Merangkai kebaikan dalam tulisan kita
“Kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan izin TuhanNya.” (Q.S. Ibrahim : 24)
Dalam setiap apapun yang kita lakukan, kita ingin agar hal itu berbuah kebaikan. Dan banyak yang mengambil hikmah dari perkataan kita tersebut. Karena itu, kita harus berupaya agar kata-kata kita dalam setiap kalimat yang kita susun terangkai penuh hikmah. Bagaimana mengupayakan hal itu?
Memulai dengan pikiran yang jernih
Pikiran yang jernih akan dapat membedakan antara akar dan dampak suatu masalah. Kita tidak akan terjebak pada berbagai perangkap kognisi yang ada dalam suatu rangkaian berita, perkataan reporter dan tulisan wartawan, tulisan dalam sejumlah buku, dari ribuan data statistik sekalipun.
Lakukan pemilahan pemikiran dari setiap kasus yang kita temui, lalu kita timbang bobot dan urgensinya. Akhirnya kita tidak berpikir pada jumlah dan angka. Dan kita juga tidak terjebak pada nama dan tokoh. Kita kemudian bisa menemukan sumber masalah. Kita kemudian bisa menemukan ide yang murni.
Kita menyadari ada perang pemikiran yang tengah berlangsung di dunia secara global dan bahwa setiap orang dapat secara sadar maupun tidak, sengaja maupun tidak, menempatkan diri mereka sebagai agen dari suatu bagian blok perang pemikiran tersebut. Yang menjadi masalah adalah bila para penyeru kebaikan mudah terjebak oleh manipulasi berita dan kamuflase fakta. Dan tidak teliti dalam melihat masalah yang sebenarnya.
Lebih buruk lagi bila ada yang terjebak dalam jerumusan pemikiran barat dan turut mendiskreditkan citra buruk pada golongan yang sebenarnya mengais perjuangan untuk mencapai sedikit kecerahan dalam kungkungan keji penindasan yang menimpa mereka.
Dan kita juga harus menyadari adanya jebakan arus pemberitaan yang dengan adanya jebakan itu, bila kita sedikit saja menempatkan diri dalam jebakan mereka, kita kemudian menuai berjuta fitnah yang tidak disangka sebelumnya.
Usahakan membuat tulisan diatas semua arus yang ada. Justru yang harus kita lakukan adalah menjernihkan semua pemberitaan yang menyudutkan kita. Kita harus mengubah haluan pemberitaan yang menekan kita dan membalikkan berbagai tuduhan tak berdasar yang mereka timpakan, ke arah mereka sendiri, untuk dipertanggungjawabkan.
Cara ini memang tidak mudah. Ini seperti menemukan jarum di tumpukan jerami. Yang bila tidak kita temukan, jerami itu akan jadi terlalu berbahaya untuk kita berikan sebagai pakan. Setelah kita temukan, cari tahu darimana asal jerami itu bila kita bisa. Lalu kita tanyakan pada mereka mengapa mereka menaruh jarum tersebut disana. Semoga analogi ini bisa sedikit membantu
Menimbang Bobot dan Urgensinya
Banyak isu yang hadir setiap hari. Banyak masalah yang terjadi di dunia. Banyak kepentingan yang bersliweran di sekeliling kita. Akan sangat menyenangkan bila kita menemukan suatu titik sumber masalah dan mematikan kerannya. Tapi terkadang kenyataan tidak berjalan semudah itu.
Karena kita hanya memiliki satu otak dan dua tangan, kita harus mengakui kemampuan kita terbatas. Memang tidak ada masalah yang tidak penting. Semua masalah itu penting dan butuh ditangani. Hanya saja, kita tidak hidup sendiri di dunia. Kita sadar dan yakin, saudara kita yang lain menangani masalah lain tersebut. Dan kemudian kita berkonsentrasi pada sejumlah hal yang bisa kita tulis berdasarkan kemampuan dan latar belakang kita.
Kita menimbang bobot dan urgensi dari masalah yang kita ingin tulis. Kita coba bahas dengan cara yang terbaik yang kita bisa. Kita tuturkan dengan bahasa yang paling sesuai dan pantas. Kita harus jaga agar tak ada yang dirugikan atau dizalimi. Kita harus berada di pihak yang benar dan menyerang pihak yang melakukan kesalahan.
Jeli dan Teliti, Berani dan Jujur dalam bertutur
Diperlukan keberanian untuk mengungkapkan hal diatas. Paling tidak, keberanian untuk keluar dari kerangka pemikiran umum yang mengitari kehidupan kita sehari-hari. Arus dan arah pemberitaan merupakan rekayasa yang dilakukan secara global. Bila kita tidak peka dan hati-hati mengambil penuturan, kita bisa menjadi wakil pihak yang salah.
Untuk itu diperlukan rangkaian kejelian, ketelitian dan kejujuran dalam memandang realita yang tersebar dalam rangkaian informasi yang selalu mengepung kita. Dan mengkerangkakan tulisan yang hendak kita sajikan dalam keseluruhan penuturan yang baik, dengan diwakili oleh rangkaian kalimat yang baik.
))berlanjut, Insya Allah
0 Comments:
Post a Comment
<< Home