Thursday, November 25, 2004

Hatred for Indonesian???

Kita sangat berhati-hati menulis agar tidak terjebak dalam kerangka tuduhan anti amerika atau anti Israel. Namun kenyataan yang terjadi adalah, mereka dengan seenaknya membumi hanguskan Fallujah, membangun tembok di Palestina dan mengisolasi warganya, dan selamat dari semua tuduhan.

Siapa yang mau membangun kebencian? Tidak ada. Kita hanya ingin membuka mata dunia, untuk sadar pada kenyataan yang sebenarnya terjadi :

Penjajahan terbuka
di Irak
Afghanistan, dan
Palestina.

Dan lihat apa yang mereka lakukan sekarang, di USA. WNI coba mereka usir dari sana. Siapa yang membangun kebencian? Mereka, untuk diri mereka sendiri.

The World Vs Israel & USA


Merangkai Rumpun Pemahaman

Tidak maukah kalian aku beritahu sebaik-baik dan sejelek-jelak orang? Sesungguhnya, sebaik-baik orang adalah seorang yang berjihad di jalan Allah dengan naik kuda, unta, atau berjalan kaki hingga maut menjemputnya. Adapun sejelek-jelek orang adalah orang-orang yang membaca Kitabullah tanpa mencerapnya sedikitpun.
(HR. Nasa'i)


Kita punya dalam otak kita, simpanan pengalaman selama berpuluh tahun kehidupan kita. Namun sikap manusia terhadap simpanan pengetahuan dalam otaknya itu, berbeda-beda. Ada yang dengan cerdas berusaha menghimpun pengetahuan bermanfaat demi digunakan kembali untuk mengatasi berbagai masalah yang mungkin ia hadapi. Namun ada juga yang hanya menumpuk berbagi macam pengetahuan itu di otaknya, terkadang menyampaikannya sebagai sebuah berita bagi orang lain secara luas, namun abai terhadap titik-titik krusial dari informasi yang terdapat dalam pengalaman maupun pengetahuan yang dihimpunnya itu.

Banyak orang yang cerdas, memiliki IQ tinggi, memiliki kemampuan memproses informasi dengan cepat, dan mampu menghafal sejumlah data hingga di luar kepala. Namun mengapa mereka tidak bisa dijadikan sandaran saat kita butuh acuan berpikir, atau tidak bisa menghela solusi tepat yang tengah dibutuhkan? Ternyata yang menjadi masalah adalah pada merangkai rumpun pemahaman ini. Ada orang yang dengan informasi sedikit namun tepat, bisa menggunakannya sebagai senjata untuk menyerang musuh dengan tepat sasaran, dan ada orang yang dengan kemampuan akses informasi tingkat tinggi baru bisa menyediakannya sebagai bekal amunisi untuk kalangan terbuka dalam perang pemikiran yang tengah terjadi ini, dan belum melakukan serangan pasti.

Mungkin yang ingin dicoba diutarakan di sini adalah mengenai mengambil pelajaran dan pemahaman, tentang dunia dan deru peristiwa yang terjadi di dalamnya, dan mencapai tingkat pemahaman meta kognisi, hingga mampu melihat melampaui konteks ruang dan waktu, dan bisa menganalisa serta membuat prediksi atas apa yang bisa dan akan terjadi, dan bagaimana kita harus berusaha untuk mencegah kerusakan dan membentuk masyarakat menjadi lebih baik, masyarakat yang diimpikan, dicita-citakan. Hal ini terutama berguna untuk para pengambil keputusan, para pemimpin, para pendidik, dan orang-orang yang berhubungan sosial dengan banyak orang, banyak informasi dan banyak masalah, dalam tiap aktivitasnya.


Otak kita adalah fungsi luhur tertinggi yang harus kita jaga daya kerjanya. Di dalam otak kita tersimpan ribuan juta informasi yang harus kita pelihara koneksi informasi dan kecepatan akses antar jaringannya. Untuk bisa merangkai rumpun pemahaman di otak kita secara rapi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan :

- Miliki fondasi pemikiran yang kokoh

Kita memiliki pilihan, untuk membentuk sendiri pemikiran kita, atau dibentuk oleh serangan media dan mode hingga menjadi tidak tentu arah dan bahkan tidak memiliki fondasi yang kokoh.

Bagaimana memiliki fondasi yang kokoh ini? Saya sebagai seorang Muslim ingin sekali berbagi, bahwa di dalam Islam terdapat semua hal pengetahuan yang diperlukan manusia untuk memahami dunia dan seisinya, bahkan tentang waktu dari awal hingga akhirnya, dan tentang realita terabstrak hingga terkongkrit yang bahkan belum bisa dicapai oleh akal manusia dan ilmu pengetahuan hingga jaman sekarang. Saya senang sekali mempelajari Al Qur’an dan terkagum-kagum setiap kalinya, saat menemukan rangkaian ayat yang indah, tentang berbagai hal di dunia. Dan dengan pengetahuan itu, fondasi pemikiran saya menjadi kokoh dan terjaga, hingga pemikiran apapun yang menerpa saya, tidak bisa memberi pengaruh tertentu bila saya tidak menginginkannya terjadi.

Saran saya untuk pembaca artikel ini adalah, coba cari dari sekitar diri anda, berbagai saluran pemikiran yang ada, dan temukan mana yang paling sesuai dengan diri anda, yang memberikan fondasi pemikiran yang kokoh, mampu membantu anda dalam memahami dunia dan semua peristiwa di dalamnya, serta menemukan solusi untuk hidup dan permasalahan yang ada di dalamnya.


- Jangan mengkonsumsi sembarang informasi (sayangi otak kita)

Dunia tidak berjalan secara pasif, dan orang-orang yang menjalankan dunia, tidak menjalankannya secara naif. Kita harus mengakui bahwa ada perang pemikiran yang kita hadapi setiap saat, setiap hari. Selalu terjadi serangan dan serbuan informasi yang bisa merusak atau membelokkan pemikiran kita kapanpun. Jangan kita rusak otak kita dengan membaca suatu buku, menonton suatu film, mengkonsumsi berita-berita atau cerita, yang dapat merusak tatanan pemikiran kita sendiri. Sebuah buku yang bermuatan pemikiran tertentu, bisa dengan keras merusak tatanan berpikir kita, bila kita belum memiliki fondasi pemikiran yang kokoh. Namun, bila kita telah memiliki fondasi pemikiran yang kokoh, kita bisa dengan mudah memilah berbagai informasi yang masuk tersebut, tanpa terjebak oleh jalan pemikiran penulisnya.

Perlakukan otak kita dengan ekstra hati-hati. Tak usahlah membeli buku yang kita tahu isinya hanya kotoran, cacian atau makian terhadap suatu hal yang bahkan oleh penulisnya sendiri mungkin tidak ia pahami. Saat ini terdapat satu trend penulisan yang mengedepankan pemikiran satanik, yang mengidolakan setan dan perilaku merusak, jauh di atas moralitas sehat dan perilaku bermartabat. Anehnya, masyarakat sepertinya bersikap terlalu naif dan mengkonsumsi secara bebas buku dan tulisan tersebut, hanya karena tertarik pada judul atau cover bukunya.

Bersikaplah cerdas dengan hanya membeli buku-buku bermutu tinggi, yang kita tahu di dalamnya terdapat rangkaian pengetahuan terkini, dengan budi bahasa tinggi, memotret perilaku halus berbudi luhur, dan berguna serta bermanfaat untuk kehidupan kita sehari-hari. Ini akan membuat membaca buku tidak hanya menjadi rekreasi, tapi sebuah periode pembelajaran hidup yang kita tingkatkan selalu. Seperti pepatah; buku adalah jendela dunia. Maka kita coba, melihat dunia dengan kacamata yang jernih, dengan memilih buku yang sehat. Karena, bila kita menggunakan ‘kacamata’ yang kotor buram dan jelek, informasi apapun yang kita peroleh dari mata kita melalui membaca itu, hanya akan membuat pandangan kita tentang dunia menjadi buruk, dan membuat mata dan otak kita sakit.

