jangan biarkan mereka menjadi pembunuh berikutnya.. mereka tak rela!
saya sadar tulisan ini akan membuat banyak warga fesbuk di frenlist saya, yang beberapa bergaris keras, akan kegerahan dan malah mungkin marah, seperti yang pernah diluapkan di fesbuk ini, tapi lalu saya hapus demi melindungi orang itu dari mempermalukan dirinya sendiri di page saya.
tapi apa yang saya hendak tuliskan ini teramat penting, karena menyangkut masa depan sebuah bangsa, yang (bukan katanya, tapi memang) terletak di tangan generasi mudanya.
saya sungguh terperanjat sewaktu mengisi training di sebuah SMP, beberapa waktu yang lalu. Seperti biasa, saya memberi training motivasi remaja dengan materi Bikin Life Planning. Pada saat mereka diajarkan untuk mengembangkan daya rencana mereka hingga ke waktu hidup yang paling tua, saya terkejut dengan sebuah jawaban; mati. Nah lo.. kan masih ada masa lanjut usia, kenapa mereka mengharap mati? mengapa setelah dewasa, apa yang ada di pikiran mereka adalah mati? bukan hidup sukses? apakah hidup tidak ada artinya di kepala mereka?
ya, mereka siswa dari sebuah sekolah islam. ya, mereka masih remaja. tapi tidak, mereka tidak punya rencana hidup. ternyata itulah efek buruk dari mengajarkan jihad. remaja yang ingin mati.
bisa terbayang seperti apa negeri ini nantinya, bila remajanya begitu ingin mati?
negeri yang amat porak poranda dan hancur,
negeri tanpa cita-cita
negeri tanpa kemuliaan
dan itu berasal dari pemaknaan yang salah terhadap sebuah hadits yang sebenarnya amat lurus, tapi kemudian salah dipahami oleh sebagian kaum muslim; isy kariman aumut syahidan. hidup mulia atau mati syahid.
kawan, sahabat, mari kita telaah hadits tersebut.
mengapa hidup mulia dikatakan lebih awal dari mati syahid?
mengapa bunyi hadits itu bukan ; mati syahid atau hidup mulia?
karena memang bukan itu yang diinginkan Allah SWT
Sang Pemilik Kehidupan menginginkan kita untuk HIDUP MULIA
itu saja
bila tak sanggup hidup mulia
ke laut aja deh sana (alias mati syahid)
itu maksudnya pak, bu, mas, mba, teteh, aa, yang tengah mengajarkan jihad pada siapapun.. saya meminta kalian mengintrospeksi metode dakwah yang dilakukan. bila tidak; remaja kita akan hancur, sama seperti tubuh Dani Dwi Permana, siswa SMA di Bogor (kota tempat saya tinggal) yang menjadi pelaku bom marriot. bagi saya Dani Dwi Permana adalah seorang pembunuh berdarah dingin yang dimatikan kemanusiaannya dengan doktrin-doktrin jihad yang salah.
mengapa ini begitu penting?
karena sosok remaja yang menginginkan mati itu, adalah sosok remaja-remaja yang memiliki akhlak yang baik, pengetahuan yang tinggi, dan hubungan yang baik dengan orang lain.
apa yang terjadi bila mereka mati? (atau dimatikan cita-citanya dengan berbagai cara)
maka yang akan berjaya adalah; generasi rusak yang tidak tersentuh dakwah..
relakah bila dunia ini diserahkan pada mereka yang tidak pernah tahu apapun isi quran, hanya karena mereka yang mengenal satu dua ayat saja lalu ingin mati syahid?
konon Dani Dwi Permana dan kawannya direkrut hingga mampu membunuh (ratusan korban jiwa) di hotel marriot itu, hanya dalam waktu beberapa bulan saja. dan tangis ayahnya yang berada di penjara paledang bogor begitu menyayat hati saat mengetahui anaknya sanggup menjadi pembunuh massal dengan cara meledakkan dirinya itu.
untuk anda yang masih mendukung juga perjuangan dengan metode bom itu, saya ingin tanya pada anda; sudah pernahkah anda merasakan ledakan bom?
itu saja. ledakkan saja diri anda sendiri dulu di tempat sepi. bila masih hidup baru kami percaya anda benar. atau bom nya yang gagal. kalau mau bunuh diri, lakukan sendiri, di tempat sepi, gak usah riya deh. bukankah riya juga berujung di neraka?
tapi jangan meledakkan diri di keramaian. dengan alasan kebencian. karena itu hanya akan mendatangkan korban, dan kebencian yang lebih besar lagi.
tahukah anda berapa besar kehancuran yang terjadi di afghanistan, irak, dan palestina, hanya karena sampai sekarang kaum muslimin salah memposisikan dakwahnya?
