Sunday, November 07, 2004

Kekuatan Kehendak (The Power of Will)

How can u have such a power in such a criple body?
How can u have such a power in such a bitter life?

Setiap orang memiliki daya di dalam dirinya.
Setiap orang bisa melakukan sesuatu.
Setiap orang bisa melakukan perubahan.
Setiap orang bisa menjadi yang terbaik.
Setiap orang bisa menjadi orang yang berguna dan berjasa.

Namun yang menjadi pertanyaannya, maukah?

Banyak orang yang hidup di dunia ini. Bila dihitung sejak manusia pertama, Nabi Adam, di muka bumi ini tak terhitung jumlah manusia yang pernah menjadi penghuninya. Namun yang menjadi pertanyaannya, berapa orang yang benar-benar signifikan? Berapa orang yang mampu menjadi penggerak dan pemimpin perubahan? Berapa orang yang menggoreskan sejarah kegemilangan, membangkitkan cahaya, menentramkan, memberi kesejahteraan, dan harum hidup dan namanya, dan tercatat dalam perkamen sejarah.

Dari kesemua itu, apakah kiranya yang membedakan mereka dengan orang-orang lain di zamannya? Apakah yang membuat mereka berbeda? Apakah yang membuat mereka begitu kuat dan tangguh? Apakah yang membuat mereka menjadi sumber inspirasi? Apakah yang membuat kata-kata dan perilaku mereka menjadi penggerak dan daya dorong untuk lingkungannya?

Salah satu yang menjadikan mereka berbeda adalah kekuatan kehendak yang mereka miliki. Setiap orang memiliki keinginan, setiap orang memiliki mimpi, setiap orang memiliki harapan, namun yang menjadi pertanyaan, sudahkah semua itu mereka jadikan kehendak?

Berbeda dengan keinginan, impian, mimpi maupun harapan, kehendak memiliki kekuatan. Kehendak memiliki daya. Dalam kehendak tersimpan tenaga besar. Kehendak adalah penggerak dan sumber energi. Kehendak adalah berlian yang tak terpatahkan, tak terburamkan kemilaunya, tak jadi tergadai harganya dimakan waktu. Kehendak itu sendiri adalah sesuatu yang amat berharga.

Dengan berkehendak, seorang wanita tua dengan tangan kurusnya dan sebuah cangkul, mampu mengukir gunung untuk mengalirkan air demi hidupnya tanah di desanya. Dengan berkehendak, ia mengabaikan lecutan tatapan hina, cemoohan, dan perlakuan buruk dari orang-orang di desanya yang menganggapnya gila dan tak waras. Dengan berkehendak, ia tetap kuat dan tetap bisa menjadi baik. Walau menerima begitu banyak perlakuan negatif dari lingkungan terdekatnya sendiri.

Dan seperti setetes air yang ia usahakan untuk bisa mengalir di desanya, upaya Mak Eroh mengukir gunung membuat lubang di hati orang-orang di desanya yang sudah membatu. Membuat kikir di gunung itu dalam goresan saluran air yang semakin lama semakin dalam, semakin panjang, dan makin dekat ke desanya.

Dan baru setelah upayanya hampir berhasil, orang-orang di desanya mulai tersadar akan kekuatan kehendaknya untuk menghidupkan desa mereka, dan baru mereka mulai membantu niatannya, baru mereka turun dan bekerja bersama, meringankan peluh keringat dan meredakan tetes darah yang mengalir dari gores tangannya dengan batu dan gagang cangkul yang dihadapinya, hari demi hari. Dan kekuatan kehendak itu pula yang menghasilkan saluran air itu akhirnya mengalir hingga ke desanya, mengairi sawah ladang mereka, menghidupkan berhektar lahan tidur, dan mengenyangkan hingga ribuan perut yang tadinya merintih menahan lapar.

Itulah buah dari kekuatan kehendak. Dalam sejarah bangsa ini, kita bisa melihat banyak orang-orang yang sepertinya. Dalam sejarah negara ini, kita bisa melihat banyak orang yang menghadapi tantangan besar dengan kekuatan kehendaknya, dan bangkit, sendiri maupun bersama, untuk membuat perubahan yang diperlukan, untuk mendatangkan kesejahteraan bagi mereka dan bagi lingkungannya.