Akibat yang bisa muncul bila kita tidak merawat otak kita dengan memilih input informasi yang sehat adalah pemikiran kita menjadi rusak, otak kita menjadi sakit, dan karena otak adalah sistem kendali seluruh tubuh, maka yang bisa timbul kemudian adalah rusaknya tatanan perilaku, perikata, dan perisikap kita.


- Bersikap kritis, jeli dan jernih terhadap berbagai
pengetahuan dan informasi yang kita temui

Sikap kritis disini maksudnya adalah mengusahakan agar berbagai informasi dan pengetahuan yang ada di sekitar kita bisa kita saring dengan baik. Kita harus memilah berbagai informasi tersebut ke dalam klasifikasi tertentu.
Misalnya ; sumber informasi harus dikotakkan sebagai kredibel atau tidak kredibel, faktanya reliabel atau tidak reliabel, apakah data yang ada di dalamnya benar atau tidak, dapat diandalkan atau tidak, dan penting atau tidak penting.

Bila kita tengah mengupayakan suatu solusi, tengah mengkonsep suatu rencana, atau tengah menganalisa suatu masalah, hal tersebut diatas sangat penting. Jangan sampai kita menyediakan diri untuk dibanjiri semua data dan informasi sementara kebanyakan dari data itu bisa jadi tidak penting sama sekali. Bila kita terbiasa berinteraksi dengan banyak sumber berita, kita bisa mengenali dan memilih, mana sumber yang paling berkualitas dan luas sasaran beritanya, muatan beritanya, pembahasaannya, dan rangkaian data dan faktanya, serta ketajaman analisanya. Bila kita banyak membaca, kita juga akan mampu mengenali gaya bertutur banyak penulis, gaya penyajian banyak penerbit, dan gaya editing berbagai harian berita. Sedikit banyak apa yang kita baca akan membentuk diri, sikap dan perilaku kita. Dan akan menetap di ingatan jangka panjang di otak kita, untuk waktu yang lama.

Sikap kritis, jeli dan jernih dalam mengelola berbagai informasi yang masuk ke dalam otak kita ini akan mengembangkan kemampuan berpikir kita hingga optimal. Dan akan membentuk rangkaian pemahaman kita dengan baik. Hingga bila suatu saat kita dijadikan sumber acuan untuk penyelesaian suatu masalah, diminta pendapat atau nasihatnya, kita bisa memberikan analisa kita yang terbaik.


- Mengelola informasi yang tersimpan di otak kita dengan baik

Apapun yang masuk ke otak kita, akan mencari jalannya sendiri di otak. Bila kita tidak hati-hati, informasi yang masuk bisa saling berkelit, saling memblok, saling berkelindan, berbelit dan tak bisa diurai lagi. Akibatnya, kita tidak bisa berpikir secara optimal, dan kita tidak bisa menyelesaikan pemikiran apapun dengan baik. Apatah lagi bila ada masalah, hal yang mungkin terjadi adalah kita menjadi pusing sendiri dan tidak tahu bagaimana memberikan kontribusi pemikiran kita yang terbaik disana.

Bagaimana cara mengelola informasi di otak kita ini? Caranya beragam.

Pertama, saat informasi tersebut pertama kali masuk, kita harus terlebih dahulu selektif dan kritis, muatan informasi berjenis apakah yang akan kita masukkan ke dalam otak kita itu? Lalu fokuskan pemikiran kita saat membaca/menonton/mendengar, sebanyak apa muatan yang kita masukkan ke dalam otak kita itu. Jangan sampai kita membaca hingga tak tahu apa yang kita baca dan melewati berbagai informasi penting. Kita juga harus berhati-hati pada berbagai mitraliur yang tersimpan di dalam apa yang kita konsumsi itu. Bisa saja kita menelan ranjau pemikiran yang disampaikan oleh sang pembuat informasi, dan akhirnya kita terjebak pada pensikapan yang salah. Atau lebih parahnya lagi, informasi tersebut tersimpan menjadi pemahaman yang salah, yang membelokkan berbagai pemikiran yang sebelumnya telah kita miliki, hingga menjadi berujung pada arah yang salah. Dan kita tersasar sendiri saat berpikir

Kedua, lakukan latihan pemikiran dengan melakukan berbagai perenungan. Saat kita merenung, kita tidak membuang waktu, tapi melatih otak kita untuk peka dan berpikir tentang berbagai hal yang tidak disediakan begitu saja oleh sumber informasi. Dengan merenung kita membuka diri terhadap berbagai dugaan baru, membuka berbagai wacana ilham, dan merubah pengetahuan dan informasi menjadi lebih matang: pemahaman dan hikmah. Perenungan juga menjadikan wacana ilham yang terbuka itu mencetuskan ide, gagasan dan ilham baru yang dengan proses berpikir biasa mungkin tak akan sampai.

Ketiga, secara aktif menguji pengetahuan kita dengan menghadapi berbagai problematika kehidupan dan mencoba mencari jalan keluar dan solusinya dari semua itu. Kita mungkin belum jadi analis handal bertitel tinggi dengan jam terbang ribuan jam, tapi kita tak bisa pungkiri bahwa kita hidup dalam konteks sosial yang hidup. Dan kita berinteraksi secara intens dengan lingkungan sekitar kita dan berbagai peristiwa yang bersliweran terjadi, dengan berbagai sumber informasi dan berbagai muatan yang menarik maupun tidak, yang ada di dalamnya itu. Tidak ada yang akan menyalahkan bila kita mencoba mengetes realita pemahaman kita dan kemampuan berpikir kita dengan mencoba meretas berbagai solusi. Malah mungkin akan banyak yang tidak secara langsung tersadarkan. Hingga tulisan yang kita buat sebagai satu bentuk ekspresi berpikir kita yang aktif bergerak memantau realita kemudian dijadikan sandaran solusi oleh orang-orang lain. Banyak yang bisa kita tuai dengan berlatih berpikir ini. Dan salah satunya adalah berbagai kebaikan pemahaman dan manfaat yang kita petik sepanjang perjalanan pemikiran kita itu.





Islam dan Hak Asasi Manusia

(DR. Taufiq Yusuf Al Wa’iy, 2003 Hal. 55-69)

Islam adalah ajaran pertama yang mangakui hak asasi manusia di tengah kegelapan dan perbudakan dunia. Islam menjadikan itu sebagai prinsip nilai akidah, yang ia memuliakan manusia dan memberikan kepadanya kebebasan dan kemuliaan hidup. Maka ia pun menghormati darah, harga diri, dan harta bendanya. Ia tidak memaksa orang untuk beragama atau berkeyakinan apapun, namun sekedar menuntun. Ia menghargai pilihan, pikiran dan pengetahuannya.

Meskipun Islam tidak menetapkan piagam secara khusus tentang hak-hak asasi manusia, namun Al Quranul Karim dan Sunah Nabawiyah memberikan fokus terhadap hak-hak asasi, yang di kalangan umat lain telah dihancurkan. Teks-teks dalil yang membicarakan hal ini hampir tidak bisa dihitung karena sangat banyak. Sekedar contoh, kami mengemukakan sebagian di antaranya :

1. ada sekitar 40 ayat dalam Al Qur’an yang membicarakan masalah ikrah (pemaksaan) dan karahiyah (kebencian). Dari empat puluh itu, lebih dari sepuluh ayat melarang pemaksaan, untuk menjamin kemerdekaan berpikir dan berakidah, atau kemerdekaan jiwa.