saya pernah diberi materi tentang penggunaan senjata dalam perjuangan, oleh pemateri saya yang berasal dari sebuah partai dakwah, dan saya satu lingkaran dengan adik dari presiden partai itu. jadi saya tahu betul bahwa itu memang diajarkan. bahwa itu mungkin kesalahan karena salah membeli buku, saya tidak tahu. yang jelas saya pernah diberi materi itu. dan hingga sekarang saya malas sekali datang atau bersentuhan dengan partai itu.
saya pernah merasakan ledakan bom. karena saya pernah bekerja sebagai konsultan di sebuah pabrik pembuat bahan peledak di suatu kota di jawa barat. ya. indonesia bukan negara lemah. indonesia punya tidak kurang dari 7 pabrik bahan peledak. dan hitungan produksinya mencapai hitungan ton bahan kimia yang diekspor dari afrika per bulannya. disana peledakan sisa-sisa bahan peledak yang tidak terpakai, yang tidak lolos uji, yang gagal produksi, dilakukan, dan saya bersama sahabat saya (sama-sama perempuan) merasakan langsung getaran bumi yang ditimbulkan dari ledakan bom tersebut.
sungguh bukan hal yang mudah terlupakan. tubuh saya tak henti mengigil begitu mengingat kenangan tersebut. bom bukan mainan anak SMA seperti Dani Dwi Permana.
mengapa tidak mengajarkan untuk hidup syahid?
mengapa tidak mengajarkan untuk meraih kesuksesan mulia?
mengapa masih juga mengajarkan mati?
pak guru yang dituding oleh guru-guru yang lain dari sekolah itu sebagai penyulut api semangat kematian itu, begitu merah padam mukanya. baru menyadari betapa parah kesalahan yang dilakukannya. bisakah anda tahan menyaksikan siswa atau anak anda, mengaku ingin mati? di depan anda? kecuali bila anda pembunuh berdarah dingin.. yang membuat saya makin menggigil membayangkannya..
sementara di kampus saya, di psikologi ui, intel-intel bersliweran membawa serta berbagai persiapan dengan meminta psikolog sosial membuat rancangan acara untuk penyadaran para teroris, mereka menyebutnya program deradikalisasi terorisme.
sadarkah anda para orangtua, dan para guru, bahwa bahaya salah jihad ini ada di depan mata anda?
lebih baik anda yang mati, daripada anda menyuruh anak anda mati. lebih baik anda yang mati daripada anda mengajarkan murid anda untuk mati.
walaupun dengan embel-embel yang lain, apakah itu mati konyol atau mati sial, mati tetap mati.
dan sekali seseorang itu mati, anda tak bisa menghidupkannya lagi.
untuk anda yang masih mendukung jihad dengan bom. saya mau katakan langsung di muka anda;
jangan anda sudi hidup dan makan dari pembunuhan yang dilakukan oleh orang lain.
jangan berani-beraninya anda makan dari uang hasil pembunuhan massal.
saya tahu itu ada. saya sendiri menghadapi orang yang memberi materi tentang itu. dan saya sendiri berhadapan dengan golongan yang menganggap Dani Dwi Permana sebagai orang mulia. padahal bagi saya dia tak lebih dari pembunuh massal berdarah dingin dengan tanpa otak.
bila anda golongan yang tidak sanggup hidup bersama orang lain, dan begitu mengucilkan diri, jangan sebarkan dakwah anda, jangan rekrut orang lain siapapun. pindah saja ke pulau terpencil dan beranak pinak disana sampai anda mati. tapi jangan bunuh siapapun lagi.
bila anda tidak tahu cara untuk hidup sukses, jangan ajarkan pada orang lain cara untuk mati. jangan harumkan kematian. tahukah anda itulah sebabnya negeri ini begitu ingin dihancurkan Allah dengan berbagai gempa? karena itu yang anda semua inginkan bukan? kematian? dan ketika Allah mengabulkan itu, anda malah menuding golongan lain yang salah dan kurang sholeh.
telahkah anda menganggap diri sebagai yang paling benar?
telahkah anda menganggap diri anda lebih mulia?
telahkah anda merelakan diri menjadi golongan pembunuh keji?
TIDAK!
sekali lagi TIDAK!
katakan TIDAK untuk BUNUH DIRI!
BELAJARLAH UNTUK HIDUP MULIA, HIDUP SYAHID.
BILA PUN ANDA TIDAK MATI-MATI JUGA, ANDA HARUS TETAP HIDUP.
DAN JANGAN CARI MATI.
ajarkan anak-anak (didik) anda untuk berprestasi, bukan untuk mati
ajarkan anak-anak (didik) anda untuk hidup sukses, bukan mencari cara membom
ajarkan anak-anak (didik) anda untuk hidup di era globalisasi dan bisa bekerjasama dengan semua orang dari berbagai negara. bukan untuk memancing konflik dengan mereka!
jangan sebarkan kebencian, dalam bentuk apapun.
hentikan pemboman. jangan pernah ada lagi.