Hendak seperti apakah kita ingin mencatat diri kita dalam sejarah? Koruptor terbesar, mungkin? Penipu demokrasi yang terulung? Penyulut konflik perpecahan bangsa-kah? Penghancur sebuah kebudayaan unggul? Peruntuh sebuah generasi gemilang? Dan menghadapi kehinaan turun temurun dan siksaan penuh di akhirat.

Atau, kita bisa menghindari kokohnya kerajaan iblis di bumi dengan memberikan kekuatan kehendak kita di jalan kebenaran dan keselamatan, dan berusaha dengan seluruh daya, upaya, dan kesabaran kita, untuk menjadikan kehendak kita berjalan dan bekerja, dan memberikan hasil yang nyata.

Kita tidak memerlukan agar orang lain melihat dan memuji hasil pekerjaan kita, karena itu malah mungkin akan mengurangi nilainya di mata Allah SWT. Lihat betapa sejumlah penyelamat terbesar dalam sejarah, melakukan tindakannya dengan amal-amal yang mereka lakukan secara rahasia. Bila berkehendak masih dikotori keperluan dan rasa bangga akan pujian, maka telah lemahlah kehendak tersebut.


Bagaimana menumbuhkan Kekuatan Kehendak ?

Sadar atau tidak, beberapa orang diberi Tuhan latihan dalam hidupnya hingga mereka tumbuh menjadi orang-orang yang kuat. Sejumlah orang diberi bekalan sedari mereka kecil hingga akhirnya mereka tumbuh, berkembang, berinteraksi dan bekerja dengan kekuatan kehendak yang jauh berbeda dari sementara orang.

Sesuatu yang mungkin tidak bisa dipahami oleh mereka yang terbiasa menghadapi hidup dengan mudah. Dimana banyak dari kita yang hidup dalam situasi demikian. Maka dari itu, kita harus menggali dari kehidupan mereka itu, tempaan apakah kiranya yang membuat mereka kuat tersebut.

Kita bisa, melepaskan semua atribut hidup kita dan membiarkan diri dalam terpaan alam, dengan menghadapi dunia dan keganasannya dengan peralatan minimum. Banyak pelatihan survival yang kini dikomersilkan. Banyak juga bisa kita dapatkan, buku biografi para tokoh sejarah, yang menuliskan dengan detail rintih kehidupan seorang tokoh dan berbagai peristiwa yang menempa diri dan karakter mereka hingga mereka tumbuh menjadi individu yang kuat.

Namun jarang yang memahami bahwa pelatihan artifisial, pengetahuan yang dibahasakan dengan indah, tidak bisa dengan jelas merangkum inti dari benih-benih kekuatan kehendak tersebut. Kita coba telaah bersama, apa yang mungkin menjadi sumber dari kekuatan kehendak yang ingin kita tumbuhkan dalam diri kita itu.


· Memiliki fondasi kebenaran yang kuat

Bila kita yakin, hal yang kita lakukan salah, menyimpang atau tidak benar, maka janganlah lakukan. Kecuali bila anda tidak waras. Atau siap menempatkan diri dalam jilatan api neraka. Apapun yang hendak kita lakukan, lakukan jika hanya jika kita telah memperoleh, memahami dan memiliki fondasi yang kuat dan benar, dalam niat, rencana, pengambilan tindakan dan pelaksanaan sentuhan akhirnya.
Apalagi, bila apa yang kita lakukan memerlukan tenaga massif, memerlukan dukungan besar, dan memerlukan pengorbanan yang luas.

Bila kita seorang pemimpin, satu yang harus dikorbankan pertama kali adalah diri kita sendiri, bukan orang lain. Bila kita seorang pahlawan, satu yang harus melakukan tindakan yang paling berani dan berbahaya, adalah diri kita sendiri, bukan orang lain. Bila kita seorang pemikir dan penginspirasi, satu yang harus menerima semua beban kritikan dan menanggung semua bobot masalah, adalah diri kita sendiri, bukan orang lain. Dan tak ada kekuatan yang mampu menjadi penggerak dan pendorong untuk menguatkan tindakan sedemikan tersebut diatas, kecuali : kebenaran.