2. Islam memberikan jaminan keadilan dan memerangi kezaliman.

Tentang ini tidak ada perbedaan antara lelaki dan perempuan, antara Islam dan non Islam, juga antara yang kecil dan yang besar. Cukuplah bahwa al Qur’an menyebutkan perilaku kezaliman dan orang-orang zalim di sekitar 320 ayat. Perintah menegakkan keadilan ada dalam 54 ayat. “Keadilan” dalam ke-54 ayat ini diungkapkan dengan berbagai kata : al ‘adl, al qisth, dan al qishthas.

3. Islam memerintahkan umatnya untuk memelihara kehidupan sekaligus memenuhi segala faktor yang dapat menopang kehidupan itu.

Al Qur’an menyebut sekitar 80 ayat tentang kehidupan dan 70 ayat tentang peperangan dan pembunuhan. Salah satunya adalah :
“Oleh karena itu, Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barangsiapa membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya (Al Ma’idah, 32).

4. Ayat yang berbicara tentang kreasi atau penciptaan, serta berbicara tentang kesetaraan dalam penciptaan, sebanyak 150 ayat. Di antaranya adalah :
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu (Al Hujurat: 13)
Rasulullah SAW bersabda, “Manusia itu setara, laksana kesetaraan gigi-gigi sisir”.

5. Di haji Wada’, Rasulullah SAW menegaskan hakikat hak-hak ini. Beliau bersabda,
“Sesungguhnya darah, harta kekayaan, dan harga diri kalian adalah terhormat, sebagaimana terhormatnya hari kalian ini, di negeri kalian dan di bulan ini.”
Lalu beliau memerintahkan para pemimpin untuk menyuruh keluarga dan karib kerabatnya untuk memiliki komitmen terhadap hak-hak dan kewajiban sebelum memerintahkan orang lain. Di antara perkataan beliau adalah, “Sesungguhnya setiap riba itu harus dihapuskan, akan tetapi bagi kalian adalah modal kalian, janganlah kalian menzalimi dan jangan pula dizalimi. Riba yang paling awal aku hapuskan adalah riba Abbas bin Abdul Muthalib. Setiap darah di jalan jahiliyah dihapuskan. Dan darah pertama yang aku hapuskan adalah darah Ibnu Rabi’ah Al Harits bin Abdul Muthalib”

6. Kesetaraan antarmanusia merupakan bagian integral dari konsep keadilan Islam.

Allah SWT berfirman,
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.” (An Nisa’: 1).
Dengan demikian, seluruh manusia setara adanya. Tidak ada keistimewaan apa pun bagi sebagian atas sebagian yang lain. lelaki tidak istimewa karena kelelakiannya. Perempuan juga tidak istimewa karena kepermpuanannya. Demikian juga perbedaan warna kulit, ras, bangsa, kekayaan, dan sederet atribut lainnya, tidak menyebabkan keistimewaan pada seseorang, kecuali karena ketakwaannya.

Rasulullah SAW bersabda,
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Tuhan kalian adalah satu, tidak ada keistimewaan bagi orang Arab atas orang ajam, tidak ada keistimewaan bagi orang ajam atas orang Arab, tidak ada keistimewaan atas kulit merah, tidak ada keistimewaan bagi orang kulit merah atas kulit hitam, kecuali karena ketakwaannya. Sesungguhnya, orang yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertakwa.”



Fallujah

Mengapa kita semua luput akan kota itu? sementara ia adalah kota yang sama yang juga dihuni jutaan penduduk Muslim, sama seperti kota lain di Indonesia. Fallujah adalah kota terkuat di Irak setelah negara kaya minyak itu jatuh. Saat ini tengah dalam gempuran serangan AS. Bila Fallujah jatuh, bisa jadi Irak kehilangan semua kekuatannya dan kehilangan kemungkinan untuk tetap berpeluang menjadi sebuah negara merdeka.

Bila kita bisa membantu mengingatkan dunia untuk bersama mencegah AS menguasai Fallujah, mungkin Irak masih berpeluang merdeka kembali. Dan mungkin saudara-saudara muslim kita disana masih bisa terselamatkan. Amiiin…

Monday, November 22, 2004

Ramadhan dan Idul Fitri

perlahan temaram Ramadhan beranjak pergi, berganti dengan kedatangan bulan berikutnya..dan terbitnya matahari pembuktian ketakwaan yang dipungut dengan hati-hati semasa datangnya itu..
Ya Rabb.. belum selesai rasanya kurengkuh ketenangan dan berkah yang melimpah ruah itu.. telah usai jua..

hari ini, 10 syawal 1425 H.
belum jua kurajut utuh benang-benang pembuktian Ramadhan kali ini
namun bersama itu telah datang kesadaran bahwa, semua sudah usai dan baru bisa dititi kembali di tahun berikutnya..
dan untuk semua peraih berkah, rahmat dan ampunan Ramadhan, mari kita bersama berdoa agar semua amal ibadah kita, shaum kita, diterimaNya dengan keRidho-an, amiiin...

"TAQABALALLAHU MINNA WA MINKUM, SHIYAMANA WA SHIYAMAKUM... Amiin"

Dan mohon dimaafkan dengan tulus segala kesalahan, kekhilafan, kesengajaan, dan ketidaksengajaan yang tidak menyenangkan maupun yang menyenangkan namun mengganggu, kepada siapapun..
saya yakin, sebagai hamba yang dhaif pasti saya tidak terhindar dari kesalahan-kesalahan itu..

Semoga bisa kita meniti jalan ruhani menuju ketinggian Illahi Rabbi dan keridhoanNya, Amiiin...

hingga datang Ramadhan berikutnya, Ya Rabb.. kumohoon berikan kepada kami,
kejernihan dalam membedakan kebenaran dari kesalahan,
kemudahan untuk memperjuangkan kebenaran,
keteguhan untuk melawan kezaliman dan kebathilan,
ketulusan untuk bersama bekerja dalam jalanMu,
kekuatan untuk melawan kejahatan,
ketekunan dalam menjalankan kewajiban,
dan untuk semua amanah kehidupan yang Kau titipkan, kuatkan kami untuk mengembannya, Amiin..

Monday, November 08, 2004

Merangkai kebaikan dalam tulisan kita

“Kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan izin TuhanNya.” (Q.S. Ibrahim : 24)

Dalam setiap apapun yang kita lakukan, kita ingin agar hal itu berbuah kebaikan. Dan banyak yang mengambil hikmah dari perkataan kita tersebut. Karena itu, kita harus berupaya agar kata-kata kita dalam setiap kalimat yang kita susun terangkai penuh hikmah. Bagaimana mengupayakan hal itu?


Memulai dengan pikiran yang jernih

Pikiran yang jernih akan dapat membedakan antara akar dan dampak suatu masalah. Kita tidak akan terjebak pada berbagai perangkap kognisi yang ada dalam suatu rangkaian berita, perkataan reporter dan tulisan wartawan, tulisan dalam sejumlah buku, dari ribuan data statistik sekalipun.
Lakukan pemilahan pemikiran dari setiap kasus yang kita temui, lalu kita timbang bobot dan urgensinya. Akhirnya kita tidak berpikir pada jumlah dan angka. Dan kita juga tidak terjebak pada nama dan tokoh. Kita kemudian bisa menemukan sumber masalah. Kita kemudian bisa menemukan ide yang murni.


