Thursday, September 23, 2004

Anonimitas Identitas tanpa Integritas

Bagaimana bila kita disuruh memilih, tegak sebagai seorang pribadi, atau kokoh sebagai bagian dari suatu komunitas? Secara umum, orang indonesia akan memilih yang kedua. Hal ini karena situasi anomim seringkali menguntungkan. Ini biasanya pada masyarakat yang sangat komunal, sangat sosialis, dan kurang menghargai individualitas atau kekhasan individu. Situasi anonim menyenangkan karena tidak ada ancaman terhadap individu secara langsung, ada pembagian peran, dan ada perubahan yang bisa ditangani bersama. Tapi secara umum, anonimitas ini merupakan suatu bentuk ekpresi kelemahan, dan tanda adanya ketakutan pada tanggung jawab sosial.
Permasalahan identitas pada masyarakat merupakan permasalahan yang krusial. Ada berbagai gempuran yang ditujukan kepada publik sosial. Dunia industri, hiburan, informasi, ekonomi, dan bahkan politik, menjadikan masyarakat -bukan sistem- sebagai target sasaran utama. Hal ini membuat individu semakin dijauhkan dari pembangunan integritas pribadinya.
Bahkan, keseluruhan konspirasi industri global tersebut menguraikan berbagai kapasitas positif yang telah dibangun oleh orangtua, tata adat sosial, generasi awal, dan pendidik pada usia dini, dengan berbagai tayangan, muatan di media, kekerasan, narkotika, tekanan lingkungan, dan lain-lain yang membuat sulit untuk bisa membangun kepribadian yang khas dan orisinal. Kesulitan membangun identitas ini timbul karena disrupsi moral dan pelemahan kognisi yang diakibatkan oleh sumber-sumber diatas. Karena tidak mungkin pribadi yang kokoh bisa dibangun tanpa kognisi yang sehat dan berpegang teguh pada prinsip moral.
Kini individualitas semakin langka. Seseorang mendapat tekanan yang kuat untuk mengikuti trend atau mode hingga kekhasan individu dipandang sebelah mata. Berbagai kekerasan tekanan lingkungan ini membuat individu yang ada dalam suatu masyarakat baru bisa merasa aman bila ia mengikuti, patuh tanpa syarat, dan mengambil semua unsur dan bagian dari lingkungan itu ke dalam dirinya secara utuh, bulat-bulat, tanpa saringan lebih dahulu.
Hal ini juga menyebabkan pergeseran nilai. Bahkan, menyebabkan kelangkaan sikap. Individu tidak bisa untuk utuh dan menjadi dirinya sendiri tanpa adanya sebagian kekerasan tekanan lingkungan yang membuat disrupsi massif dan besar-besaran terhadap kepribadiannya. Masyarakat menjadi penuh kepura-puraan, tipudaya, dan hal-hal yang bersifat artifisial. Bahkan terjadi penghalalan segala cara agar seseorang dapat menghimpun semua bagian yang diinginkannya dari lingkungan itu. Bahkan untuk sekedar mendapatkan rasa aman. Dan lebih rusaknya lagi, bukan hanya satu dua oknum yang melakukan hal semacam itu. Dan bahkan hal itu telah dipandang sebagai hal lazim. Sungguh suatu kerugian besar pada bangsa yang besar karena kekuatan kokoh individu-individu pada generasi awalnya ini.

Mengapa menulis tentang topik ini?
Karena telah terasa keresahan yang besar saat mencermati fenomena aktual. Ada kebutaan peran sosial yang timbul karena ini. Ada keruntuhan kepribadian bangsa karena ini. Dan secara umum terjadi perusakan besar besaran pada sistem sosial di semua lini. Dan tak adanya rasa aman secara menyeluruh. Semua karena anggota masyarakat merasa sudah nyaman menjadi bagian semu dari suatu komunitas. Dan tidak ada yang mau memimpin dan menjadi pribadi yang kokoh dan dapat memberi solusi di lingkungannya.
Masyarakat telah kehilangan rasa aman. Tak ada yang merasa nyaman tanpa mencela, merendahkan, merusak dan menjatuhkan orang lain atau kelompok lain, atau sistem lain. Secara umum, sebagai sebuah bangsa, kita sangat miskin kekhasan integritas. Bahkan ada celetukan bila ada satu orang saja, yang matang secara ideologis, sosial, dan pergerakan, maka bangsa ini akan selamat. Siapapun orang tersebut.
Padahal, bangsa ini akan terselamatkan tidak hanya karena satu orang tentu, tapi harus dengan kerja keras bersama. Tanpa kerjasama, tidak ada yang bisa selesai dengan sempurna. Apa hubungan antara kerjasama dan identitas? Bahwa kerjasama seharusnya tidak mengkaburkan identitas siapapun. Dan kerjasama seharusnya dilakukan dengan baik, agar tetap mengokohkan integritas tiap individu yang terlibat di dalamnya.
Tulisan ini dibuat ketika mencermati fenomena “kerjasama” antar individu yang menjadi wakil dari suatu golongan. Ada saja sejumlah individu yang mengaburkan identitasnya hanya agar bisa diterima di suatu kelompok. Padahal, tidak satupun kelompok yang baik dalam golongan yang baik, yang membutuhkan orang-orang yang tidak memiliki integritas. Kecuali untuk sekedar babu atau budak atau jongos penjilat.
Tujuan dari pembuatan tulisan ini adalah sebagai seruan untuk siapapun, untuk tetap mengedepankan integritas dan meninggikan prinsip yang mulia, tanpanya, bangsa ini akan makin rusak. Tanpanya, semua hanya mengenakan topeng-topeng. Kepalsuan ini telah menyerang banyak kalangan dan menghancurkan keseluruhan bangunan sebuah bangsa.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home