Bila kita ingin mengetahui, memperoleh, mendapatkan intisari kebenaran secara mutlak dan menyeluruh, maka yakinlah bahwa tak ada pemilik kebenaran selain Zat Yang Benar; Allah SWT. Allah SWT bukanlah makhluk, Ia adalah Sang Pencipta. Allah SWT bukanlah pertapa, Ia adalah Pemilik Kesucian. Allah SWT bukanlah sebuah otak jenius, Ia adalah Pemilik Semua Pengetahuan. Dan menyamakan Allah SWT dan seluruh KeagunganNya dengan segala kerendahan yang bisa dicapai akal dan khayal manusia adalah sebuah kebodohan. Cukuplah kita menjangkau keberadaannya, sebagai Yang Maha Kuasa.

Sekarang, kita sampai pada kesadaran, bahwa tidak setitik pun keberhasilan kita di dunia ini, ada, wujud, dan nyata, tanpa KehendakNya, KeinginanNya, PersetujuanNya; Ridha-Nya.

Karena itu, kekuatan kehendak yang utama adalah dari ketakwaan kita padaNya, dari tingkat intensitas ibadah, evaluasi diri dan sensitivitas kesadaran perbuatan kita dalam berhubungan denganNya, dari kelemahan diri yang dikuatkanNya, dari kebodohan diri yang dicerdaskanNya, dari kelumpuhan diri yang disempurnakanNya.

Dan beruntungnya kita yang hidup di zaman ini adalah, kita telah memperoleh satu kitab Al Qur’an : yang mengungkapkan semua kebenaran alam semesta dan seisinya, menyingkap rahasia waktu yang sejarah pertama sampai yang terakhir, membentangkan ilmu pengetahuan dari makhluk gaib hingga ragam postulat absolut tentang jagat raya dan seisinya.

Mengungkap rahasia sikap dan perilaku dari yang tersembunyi milik manusia-manusia terkeji hingga yang paling utama. Dan menuturkan sejarah para Nabi yang mulia, dari yang diciptakan di surga hingga yang dijadikan penebar risalah akhir zaman: Nabi Muhammad SAW. Baginya kita haturkan salam kesejahteraan dan keselamatas serta segala puji.

Dan bila kini kita memiliki pertanyaan tentang kekuatan kehendak, maka kita bisa dengan mudah selalu berpulang pada sumber kebenaran yang mata air jernihnya selalu mengalir setiap waktu tersebut : Al Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Resapi kebenaran ayat-ayatNya dalam hidup kita. Alirkan dalam darah kita, keteguhan tekad yang mengalir dalam diri Rasulullah Muhammad SAW dengan mempelajari sejarah hidupnya yang mulia.

Dan hidupkan dalam nafas dan langkah kita, akhlak dan pemahaman yang mendalam tentang Islam yang agung dan bersih. Arungi lautan luas dan daki gunung tertinggi dengan kekuatan kehendak yang telah mendarah daging tersebut. Dan jadikan kehendak kita dalam kekuatan terbesarnya, memperoleh wujud dan nyata- nya. Dengan membangun setiap tindakan kita dalam niat yang bermula dan berpulang hanya padaNya, bertafakkur pada setiap kesempatan.

Dan menjadikan setiap perbuatan kita hidup sebagai ibadah yang indah, yang kan menjadi saksi dihadapanNya nanti. Dan menjadikan setiap tutur kata kita terjaga dalam kebenaran, yang dipersaksikan semua telinga yang bisa mendengar. Dan menjadikan semua goresan pena kita, terbaca sebagai nasihat dalam kebenaran. Dan menjadikan setiap langkah kita, menuju pada kebaikan. Dan menjadikan setiap sikap dan perilaku kita, menuntun pada petunjuk. Dan menjadikan setiap kehendak (niatan) yang ada dalam perbuatan kita tersebut, kuat dan tidak terpatahkan.