Kita menyadari ada perang pemikiran yang tengah berlangsung di dunia secara global dan bahwa setiap orang dapat secara sadar maupun tidak, sengaja maupun tidak, menempatkan diri mereka sebagai agen dari suatu bagian blok perang pemikiran tersebut. Yang menjadi masalah adalah bila para penyeru kebaikan mudah terjebak oleh manipulasi berita dan kamuflase fakta. Dan tidak teliti dalam melihat masalah yang sebenarnya.
Lebih buruk lagi bila ada yang terjebak dalam jerumusan pemikiran barat dan turut mendiskreditkan citra buruk pada golongan yang sebenarnya mengais perjuangan untuk mencapai sedikit kecerahan dalam kungkungan keji penindasan yang menimpa mereka.
Dan kita juga harus menyadari adanya jebakan arus pemberitaan yang dengan adanya jebakan itu, bila kita sedikit saja menempatkan diri dalam jebakan mereka, kita kemudian menuai berjuta fitnah yang tidak disangka sebelumnya.
Usahakan membuat tulisan diatas semua arus yang ada. Justru yang harus kita lakukan adalah menjernihkan semua pemberitaan yang menyudutkan kita. Kita harus mengubah haluan pemberitaan yang menekan kita dan membalikkan berbagai tuduhan tak berdasar yang mereka timpakan, ke arah mereka sendiri, untuk dipertanggungjawabkan.
Cara ini memang tidak mudah. Ini seperti menemukan jarum di tumpukan jerami. Yang bila tidak kita temukan, jerami itu akan jadi terlalu berbahaya untuk kita berikan sebagai pakan. Setelah kita temukan, cari tahu darimana asal jerami itu bila kita bisa. Lalu kita tanyakan pada mereka mengapa mereka menaruh jarum tersebut disana. Semoga analogi ini bisa sedikit membantu


Menimbang Bobot dan Urgensinya

Banyak isu yang hadir setiap hari. Banyak masalah yang terjadi di dunia. Banyak kepentingan yang bersliweran di sekeliling kita. Akan sangat menyenangkan bila kita menemukan suatu titik sumber masalah dan mematikan kerannya. Tapi terkadang kenyataan tidak berjalan semudah itu.
Karena kita hanya memiliki satu otak dan dua tangan, kita harus mengakui kemampuan kita terbatas. Memang tidak ada masalah yang tidak penting. Semua masalah itu penting dan butuh ditangani. Hanya saja, kita tidak hidup sendiri di dunia. Kita sadar dan yakin, saudara kita yang lain menangani masalah lain tersebut. Dan kemudian kita berkonsentrasi pada sejumlah hal yang bisa kita tulis berdasarkan kemampuan dan latar belakang kita.
Kita menimbang bobot dan urgensi dari masalah yang kita ingin tulis. Kita coba bahas dengan cara yang terbaik yang kita bisa. Kita tuturkan dengan bahasa yang paling sesuai dan pantas. Kita harus jaga agar tak ada yang dirugikan atau dizalimi. Kita harus berada di pihak yang benar dan menyerang pihak yang melakukan kesalahan.


Jeli dan Teliti, Berani dan Jujur dalam bertutur

Diperlukan keberanian untuk mengungkapkan hal diatas. Paling tidak, keberanian untuk keluar dari kerangka pemikiran umum yang mengitari kehidupan kita sehari-hari. Arus dan arah pemberitaan merupakan rekayasa yang dilakukan secara global. Bila kita tidak peka dan hati-hati mengambil penuturan, kita bisa menjadi wakil pihak yang salah.
Untuk itu diperlukan rangkaian kejelian, ketelitian dan kejujuran dalam memandang realita yang tersebar dalam rangkaian informasi yang selalu mengepung kita. Dan mengkerangkakan tulisan yang hendak kita sajikan dalam keseluruhan penuturan yang baik, dengan diwakili oleh rangkaian kalimat yang baik.

))berlanjut, Insya Allah




Sunday, November 07, 2004

Kekuatan Kehendak (The Power of Will)

How can u have such a power in such a criple body?
How can u have such a power in such a bitter life?

Setiap orang memiliki daya di dalam dirinya.
Setiap orang bisa melakukan sesuatu.
Setiap orang bisa melakukan perubahan.
Setiap orang bisa menjadi yang terbaik.
Setiap orang bisa menjadi orang yang berguna dan berjasa.

Namun yang menjadi pertanyaannya, maukah?

Banyak orang yang hidup di dunia ini. Bila dihitung sejak manusia pertama, Nabi Adam, di muka bumi ini tak terhitung jumlah manusia yang pernah menjadi penghuninya. Namun yang menjadi pertanyaannya, berapa orang yang benar-benar signifikan? Berapa orang yang mampu menjadi penggerak dan pemimpin perubahan? Berapa orang yang menggoreskan sejarah kegemilangan, membangkitkan cahaya, menentramkan, memberi kesejahteraan, dan harum hidup dan namanya, dan tercatat dalam perkamen sejarah.

Dari kesemua itu, apakah kiranya yang membedakan mereka dengan orang-orang lain di zamannya? Apakah yang membuat mereka berbeda? Apakah yang membuat mereka begitu kuat dan tangguh? Apakah yang membuat mereka menjadi sumber inspirasi? Apakah yang membuat kata-kata dan perilaku mereka menjadi penggerak dan daya dorong untuk lingkungannya?

Salah satu yang menjadikan mereka berbeda adalah kekuatan kehendak yang mereka miliki. Setiap orang memiliki keinginan, setiap orang memiliki mimpi, setiap orang memiliki harapan, namun yang menjadi pertanyaan, sudahkah semua itu mereka jadikan kehendak?

Berbeda dengan keinginan, impian, mimpi maupun harapan, kehendak memiliki kekuatan. Kehendak memiliki daya. Dalam kehendak tersimpan tenaga besar. Kehendak adalah penggerak dan sumber energi. Kehendak adalah berlian yang tak terpatahkan, tak terburamkan kemilaunya, tak jadi tergadai harganya dimakan waktu. Kehendak itu sendiri adalah sesuatu yang amat berharga.

Dengan berkehendak, seorang wanita tua dengan tangan kurusnya dan sebuah cangkul, mampu mengukir gunung untuk mengalirkan air demi hidupnya tanah di desanya. Dengan berkehendak, ia mengabaikan lecutan tatapan hina, cemoohan, dan perlakuan buruk dari orang-orang di desanya yang menganggapnya gila dan tak waras. Dengan berkehendak, ia tetap kuat dan tetap bisa menjadi baik. Walau menerima begitu banyak perlakuan negatif dari lingkungan terdekatnya sendiri.

Dan seperti setetes air yang ia usahakan untuk bisa mengalir di desanya, upaya Mak Eroh mengukir gunung membuat lubang di hati orang-orang di desanya yang sudah membatu. Membuat kikir di gunung itu dalam goresan saluran air yang semakin lama semakin dalam, semakin panjang, dan makin dekat ke desanya.

Dan baru setelah upayanya hampir berhasil, orang-orang di desanya mulai tersadar akan kekuatan kehendaknya untuk menghidupkan desa mereka, dan baru mereka mulai membantu niatannya, baru mereka turun dan bekerja bersama, meringankan peluh keringat dan meredakan tetes darah yang mengalir dari gores tangannya dengan batu dan gagang cangkul yang dihadapinya, hari demi hari. Dan kekuatan kehendak itu pula yang menghasilkan saluran air itu akhirnya mengalir hingga ke desanya, mengairi sawah ladang mereka, menghidupkan berhektar lahan tidur, dan mengenyangkan hingga ribuan perut yang tadinya merintih menahan lapar.

Itulah buah dari kekuatan kehendak. Dalam sejarah bangsa ini, kita bisa melihat banyak orang-orang yang sepertinya. Dalam sejarah negara ini, kita bisa melihat banyak orang yang menghadapi tantangan besar dengan kekuatan kehendaknya, dan bangkit, sendiri maupun bersama, untuk membuat perubahan yang diperlukan, untuk mendatangkan kesejahteraan bagi mereka dan bagi lingkungannya.

