksi bahwa Pak Ary TIDAK ingin dikultuskan dan kami semua pun TIDAK mengkultuskannya. Bagi kami Pak Ary adalah guru sekaligus pemimpin. Sebagai guru, tentu kita harus menghormati dan menghargainya, seperti juga guru-guru (Cikgu) yang lain, tidak lebih.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home