Thursday, July 01, 2004

KARAKTER REFORMASI

Seruan Moral untuk Kelangsungan Reformasi
Reformasi politik bergerak sejak tahun 90 akhir dimana gerakan mahasiswa melakukan serangkaian aksi protes menghadapi rezim yang telah berkuasa selama 32 tahun dan telah membuat keropos negara kita tercinta dengan ragam tindakan kolusi, korupsi dan perilaku nepotis yang hingga kini belum berhasil diberantas. Penulis yang pernah terlibat dalam gerakan mahasiswa merasakan sendiri bagaimana getirnya upaya penegakan sebuah kebenaran di depan pemimpin yang telah dibutakan oleh kekuasaan. Bahkan sepasang rekan satu kampus penulis yang sama-sama berasal dari satu sekolah menengah di kota hujan menjadi korban peluru nyasar aparat yang menyebabkan keduanya harus dirawat dirumah sakit. Tak kurang dari kepala dan leher menjadi sasaran tembak dari aparat yang mencoba melemahkan gerakan mahasiswa. Sungguh sangat tragis.
Pahit getir perjuangan adalah satu hal yang idealis. Dan idealita adalah keabadian bagi penegak kebenaran yang jujur. Namun, susah untuk diterapkan di medan paska kampus.
Walaupun seseorang telah tak lagi menyandang gelar sebagai mahasiswa, baik itu karena ia telah berhasil memperoleh gelar akademis, atau karena sebab lain yang menyebabkan ia tidak memperoleh gelar tersebut, lapangan amal masih terbuka lebar untuk para pejuang pecinta kesatuan negeri ini, yang menginginkan hidupnya berguna dan menyandang kemulian sebagai manusia, ciptaan Tuhan yang diberi karunia paling sempurna.
Mantan mahasiswa yang jujur, yang sewaktu ia dikampus menjadi penentang korupsi, kolusi dan nepotisme, harus menjaga dirinya agar tidak menjadi bagian dari para pelanggar hukum tersebut. Seruan ini berlaku untuk aktivis dari kalangan manapun, dari gerakan manapun yang masih mau jujur pada dirinya sendiri dan tidak ingin mengkhianati keluhuran perjuangan.
Hal ini penting karena selain kita menyadari konsekuensi legal dari perbuatan yang jelas-jelas melanggar hukum tersebut, kita juga harus menjunjung tinggi kejujuran dan nilai-nilai kebaikan yang lain. Jangan menafikan hati nurani dan melacurkan moral dengan terlibat dalam konspirasi keburukan. Negara kita membutuhkan orang-orang jujur untuk meneruskan kepemimpinan. Orang-orang yang menegakkan kebenaran dari dirinya sendiri, dan memulai untuk mencegah kerusakan, dengan menjaga dirinya sendiri dari perbuatan tercela.

Menghayati kebenaran
Seringkali kita sudah tahu bahwa sesuatu itu benar, namun untuk diri kita dapat melakukan kebenaran itu, ada dinding penghalang dalam diri kita yang mencegah kita dari melakukannya. Pada saat yang sama, saat kita sudah mengetahui bahwa suatu perilaku itu tidak benar atau bahkan salah, tidak ada pencegah yang menghalangi diri kita untuk melakukannya. Bahkan saat kita menyadari adanya konsekuensi negatif dari perbuatan tersebut. Bahkan, saat kita menyadari bahwa akibat perbuatan tersebut akan merugikan orang lain, bukan hanya diri kita sendiri.
Moralitas kita yang menentukan perbuatan mana yang kita ambil. Semakin tinggi moral seseorang, semakin mendalam penghayatannya terhadap kebenaran.

Politik Hati Nurani
Apakah suatu perbuatan baik atau buruk, nurani kita yang berbicara. Nurani kita adalah wilayah independen yang berdiri sendiri, dimana kita menjadi penguasanya. Sistem yang diterapkan dalam mengatur hati nurani setiap orang tidak bisa dipaksakan oleh siapapun. Hati nurani yang kapitalis bisa tetap abadi, walau sosok fisik pemiliknya berada di negara komunis sekalipun. Karena itu, penting untuk setiap kita menentukan apa yang akan memerintah hati nurani kita.
Setiap orang diberi kesempatan berada di antara manusia selama hidupnya. Dengan kemampuan fisik dan intelektual yang berbeda, kemudian setiap orang mengambil peran yang berbeda-beda di masyarakat. Penegakan idealisme yang benar-benar jujur tidak berhenti atau mogok saat seorang aktivis yang jujur, laki-laki atau perempuan, berada diluar kampus. Penolakan terhadap kerusakan moral, bukanlah wacana untuk ditegakkan di depan publik terlebih dahulu, namun merupakan prinsip yang harus dijaga dan dilakukan dimanapun. Penolakan terhadap pornografi, misalnya. Esensinya bukanlah wacana demonstrasi, namun prinsip yang harus ditegakkan dalam keseharian. Seperti halnya kebencian dan penolakan terhadap korupsi, kolusi dan nepotisme, adalah wacana yang bagi setiap kita, harus tetap abadi. Jangan karena telah membudaya di tempat kerja kita, kemudian kita menjadi terpengaruh olehnya.
Manusia yang sukses adalah yang memperoleh kebaikan dalam setiap pekerjaannya. Sukses adalah kesejahteran psikologis dan kecukupan dalam kebutuhan fisik, bukan dilambangkan oleh kekayaan atau kelebihan materi. Orang yang sukses adalah orang yang mengambil porsi terbesar dari kehidupan dengan mengedepankankan kejernihan hati nuraninya. Dengan upaya ini, setiap orang akan terhindar dari perbuatan tercela dan akan senantiasa menjadikan waktunya berguna. Orang-orang yang mengabaikan hati nuraninya hanya akan menderita dalam kemunafikan, dan terhina dalam kerendahan moral.