Hendak seperti apakah kita ingin mencatat diri kita dalam sejarah? Koruptor terbesar, mungkin? Penipu demokrasi yang terulung? Penyulut konflik perpecahan bangsa-kah? Penghancur sebuah kebudayaan unggul? Peruntuh sebuah generasi gemilang? Dan menghadapi kehinaan turun temurun dan siksaan penuh di akhirat.

Atau, kita bisa menghindari kokohnya kerajaan iblis di bumi dengan memberikan kekuatan kehendak kita di jalan kebenaran dan keselamatan, dan berusaha dengan seluruh daya, upaya, dan kesabaran kita, untuk menjadikan kehendak kita berjalan dan bekerja, dan memberikan hasil yang nyata.

Kita tidak memerlukan agar orang lain melihat dan memuji hasil pekerjaan kita, karena itu malah mungkin akan mengurangi nilainya di mata Allah SWT. Lihat betapa sejumlah penyelamat terbesar dalam sejarah, melakukan tindakannya dengan amal-amal yang mereka lakukan secara rahasia. Bila berkehendak masih dikotori keperluan dan rasa bangga akan pujian, maka telah lemahlah kehendak tersebut.


Bagaimana menumbuhkan Kekuatan Kehendak ?

Sadar atau tidak, beberapa orang diberi Tuhan latihan dalam hidupnya hingga mereka tumbuh menjadi orang-orang yang kuat. Sejumlah orang diberi bekalan sedari mereka kecil hingga akhirnya mereka tumbuh, berkembang, berinteraksi dan bekerja dengan kekuatan kehendak yang jauh berbeda dari sementara orang.

Sesuatu yang mungkin tidak bisa dipahami oleh mereka yang terbiasa menghadapi hidup dengan mudah. Dimana banyak dari kita yang hidup dalam situasi demikian. Maka dari itu, kita harus menggali dari kehidupan mereka itu, tempaan apakah kiranya yang membuat mereka kuat tersebut.

Kita bisa, melepaskan semua atribut hidup kita dan membiarkan diri dalam terpaan alam, dengan menghadapi dunia dan keganasannya dengan peralatan minimum. Banyak pelatihan survival yang kini dikomersilkan. Banyak juga bisa kita dapatkan, buku biografi para tokoh sejarah, yang menuliskan dengan detail rintih kehidupan seorang tokoh dan berbagai peristiwa yang menempa diri dan karakter mereka hingga mereka tumbuh menjadi individu yang kuat.

Namun jarang yang memahami bahwa pelatihan artifisial, pengetahuan yang dibahasakan dengan indah, tidak bisa dengan jelas merangkum inti dari benih-benih kekuatan kehendak tersebut. Kita coba telaah bersama, apa yang mungkin menjadi sumber dari kekuatan kehendak yang ingin kita tumbuhkan dalam diri kita itu.


· Memiliki fondasi kebenaran yang kuat

Bila kita yakin, hal yang kita lakukan salah, menyimpang atau tidak benar, maka janganlah lakukan. Kecuali bila anda tidak waras. Atau siap menempatkan diri dalam jilatan api neraka. Apapun yang hendak kita lakukan, lakukan jika hanya jika kita telah memperoleh, memahami dan memiliki fondasi yang kuat dan benar, dalam niat, rencana, pengambilan tindakan dan pelaksanaan sentuhan akhirnya.
Apalagi, bila apa yang kita lakukan memerlukan tenaga massif, memerlukan dukungan besar, dan memerlukan pengorbanan yang luas.

Bila kita seorang pemimpin, satu yang harus dikorbankan pertama kali adalah diri kita sendiri, bukan orang lain. Bila kita seorang pahlawan, satu yang harus melakukan tindakan yang paling berani dan berbahaya, adalah diri kita sendiri, bukan orang lain. Bila kita seorang pemikir dan penginspirasi, satu yang harus menerima semua beban kritikan dan menanggung semua bobot masalah, adalah diri kita sendiri, bukan orang lain. Dan tak ada kekuatan yang mampu menjadi penggerak dan pendorong untuk menguatkan tindakan sedemikan tersebut diatas, kecuali : kebenaran.

Bila kita ingin mengetahui, memperoleh, mendapatkan intisari kebenaran secara mutlak dan menyeluruh, maka yakinlah bahwa tak ada pemilik kebenaran selain Zat Yang Benar; Allah SWT. Allah SWT bukanlah makhluk, Ia adalah Sang Pencipta. Allah SWT bukanlah pertapa, Ia adalah Pemilik Kesucian. Allah SWT bukanlah sebuah otak jenius, Ia adalah Pemilik Semua Pengetahuan. Dan menyamakan Allah SWT dan seluruh KeagunganNya dengan segala kerendahan yang bisa dicapai akal dan khayal manusia adalah sebuah kebodohan. Cukuplah kita menjangkau keberadaannya, sebagai Yang Maha Kuasa.

Sekarang, kita sampai pada kesadaran, bahwa tidak setitik pun keberhasilan kita di dunia ini, ada, wujud, dan nyata, tanpa KehendakNya, KeinginanNya, PersetujuanNya; Ridha-Nya.

Karena itu, kekuatan kehendak yang utama adalah dari ketakwaan kita padaNya, dari tingkat intensitas ibadah, evaluasi diri dan sensitivitas kesadaran perbuatan kita dalam berhubungan denganNya, dari kelemahan diri yang dikuatkanNya, dari kebodohan diri yang dicerdaskanNya, dari kelumpuhan diri yang disempurnakanNya.

Dan beruntungnya kita yang hidup di zaman ini adalah, kita telah memperoleh satu kitab Al Qur’an : yang mengungkapkan semua kebenaran alam semesta dan seisinya, menyingkap rahasia waktu yang sejarah pertama sampai yang terakhir, membentangkan ilmu pengetahuan dari makhluk gaib hingga ragam postulat absolut tentang jagat raya dan seisinya.

Mengungkap rahasia sikap dan perilaku dari yang tersembunyi milik manusia-manusia terkeji hingga yang paling utama. Dan menuturkan sejarah para Nabi yang mulia, dari yang diciptakan di surga hingga yang dijadikan penebar risalah akhir zaman: Nabi Muhammad SAW. Baginya kita haturkan salam kesejahteraan dan keselamatas serta segala puji.

Dan bila kini kita memiliki pertanyaan tentang kekuatan kehendak, maka kita bisa dengan mudah selalu berpulang pada sumber kebenaran yang mata air jernihnya selalu mengalir setiap waktu tersebut : Al Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Resapi kebenaran ayat-ayatNya dalam hidup kita. Alirkan dalam darah kita, keteguhan tekad yang mengalir dalam diri Rasulullah Muhammad SAW dengan mempelajari sejarah hidupnya yang mulia.

Dan hidupkan dalam nafas dan langkah kita, akhlak dan pemahaman yang mendalam tentang Islam yang agung dan bersih. Arungi lautan luas dan daki gunung tertinggi dengan kekuatan kehendak yang telah mendarah daging tersebut. Dan jadikan kehendak kita dalam kekuatan terbesarnya, memperoleh wujud dan nyata- nya. Dengan membangun setiap tindakan kita dalam niat yang bermula dan berpulang hanya padaNya, bertafakkur pada setiap kesempatan.

Dan menjadikan setiap perbuatan kita hidup sebagai ibadah yang indah, yang kan menjadi saksi dihadapanNya nanti. Dan menjadikan setiap tutur kata kita terjaga dalam kebenaran, yang dipersaksikan semua telinga yang bisa mendengar. Dan menjadikan semua goresan pena kita, terbaca sebagai nasihat dalam kebenaran. Dan menjadikan setiap langkah kita, menuju pada kebaikan. Dan menjadikan setiap sikap dan perilaku kita, menuntun pada petunjuk. Dan menjadikan setiap kehendak (niatan) yang ada dalam perbuatan kita tersebut, kuat dan tidak terpatahkan.