· Memiliki Nurani dan Ruhani yang jernih

Untuk bisa memiliki kehendak yang kuat, tiang-tiang penguatnya adalah nurani dan ruhani yang bersih. Hati kita dan akal pikiran kita akan bisa bekerja secara optimal bila terjaga kebersihannya.
Dengan adanya komponen penggerak berupa kehendak, maka nurani dan ruhani kita akan bisa bekerja menghasilkan daya yang paling optimal. Pikiran dan ilham yang jernih dan solutif, seringkali dihasilkan dari nurani dan ruhani kita yang jernih.

Kita bisa bicara banyak, berdiskusi banyak, membaca banyak, berlogika banyak, namun seringkali solusi yang paling tepat, tak kunjung jua ditemukan. Bila itu terjadi, coba bersihkan hati; kembali pada nurani dan ruhani kita yang sejati, dan temukan disana, petunjuk utama dari Sang Pemilik Semesta : Allah SWT.

Dengan berbekal nurani dan ruhani yang bersih tersebut, tindakan yang kita lakukan akan memiliki kekuatan kehendak yang penuh. Tidak separuh atau setengah-setengah. Juga, kita akan bisa dengan ringan mengatasi cobaan yang berat, mengangkat beban yang besar, mengambil tindakan beresiko tinggi, menghadapi bahaya terhebat, dengan kekuatan kehendak. Dan kekuatan kehendak yang sekuat itu, tak mungkin bisa dituai, kecuali dari nurani dan ruhani yang jernih dan terjaga kebersihannya.


· Keyakinan yang bulat dan mendalam

Keyakinan adalah asal dan akhir. Keyakinan juga adalah awal dan tujuan. Tanpa keyakinan, sesuatu tidak bisa bermula. Tanpa keyakinan, keberhasilan tidak bisa dituai. Tanpa keyakinan, keberhasilan tidak bisa diraih. Kecuali yang turun dari langit mungkin, seperti mangga atau kelapa yang jatuh dari pohon.

Namun tanpa keyakinan, yang jatuh menimpa diri kita mungkin bukan hanya mangganya, tapi juga tangga yang kita gunakan untuk memetik mangga itu, dan juga diri kita yang terpeleset dari tangga tersebut sebelum jatuhnya kita tadi. Sedikit lelucon agar segar.

Bila kita selama ini memimpikan keberhasilan, mengharapkan kesuksesan, menginginkan untuk mencapai kemenangan hidup, maka milikilah dulu dalam diri kita, keyakinan yang penuh, bulat dan mendalam, tidak separuh atau setengah-setengah.

Kita tak bisa berharap bumi akan berhenti untuk menunggu kita menyelesaikan suatu pekerjaan, atau berharap waktu membeku sejenak agar kelalaian yang kita lakukan bisa sedikit kita benahi. Tentu tidak, itu tak kan terjadi. Yang mungkin adalah menciptakan kesempatan. Dan menjalani setiap detik dan momentum yang ada di dalam hidup kita untuk mengubah kemalangan menjadi kejayaan, mengubah kesedihan menjadi kebahagiaan, mengubah kelalaian menjadi keberhasilan, mengubah kejatuhan menjadi kegemilangan.

Dikatakan oleh banyak pepatah dalam banyak bahasa bahwa pemenang sejati adalah bukan mereka yang selalu berhasil. Tapi orang yang justru mampu bangkit dari kegagalan, kemalangan, dan kejatuhan yang terjadi dalam setiap kurun hidupnya.

Akal dan otak kita yang masih mengedepankan logika yang sehat tentu akan memulangkan setiap mendung yang menimpa diri kita sebagai suatu skenario dari Yang Maha dan bukannya semata penuh kesalahan kita. Tapi, itu justru tidak boleh dijadikan sebagai suatu pemakluman.

Tidak begitu yang dimaksud dengan memaknai takdir. Takdir adalah persiapan yang bertemu dengan kesempatan. Dan semua itu membutuhkan usaha. Persiapan membutuhkan usaha, dan kejelian dalam melihat kesempatan juga memerlukan usaha.