Urgensi Reformasi di tingkat Keluarga
Seruan untuk melakukan reformasi mulai dari lingkup keluarga ini merupakan tindakan yang harus diambil oleh semua orang yang hidup dalam sebuah keluarga. Hal ini berarti, kita semua. Reformasi atau perubahan di tingkat keluarga ini penting karena keluarga adalah anggota masyarakat yang paling sering berinteraksi dengan kita.
Di keluarga ada berbagai peran. Ada peran ayah, yang menjadi figur otoritas dan figus ibu sebagai pelindung. Keduanya adalah pembimbing dan pendidik. Ada peran sebagai anak, baik itu sebagai adik atau kakak. Pentingnya kita untuk membahas persoalan ini adalah karena tidak setiap orang memiliki kesadaran untuk memulai memperbaiki masyarakat mulai dari unit masyarakat yang terkecil. Banyak tokoh yang menyerukan perbaikan di tataran sosial nasional dan kedaerahan, namun jarang sekali yang menyerukan untuk melakukan perubahan dan perbaikan dari diri sendiri dan dari keluarga. Sambil kita berusaha untuk memperbaiki diri kita dalam berbagai aspeknya, kita juga bisa menjadi pemicu perbaikan di keluarga kita. Perbaikan yang intensif dan reguler yang dimulai dari lingkungan terdekat, akan menghasilkan perubahan yang permanen dan menghasilkan perbaikan yang signifikan. Hasil yang diperoleh pun sifatnya menetap dan perubahan yang terinternalisasi ini akan berimbas pada lingkungan.
Suasana yang tercipta di keluarga berperan penting untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam hidupnya. Situasi yang baik akan mendukung kesuksesan seseorang, seperti sajak yang ditulis Nolte. Banyak tulisan, buku dan literatur lain yang membahas tentang pentingnya pendidikan anak usia dini, pentingnya pola asuh yang suportif bagi tumbuh kembang anak, dan bagaimana memaksimalkan potensi anak. Namun bila membicarakan keluarga, topik tentang bagaimana mendidik anggota keluarga bukan satu-satunya pokok bahasan. Ada hal lain seperti komunikasi, yang juga teramat penting untuk diperhatikan.

Keluar dari penjara Egoisme
Unsur sosial yang ada pada setiap orang membuatnya mampu beradaptasi dalam lingkungan dengan berinteraksi dengan orang lain. Orang yang melakukan pemaknaan terhadap hidupnya akan memandang waktu dalam paradigma yang berbeda. Setiap kita memiliki cara yang berbeda dalam menjalani hidupnya. Ada yang menjalaninya dengan tujuan luhur, cita-cita yang tinggi, sasaran yang penuh ambisi, dan target yang melebihi normal. Ada sebagian lagi yang menjalankan hidupnya hari demi hari, mencari berbagai cara untuk mengisinya dengan kesenangan semata dan memilih kegiatan dimana ia bisa beroleh kegembiraan. Ada yang menjalani dengan tekanan karena kekurangan dalam berbagai hal. Kekurangannya pun berbeda-beda, ada yang kekurangan keberanian, ada yang kekurangan tekad, ada yang kekurangan optimisme, dan ada yang kekurangan tujuan, hingga hidup tak tentu arah dan tidak berhasil menemukan keberhargaan dalam hidupnya.
Kita bisa memahami bahwa setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam menghabiskan waktunya di dunia. Kita juga mengetahui bahwa tiap orang memiliki keinginan yang berbeda. Dunia berputar dengan rutinitas dan kejadian yang berbeda-beda yang menimpa tiap individu. Setiap dari kita kemudian menjalani putaran siang dan malam dengan rangkaian kejadian yang berbeda. Sejumlah orang menjalaninya dengan mantap, karena mereka menyadari bahwa ada pertanggungjawaban yang diemban untuk tiap detik waktu yang berlalu. Apakah waktu itu dihabiskan sendiri atau bersama orang lain.
Untuk memastikan bahwa kita bisa menjalankan waktu kita tiap harinya dalam keselarasan bersama sesama manusia, atau ciptaan Allah lainnya, kita harus bisa keluar dari penjara egoisme. Ego sering diasosiasikan dengan sistem kendali yang mengatur antara aliran dorongan bawah sadar yang negatif, dengan aturan atau norma yang super dari super ego. Ini dikemukakan oleh seorang yahudi. Kita tahu bagaimana mereka menebar kelengahan pada umat lain agar mereka bisa berkuasa dengan mudah. Dalam Islam, tidak seperti itu. manusia berjalan dengan gabungan kendali pikiran (aql) dan hati (qalbu). Pengaruh yang datang dari hawa nafsu pun tidak selamanya buruk. Nafs adalah fitrah. Namun membiarkan hawa-nya tidak terkendali, itu mendatangkan madharat. Sepertinya cukup untuk menerangkan ego.
Lalu apa maksud penjara egoisme dan bagaimana kita bisa terbebas darinya? Egoisme yang dimaksud disini lebih mirip konsep self centered -pemusatan pada diri- saja. Orang yang egois melakukan segala hal dengan menjadikan dirinya sebagai pusat. Tanpa mempertimbangkan bahwa ada orang lain yang terlibat.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home