· Memiliki Nurani dan Ruhani yang jernih

Untuk bisa memiliki kehendak yang kuat, tiang-tiang penguatnya adalah nurani dan ruhani yang bersih. Hati kita dan akal pikiran kita akan bisa bekerja secara optimal bila terjaga kebersihannya.
Dengan adanya komponen penggerak berupa kehendak, maka nurani dan ruhani kita akan bisa bekerja menghasilkan daya yang paling optimal. Pikiran dan ilham yang jernih dan solutif, seringkali dihasilkan dari nurani dan ruhani kita yang jernih.

Kita bisa bicara banyak, berdiskusi banyak, membaca banyak, berlogika banyak, namun seringkali solusi yang paling tepat, tak kunjung jua ditemukan. Bila itu terjadi, coba bersihkan hati; kembali pada nurani dan ruhani kita yang sejati, dan temukan disana, petunjuk utama dari Sang Pemilik Semesta : Allah SWT.

Dengan berbekal nurani dan ruhani yang bersih tersebut, tindakan yang kita lakukan akan memiliki kekuatan kehendak yang penuh. Tidak separuh atau setengah-setengah. Juga, kita akan bisa dengan ringan mengatasi cobaan yang berat, mengangkat beban yang besar, mengambil tindakan beresiko tinggi, menghadapi bahaya terhebat, dengan kekuatan kehendak. Dan kekuatan kehendak yang sekuat itu, tak mungkin bisa dituai, kecuali dari nurani dan ruhani yang jernih dan terjaga kebersihannya.


· Keyakinan yang bulat dan mendalam

Keyakinan adalah asal dan akhir. Keyakinan juga adalah awal dan tujuan. Tanpa keyakinan, sesuatu tidak bisa bermula. Tanpa keyakinan, keberhasilan tidak bisa dituai. Tanpa keyakinan, keberhasilan tidak bisa diraih. Kecuali yang turun dari langit mungkin, seperti mangga atau kelapa yang jatuh dari pohon.

Namun tanpa keyakinan, yang jatuh menimpa diri kita mungkin bukan hanya mangganya, tapi juga tangga yang kita gunakan untuk memetik mangga itu, dan juga diri kita yang terpeleset dari tangga tersebut sebelum jatuhnya kita tadi. Sedikit lelucon agar segar.

Bila kita selama ini memimpikan keberhasilan, mengharapkan kesuksesan, menginginkan untuk mencapai kemenangan hidup, maka milikilah dulu dalam diri kita, keyakinan yang penuh, bulat dan mendalam, tidak separuh atau setengah-setengah.

Kita tak bisa berharap bumi akan berhenti untuk menunggu kita menyelesaikan suatu pekerjaan, atau berharap waktu membeku sejenak agar kelalaian yang kita lakukan bisa sedikit kita benahi. Tentu tidak, itu tak kan terjadi. Yang mungkin adalah menciptakan kesempatan. Dan menjalani setiap detik dan momentum yang ada di dalam hidup kita untuk mengubah kemalangan menjadi kejayaan, mengubah kesedihan menjadi kebahagiaan, mengubah kelalaian menjadi keberhasilan, mengubah kejatuhan menjadi kegemilangan.

Dikatakan oleh banyak pepatah dalam banyak bahasa bahwa pemenang sejati adalah bukan mereka yang selalu berhasil. Tapi orang yang justru mampu bangkit dari kegagalan, kemalangan, dan kejatuhan yang terjadi dalam setiap kurun hidupnya.

Akal dan otak kita yang masih mengedepankan logika yang sehat tentu akan memulangkan setiap mendung yang menimpa diri kita sebagai suatu skenario dari Yang Maha dan bukannya semata penuh kesalahan kita. Tapi, itu justru tidak boleh dijadikan sebagai suatu pemakluman.

Tidak begitu yang dimaksud dengan memaknai takdir. Takdir adalah persiapan yang bertemu dengan kesempatan. Dan semua itu membutuhkan usaha. Persiapan membutuhkan usaha, dan kejelian dalam melihat kesempatan juga memerlukan usaha.

Kekuatan kehendak kita kemudian akan menjadi pewarna dari keyakinan kita yang akan menguatkan setiap tindakan yang kita lakukan dengan keyakinan kita yang sudah bulat dan mendalam itu. Dengan demikian, kehidupan kita akan teretas indah, terlukis penuh, terukir dengan dalam dan meninggalkan kesan dalam sejarah sebagai satu bagian dari keabadiaan yang menerpa generasi, dan yang membentuk peradaban, membangunkan mimpi dan meratakan khayalan, menjadikan semua usaha dan kerja keras yang kita lakukan berjalan dengan kecepatan tinggi dan penuh bebas hambatan.


· Kelurusan dalam bertindak
Hal yang perlu kita lakukan selanjutnya adalah memastikan agar tindakan kita terjaga kelurusannya. Kita harus selalu berpulang pada terminal ruhani kita setiap hari lima kali atau lebih, adalah untuk tujuan ini.

Shalat kita seperti jantung yang membersihkan sel darah kotor, menyisihkannya dan menggantikannya dengan yang baru. Diri kita yang penuh dengan kekisruhan dan kemelut dunia, yang mulai menghitam dan mengental seperti aliran darah vena, kemudian kembali dibersihkan.

Shalat kita seperti jantung yang kepadanya kita harus membersihkan sel darah kita dan mengalirkan oksigen dan sari makanan ke salurannya. Agar kemudian tindakan yang kita lakukan diantara shalat dengan shalat lagi adalah tindakan dengan bekalan yang memang kita butuhkan.

Dan kita bisa menghadapi setiap kesulitan dan hambatan, sesegar, sebersih dan sekuat aliran darah arteri yang mengalir terpompa dari jantung, setiap kali usai shalat kita.

Shalat adalah tindakan yang akan membantu kita untuk menjaga agar tindakan kita terjaga kelurusannya. Kekuatan kehendak dalam tindakan yang lurus hasil dari shalat-shalat kita itu kemudian mampu mencerna semua masalah, melahirkan semua solusi, dan membantu semua kepala yang memerlukan ide, nasihat dan wacana baru.


· Kebersihan dalam berkehendak dan berbuat

Kita bisa menjadikan setiap niatan kita menjadi sebuah perbuatan yang berhasil nyata dengan semua cara, namun hasilnya tak akan berharga bila ditempuh dengan cara-cara yang kotor. Dan, sebesar apapun keberhasilan itu, tak akan pernah memberikan ke dalam diri kita, kebahagiaan sejati. Mungkin kepuasan artifisial bisa diperoleh, tapi tak akan bisa kita mencapai kebahagiaan yang sebenarnya.

Saat kita memiliki kehendak untuk melakukan suatu perbuatan, kita kemudian memilih, dengan cara apa kita akan membuat kehendak itu menjadi suatu hal yang nyata. Dengan perbuatan apa, dengan perilaku atau dengan tindakan apa. Apakah dengan sikap tertentu atau apakah dengan sikap yang lain.

Kita bisa memilih jalan yang berputar, lama dan panjang, berat dan sulit, tapi tak akan sama sekali tak terasa sebagai suatu beban, bila kita yakin akan kebersihan jalan kita itu. Kita kemudian tidak memikirkan hasil saja, tapi perbuatan itu sendiri sudah menjadi buah tersendiri, yang selalu akan terasakan manisnya.

Dan tanpa kita sadari, perbuatan bersih selalu memberikan bunga-bunga yang indah setiap saat kita melakukannya. Teman-teman baru, kesempatan-kesempatan baru, peluang-peluang baru, kemampuan-kemampuan baru, kegemilangan baru yang tadinya malah sama sekali bukan menjadi tujuan kita. Itulah yang dinamakan dengan menikmati proses.