Kekuatan kehendak kita kemudian akan menjadi pewarna dari keyakinan kita yang akan menguatkan setiap tindakan yang kita lakukan dengan keyakinan kita yang sudah bulat dan mendalam itu. Dengan demikian, kehidupan kita akan teretas indah, terlukis penuh, terukir dengan dalam dan meninggalkan kesan dalam sejarah sebagai satu bagian dari keabadiaan yang menerpa generasi, dan yang membentuk peradaban, membangunkan mimpi dan meratakan khayalan, menjadikan semua usaha dan kerja keras yang kita lakukan berjalan dengan kecepatan tinggi dan penuh bebas hambatan.


· Kelurusan dalam bertindak
Hal yang perlu kita lakukan selanjutnya adalah memastikan agar tindakan kita terjaga kelurusannya. Kita harus selalu berpulang pada terminal ruhani kita setiap hari lima kali atau lebih, adalah untuk tujuan ini.

Shalat kita seperti jantung yang membersihkan sel darah kotor, menyisihkannya dan menggantikannya dengan yang baru. Diri kita yang penuh dengan kekisruhan dan kemelut dunia, yang mulai menghitam dan mengental seperti aliran darah vena, kemudian kembali dibersihkan.

Shalat kita seperti jantung yang kepadanya kita harus membersihkan sel darah kita dan mengalirkan oksigen dan sari makanan ke salurannya. Agar kemudian tindakan yang kita lakukan diantara shalat dengan shalat lagi adalah tindakan dengan bekalan yang memang kita butuhkan.

Dan kita bisa menghadapi setiap kesulitan dan hambatan, sesegar, sebersih dan sekuat aliran darah arteri yang mengalir terpompa dari jantung, setiap kali usai shalat kita.

Shalat adalah tindakan yang akan membantu kita untuk menjaga agar tindakan kita terjaga kelurusannya. Kekuatan kehendak dalam tindakan yang lurus hasil dari shalat-shalat kita itu kemudian mampu mencerna semua masalah, melahirkan semua solusi, dan membantu semua kepala yang memerlukan ide, nasihat dan wacana baru.


· Kebersihan dalam berkehendak dan berbuat

Kita bisa menjadikan setiap niatan kita menjadi sebuah perbuatan yang berhasil nyata dengan semua cara, namun hasilnya tak akan berharga bila ditempuh dengan cara-cara yang kotor. Dan, sebesar apapun keberhasilan itu, tak akan pernah memberikan ke dalam diri kita, kebahagiaan sejati. Mungkin kepuasan artifisial bisa diperoleh, tapi tak akan bisa kita mencapai kebahagiaan yang sebenarnya.

Saat kita memiliki kehendak untuk melakukan suatu perbuatan, kita kemudian memilih, dengan cara apa kita akan membuat kehendak itu menjadi suatu hal yang nyata. Dengan perbuatan apa, dengan perilaku atau dengan tindakan apa. Apakah dengan sikap tertentu atau apakah dengan sikap yang lain.

Kita bisa memilih jalan yang berputar, lama dan panjang, berat dan sulit, tapi tak akan sama sekali tak terasa sebagai suatu beban, bila kita yakin akan kebersihan jalan kita itu. Kita kemudian tidak memikirkan hasil saja, tapi perbuatan itu sendiri sudah menjadi buah tersendiri, yang selalu akan terasakan manisnya.

Dan tanpa kita sadari, perbuatan bersih selalu memberikan bunga-bunga yang indah setiap saat kita melakukannya. Teman-teman baru, kesempatan-kesempatan baru, peluang-peluang baru, kemampuan-kemampuan baru, kegemilangan baru yang tadinya malah sama sekali bukan menjadi tujuan kita. Itulah yang dinamakan dengan menikmati proses.

Anggap saja sebagai bonus dari Allah SWT, yang memberikan pada diri kita, nikmat-nikmat yang disegerakan di dunia. Sesuatu yang mungkin tanpa jalan berputar berkelok mendaki menurun dan sangat-sangat menyakitkan yang kita lalui itu, tidak mungkin terbayangkan sebelumnya. Dan ketika kita akhirnya sampai di akhir perjalanan, bukan hanya bunga terindah di gunung es tertinggi yang berhasil kita petik dan diekstraksi menjadi obat mujarab, tapi juga berbagai buah, bunga, harum dan manis yang ada dalam perjalanan itu, yang telah kita peroleh tanpa pernah kita niatkan atau kita tuju sebelumnya. Dan tiada itu semua kita peroleh, kecuali dengan cara yang bersih dalam berkehendak dan berbuat.


· Menjaga perbuatan dari setiap celah penyimpangan yang mungkin ada

Poin ini berkaitan dengan setiap poin sebelumnya. Jalan menyimpang selalu terbuka lebar, terasakan sangat-sangat menggoda untuk diambil. Namun begitu kita mengambil jalan itu dibanding jalan yang selamat, semua kerja keras usaha maksimal dan semua pengorbanan suci yang telah dilakukan, menjadi penuh habis terbawa banjir. Hilang dan licin tandas.

Tentu siapapun tidak menginginkan hal ini. Daripada niat bersih yang telah berhasil membangun catatan sejarah dan gores maju peradaban habis terlindas karena ketergelinciran hawa nafsu untuk mengambil jalan menyimpang, maka dalam usaha dan kerja keras kita, selalu kita harus benar-benar menjaga diri kita, agar tidak ada satupun hal yang kita lakukan, mengalami penyimpangan atau ditempuh lewat cara dan jalan yang menyimpang.

Celah-celah penyimpangan biasanya ada secara alamiah. Ada juga celah-celah tersebut, yang merupakan bikinan musuh, suatu jebakan. Ada juga yang tak sengaja celah menyimpang itu kita ciptakan sendiri, karena keharusan untuk memenuhi suatu desakan misalnya. Tentu pintu taubatNya selalu terbuka, tapi kita lebih baik mempertinggi ketakwaan dengan bersikap hati-hati terhadap keberadaan celah menyimpang tersebut.

Kekuatan kehendak kemudian tak ada artinya bila kita jatuh terjebak ke dalam celah menyimpang ini. Malah akhirnya semua perbuatan kita menjadi hancur. Malah akhirnya semua catatan keberhasilan berubah menjadi poin kesalahan. Dan kekuatan kehendak kita kemudian menjadi dorongan sesat. Semua karena ketidakjelian kita dalam melihat celah penyimpangan itu dan menjebak diri kita di dalamnya.


· Berani dan berhati-hati, teliti dan terarah

Kekuatan kehendak kita hidupkan dengan semangat dan keberanian. Kekuatan kehendak kita kita selamatkan dengan kehati-hatian. Kekuatan kehendak kita, kita jaga dengan ketelitian. Dan kekuatan kehendak kita, kita sampaikan pada keberhasilan, dengan menjadikannya terarah.

Keempat sikap diatas adalah apa yang kita perlukan untuk menjalankan kehendak kita dan menjadikannya kuat. Petarung tergagah tak kan bisa melumpuhkan musuh kurus tanpa keberanian. Pemimpin terhebat tak kan bisa memenangkan pasukannya tanpa kehati-hatian. Ilmuwan tercerdas tak kan bisa menghasilkan apapun tanpa ketelitian. Dan perjuangan terhebat tak kan bisa sampai di tujuan tanpa adanya arahan.

Dengan keempat modal sifat diatas, kehendak kita akan tumbuh menjadi keberhasilan yang gemilang. Dengan keempat modal sifat diatas, kehendak yang diwujudkan dengan pengorbanan waktu dan kerja keras kita tak kan berujung menjadi sia-sia. Dan rahasia kegemilangan berada pada empat sifat diatas.

Empat sifat diatas akan membuat ide sederhana terlaksana dan tumbuh menjadi pohon yang berbuah manis. Akan membuat modal sedikit tumbuh menjadi usaha beromset besar. Akan membuat waktu perjuangan menjadi singkat. Akan membuat usaha berat menjadi ringan dan ringkas. Dan akan membantu semua komponen yang ada dalam perjuangan terbantu.


· Lakukan dengan cara yang terbaik!