Anggap saja sebagai bonus dari Allah SWT, yang memberikan pada diri kita, nikmat-nikmat yang disegerakan di dunia. Sesuatu yang mungkin tanpa jalan berputar berkelok mendaki menurun dan sangat-sangat menyakitkan yang kita lalui itu, tidak mungkin terbayangkan sebelumnya. Dan ketika kita akhirnya sampai di akhir perjalanan, bukan hanya bunga terindah di gunung es tertinggi yang berhasil kita petik dan diekstraksi menjadi obat mujarab, tapi juga berbagai buah, bunga, harum dan manis yang ada dalam perjalanan itu, yang telah kita peroleh tanpa pernah kita niatkan atau kita tuju sebelumnya. Dan tiada itu semua kita peroleh, kecuali dengan cara yang bersih dalam berkehendak dan berbuat.


· Menjaga perbuatan dari setiap celah penyimpangan yang mungkin ada

Poin ini berkaitan dengan setiap poin sebelumnya. Jalan menyimpang selalu terbuka lebar, terasakan sangat-sangat menggoda untuk diambil. Namun begitu kita mengambil jalan itu dibanding jalan yang selamat, semua kerja keras usaha maksimal dan semua pengorbanan suci yang telah dilakukan, menjadi penuh habis terbawa banjir. Hilang dan licin tandas.

Tentu siapapun tidak menginginkan hal ini. Daripada niat bersih yang telah berhasil membangun catatan sejarah dan gores maju peradaban habis terlindas karena ketergelinciran hawa nafsu untuk mengambil jalan menyimpang, maka dalam usaha dan kerja keras kita, selalu kita harus benar-benar menjaga diri kita, agar tidak ada satupun hal yang kita lakukan, mengalami penyimpangan atau ditempuh lewat cara dan jalan yang menyimpang.

Celah-celah penyimpangan biasanya ada secara alamiah. Ada juga celah-celah tersebut, yang merupakan bikinan musuh, suatu jebakan. Ada juga yang tak sengaja celah menyimpang itu kita ciptakan sendiri, karena keharusan untuk memenuhi suatu desakan misalnya. Tentu pintu taubatNya selalu terbuka, tapi kita lebih baik mempertinggi ketakwaan dengan bersikap hati-hati terhadap keberadaan celah menyimpang tersebut.

Kekuatan kehendak kemudian tak ada artinya bila kita jatuh terjebak ke dalam celah menyimpang ini. Malah akhirnya semua perbuatan kita menjadi hancur. Malah akhirnya semua catatan keberhasilan berubah menjadi poin kesalahan. Dan kekuatan kehendak kita kemudian menjadi dorongan sesat. Semua karena ketidakjelian kita dalam melihat celah penyimpangan itu dan menjebak diri kita di dalamnya.


· Berani dan berhati-hati, teliti dan terarah

Kekuatan kehendak kita hidupkan dengan semangat dan keberanian. Kekuatan kehendak kita kita selamatkan dengan kehati-hatian. Kekuatan kehendak kita, kita jaga dengan ketelitian. Dan kekuatan kehendak kita, kita sampaikan pada keberhasilan, dengan menjadikannya terarah.

Keempat sikap diatas adalah apa yang kita perlukan untuk menjalankan kehendak kita dan menjadikannya kuat. Petarung tergagah tak kan bisa melumpuhkan musuh kurus tanpa keberanian. Pemimpin terhebat tak kan bisa memenangkan pasukannya tanpa kehati-hatian. Ilmuwan tercerdas tak kan bisa menghasilkan apapun tanpa ketelitian. Dan perjuangan terhebat tak kan bisa sampai di tujuan tanpa adanya arahan.

Dengan keempat modal sifat diatas, kehendak kita akan tumbuh menjadi keberhasilan yang gemilang. Dengan keempat modal sifat diatas, kehendak yang diwujudkan dengan pengorbanan waktu dan kerja keras kita tak kan berujung menjadi sia-sia. Dan rahasia kegemilangan berada pada empat sifat diatas.

Empat sifat diatas akan membuat ide sederhana terlaksana dan tumbuh menjadi pohon yang berbuah manis. Akan membuat modal sedikit tumbuh menjadi usaha beromset besar. Akan membuat waktu perjuangan menjadi singkat. Akan membuat usaha berat menjadi ringan dan ringkas. Dan akan membantu semua komponen yang ada dalam perjuangan terbantu.


· Lakukan dengan cara yang terbaik!

Bila ada tangga, tak usahlah meloncati pagar, karena resikonya patah kaki. Bila ada kendaraan, janganlah berjalan kaki, karena akan membuat waktu habis dan tenaga terbuang sia-sia. Bila ada pintu yang bisa diketuk, janganlah membuat lubang pada dinding, karena akan membuat itikad apapun diragukan keabsahannya.

Bila kita tahu cara yang terbaik untuk melakukan sesuatu dan memiliki kemampuan untuk melakukan cara tersebut, maka lakukanlah. Bila kita dapat mengambil jalan yang teringan, maka bantulah diri kita dengan mengambil jalan itu. Bila kita dapat mengambil jalan sederhana untuk menyelesaikan suatu persoalan, maka janganlah menyusahkan diri kita sendiri.

Kekuatan kehendak akan hidup dan berkembang dengan selaras, tumbuh subur dan asri di tengah lingkungannya dan menjadi inspirasi, bila kita mempermudah diri kita dengan melakukan cara yang terbaik. Dan jalan untuk melakukan cara itu, tak sesulit, seberat, serumit bila kita mengambil cara yang terburuk. Karena kebaikan datang dan tumbuh bersama dengan kemudahan, sesuai dengan fitrahnya. Tidak menyusahkan tidak membebani, dan tidak menyimpang.

Bila kita selama ini bertanya-tanya, mengapa usaha dan kerja keras kita tak jua kunjung berbuah, maka coba tanyakan pada diri kita, sudahkah kita menempuh jalan yang benar dengan mengambil cara yang terbaik dalam melakukannya, atau kita terlalu mengagungkan akal manusia diatas nilai kebenaran dan mengusung kreativitas dan kemasyhuran dalam membungkus kekuatan kehendak kita, hingga mengaburkan tujuannya.

Atau bila kita terus tersandung pada masalah yang sama, pertanyaan diatas juga harus kembali diajukan. Karena pintu tak mungkin terbuka bila anak kuncinya tak sesuai. Dobrakan akan menghasilkan kerusakan. Begitu juga dengan tendangan. Akan terlalu banyak menghabiskan tenaga dan mendatangkan keributan. Kadang penyelesaian atas masalah apapun kembali pada kesederhanaan dan kebesaran hati kita untuk mengakui kesalahan.

Hanya saja ego manusia kadang terlalu tinggi untuk mengambil cara sederhana itu, akal dan upaya kemudian terlalu diatas mata hati, hingga tak mampu menjangkau indahnya jalan kesederhanaan yang terbukakan bersama kebaikan itu. Atau kita tidak berani untuk mengambil cara yang mudah itu karena biasa menempuh segala sesuatunya dengan kerumitan tingkat tinggi.

Padahal, cara yang tidak baik itu akan bisa menggagalkan kekuatan kehendak yang semurni apapun.


· Lakukan dengan moral, iktikad dan hati yang baik

Moral dan iktikad baik adalah buah dari nurani dan ruhani yang baik, seperti halnya hati yang baik. Moral akan menjadi tembok-tembok yang melindungi bangunan perbuatan kita dan iktikad baik menjadi atapnya. Dan hati yang baik akan menghidupkan seluruh penghuni bangunan perbuatan itu dan semua yang melaksanakannya.

Moral, iktikad dan hati yang baik, semuanya ini menyebabkan keselamatan pada proses dan tujuan kita. Ketiganya juga akan menghasilkan prasangka baik dan sikap optimis dalam setiap perbuatan kita. Kehendak kita akan terlaksana dengan baik dan akan tumbuh menguat karena itu.

Dengan moral, iktikad dan hati yang baik, kehendak kita akan terjaga dari konflik dari orang lain, akan terhindar dari permasalahan sosial interpersonal dan hukum, serta akan menyelamatkan kehendak itu sampai di tujuannya.


notes:
original writing from GAi'04 please do not copy without permision


Monday, November 01, 2004

Membuat tulisan yang berdaya guna

Tidak ada orang yang menginginkan tindakannya berujung pada kesia-siaan. Semua menginginkan agar bisa melakukan satu tindakan yang tepat, progresif, terarah dan terencana tanpa ada satupun pihak yang menjadi korban (kecuali sang penjahat, mungkin) dan dengan usaha yang teliti hingga tidak ada sumber daya yang tersia-siakan. Demikian juga halnya dengan menulis.
Tidak perlu menghamburkan ribuan kata bila maksud bisa tersampaikan dengan satu dua kalimat. Dan tidak perlu juga memeras otak dan waktu orang lain dengan penuturan implisit yang misterius, bila suatu hal bisa dijelaskan secara gamblang, dan terpaparkan setiap sisinya, agar masalah bisa ditemukan dan diselesaikan.
Bagaimana agar tulisan kita berdaya guna? Bagaimana agar tulisan kita bisa menjadi acuan suatu pengambilan keputusan penting? Bagaimana agar tulisan yang kita buat tidak menyesatkan atau mendatangkan fitnah? Mohon untuk setiap pembaca tulisan ini memberikan kritik agar bisa kita sama-sama belajar menulis hal yang berguna.
1. melakukan perenungan sebelum mulai menulis
Hal ini menjadikan aliran tulisan kita berasal dari hati yang bersih dan pikiran yang murni, bukan dari emosi yang tersulut atau logika yang terbelit. Dan ini berlaku untuk tulisan apapun. Tentang wacana sosial, perilaku keseharian, atau diri sendiri.

2. melihat masalah secara meta kognisi
Tema apapun yang kita tulis, pasti merupakan bagian tersendiri dalam peta logika kita. Ambil jarak dan menjauh dari masalah itu agar kita bisa melihat setiap sisi dari tema yang kita ambil dengan menyeluruh dan teliti. Tetap tempatkan prasangka baik diatas semua penilaian. Bila kita menemukan kesalahan, usahakan agar itu menjadi titik balik yang baik bagi pembuatnya, untuk kemudian siapapun yang menjadi obyek tulisan kita bisa menyadari kesalahannya dan selanjutnya bisa memulai dengan cara yang benar. Kita akan menemukan masalah itu terurai dengan sendirinya menjadi pilahan-pilahan yang mudah diatur dan ditempatkan kembali ke wilayah logika yang semestinya. Kemudian, akan tergambar dalam visualisasi kita, titik bahaya, masa depan yang dapat terjadi, dan peluang-peluang pencegahannya. Jadi, sama sekali tidak ada kekuatan magis atau apapun yang diperlukan untuk membuat tulisan kita berguna.

3. berani menembus batasan kognisi dan merambah wilayah pemahaman baru
Tema yang kita ambil memiliki wilayah bahasanya tersendiri, karena itu, sebelum menulis, tembus batasan kognisi dalam tema-tema atau masalah yang kita lihat dan kita pikirkan dan kita amati, dengan melampaui batasan konteks, waktu dan kesempatan. Lihat dengan melampaui realita, masalah apapun yang kita hadapi.

Ketiga hal diatas adalah hal yang harus kita lakukan dalam merumuskan niat untuk menulis. Prinsip yang harus diambil adalah apapun yang kita tulis harus menjunjung tinggi kebenaran, mengedepankan prinsip-prinsip kebaikan, mengusung asas manfaat, dan memastikan tulisan kita tidak membahayakan siapapun kecuali sang pembuat bahaya.

Selanjutnya adalah, mulai menulis.
Setelah kita menemukan niatan yang tepat, tulisan kita akan terarah dengan sendirinya
4. memilih pembahasaan yang paling tepat
Setiap tulisan yang kita buat harus kita coba kemukakan sebaik-baiknya. Kita menyadari bahwa tulisan kita akan menjadi bahan konsumsi banyak kalangan, oleh sebab itu kita haruslah mencoba membuat tulisan itu bisa dipahami dengan logika termudah, tapi juga bisa menggelitik wacana sensitif dengan tingkat akurasi yang cukup tajam hingga walaupun singkat dan sederhana, kesadaran yang didapatkan pembaca dari tulisan kita bisa menstimulasinya untuk berbuat suatu kebaikan, bisa memotivasinya untuk melakukan perubahan yang mendasar, dan bisa menguatkannya untuk menghadapi tantangan yang perih dan berat apapun.

5. berhati-hati dengan judul
penulis pernah mendapat banjir serangan balik yang bertubi-tubi karena menulis dalam keadaan emosi dan menggunakan judul yang kontroversial. Semoga kejadian itu tidak terulang lagi. Judul merupakan kesan pertama yang didapat seseorang dari sebuah tulisan. Kita bisa bicara ngalor ngidul tanpa tujuan dan tetap yakin pembaca akan mengerti pesannya, asal bisa menempatkan judul yang tepat. Tapi judul yang terlalu berat juga hanya akan membebani tiap kalimat dalam penuturan bila kita tidak bisa menguraikan maksud yang ada dalam judul tersebut. Ukur kebutuhan dan teliti dalam pemilihan kata, tentukan berapa tingkat efek yang diinginkan untuk menjadikan tulisan kita cukup mengena dan tidak salah sasaran.

6. kendalikan ide yang mengalir
Jangan sampai kebanjiran ide terjadi dalam satu tulisan dan saling menimpa dan mematikan. Pahami bahwa dalam usaha untuk memahami, ada koridor logika yang harus dilalui. Perhatikan bahwa tiap koridor tersebut akan berbeda dalam kelompok atau latar belakang pemikiran tertentu, dan hal yang harus kita lakukan selanjutnya adalah meminimalisir kebingungan dan menjelaskan masalah. Jangan sampai karena kesalahan penuturan, ide tersebut mengalir pada koridor yang salah dan akhirnya terjadi salah paham. Kadang ada yang menelan ide kita bulat-bulat, karena itu, beri kesempatan dalam tulisan kita untuk ruang logika dan pertimbangan pembaca, jangan memberi bobot yang terlalu ringan bila kita mengetahui kemampuan sasaran dari tulisan kita. Bila kita hendak menyasar bahaya, pastikan ancaman yang ada, kita tulis dengan mengedepankan fakta, kemukakan angka-angka, dan bukti dari bahaya tersebut. Dan beri juga banyak ide tentang bagaimana kebaikan bisa diretas dan dilaksanakan dengan mudah, dengan sederhana.

7. jangan terbawa arus
Saat menulis, ide akan melompat-lompat dan saling berteriak minta didengar. Tetaplah fokus pada tujuan penulisan kita, pada niatan awal dan pada gambaran kasus yang terjadi. Atau, bila itu adalah suatu hal yang langka dan bagus, tuliskan semua ide tersebut setiap muncul, dan lakukan pengeditan dengan ultra teliti untuk memilah urutan ide, mengetahui kelompok ide tersebut, dan menempatkan ide-ide tersebut sesuai urutannya, agar gagasan yang kita miliki semakin kaya dan tulisan kita bisa menjadi lebih bermakna.

To be continue (kalau sempat)