Bila ada tangga, tak usahlah meloncati pagar, karena resikonya patah kaki. Bila ada kendaraan, janganlah berjalan kaki, karena akan membuat waktu habis dan tenaga terbuang sia-sia. Bila ada pintu yang bisa diketuk, janganlah membuat lubang pada dinding, karena akan membuat itikad apapun diragukan keabsahannya.

Bila kita tahu cara yang terbaik untuk melakukan sesuatu dan memiliki kemampuan untuk melakukan cara tersebut, maka lakukanlah. Bila kita dapat mengambil jalan yang teringan, maka bantulah diri kita dengan mengambil jalan itu. Bila kita dapat mengambil jalan sederhana untuk menyelesaikan suatu persoalan, maka janganlah menyusahkan diri kita sendiri.

Kekuatan kehendak akan hidup dan berkembang dengan selaras, tumbuh subur dan asri di tengah lingkungannya dan menjadi inspirasi, bila kita mempermudah diri kita dengan melakukan cara yang terbaik. Dan jalan untuk melakukan cara itu, tak sesulit, seberat, serumit bila kita mengambil cara yang terburuk. Karena kebaikan datang dan tumbuh bersama dengan kemudahan, sesuai dengan fitrahnya. Tidak menyusahkan tidak membebani, dan tidak menyimpang.

Bila kita selama ini bertanya-tanya, mengapa usaha dan kerja keras kita tak jua kunjung berbuah, maka coba tanyakan pada diri kita, sudahkah kita menempuh jalan yang benar dengan mengambil cara yang terbaik dalam melakukannya, atau kita terlalu mengagungkan akal manusia diatas nilai kebenaran dan mengusung kreativitas dan kemasyhuran dalam membungkus kekuatan kehendak kita, hingga mengaburkan tujuannya.

Atau bila kita terus tersandung pada masalah yang sama, pertanyaan diatas juga harus kembali diajukan. Karena pintu tak mungkin terbuka bila anak kuncinya tak sesuai. Dobrakan akan menghasilkan kerusakan. Begitu juga dengan tendangan. Akan terlalu banyak menghabiskan tenaga dan mendatangkan keributan. Kadang penyelesaian atas masalah apapun kembali pada kesederhanaan dan kebesaran hati kita untuk mengakui kesalahan.

Hanya saja ego manusia kadang terlalu tinggi untuk mengambil cara sederhana itu, akal dan upaya kemudian terlalu diatas mata hati, hingga tak mampu menjangkau indahnya jalan kesederhanaan yang terbukakan bersama kebaikan itu. Atau kita tidak berani untuk mengambil cara yang mudah itu karena biasa menempuh segala sesuatunya dengan kerumitan tingkat tinggi.

Padahal, cara yang tidak baik itu akan bisa menggagalkan kekuatan kehendak yang semurni apapun.


· Lakukan dengan moral, iktikad dan hati yang baik

Moral dan iktikad baik adalah buah dari nurani dan ruhani yang baik, seperti halnya hati yang baik. Moral akan menjadi tembok-tembok yang melindungi bangunan perbuatan kita dan iktikad baik menjadi atapnya. Dan hati yang baik akan menghidupkan seluruh penghuni bangunan perbuatan itu dan semua yang melaksanakannya.

Moral, iktikad dan hati yang baik, semuanya ini menyebabkan keselamatan pada proses dan tujuan kita. Ketiganya juga akan menghasilkan prasangka baik dan sikap optimis dalam setiap perbuatan kita. Kehendak kita akan terlaksana dengan baik dan akan tumbuh menguat karena itu.

Dengan moral, iktikad dan hati yang baik, kehendak kita akan terjaga dari konflik dari orang lain, akan terhindar dari permasalahan sosial interpersonal dan hukum, serta akan menyelamatkan kehendak itu sampai di tujuannya.


notes:
original writing from GAi'04 please do not copy without permision


2 Comments:

At 1:41 AM, Anonymous Anonymous said...

subhanallah bagus banget tulisannya. Tetapi akan lebih luar biasa jika kita bisa menerapkannya bahkan menuralkannya kepada teman - teman kita

 
At 12:40 AM, Anonymous Anonymous said...

may i copy this articel please... just for me...
coz i like it...

 

Post a Comment

<< Home