Berbuat baiklah selalu
"Janganlah kamu jadikan Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan, bertakwa dan mengadakan ishlah di antara manusia . Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud , tetapi Allah menghukum kamu disebabkan yang disengaja oleh hatimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun". (Q.S. Al Baqarah 224-225)
Setiap manusia diberikan potensi untuk membangun diri dalam ketakwaan, dan pada saat yang sama, diberikan peluang untuk berbuat sebaliknya, yaitu ke arah keburukan. Ada sedikit yang membuat hati miris belakangan ini.
Banyak orang yang takut berbuat baik. Banyak orang yang memilih untuk berdiam diri, atau berbuat buruk, atau bahkan mencaci orang yang berbuat baik. Akibatnya, semakin banyak seorang berbuat baik, justru masyarakat semakin mencurigainya.
Kira-kira, mengapa bisa sampai seperti itu ya, masyarakat ini?
apakah banyak orang telah kehilangan keinginan untuk berbuat baik? Apakah sejumlah orang memang telah kehilangan hati nuraninya? Apakah banyak orang telah memilih untuk menjadi orang-orang yang tidak baik itu?
Banyak sekali kesempatan untuk berbuat baik itu terbuka, namun sepertinya penghalang terbesar itu datang dari diri kita sendiri. Rasa sungkan, rasa takut dicela, atau sebaliknya, takut dipuji. Nilai dari ikhlas dan Riya kemudian mengemuka.
Terlalu banyak orang mencaci. Terlalu besar tekanan dari cacian itu, untuk seseorang bisa berbuat baik dengan leluasa. Aneh ya, lingkungan masyarakat kita ini.
Atau mungkin, memang kebathilan telah begitu me-raja-i, me-raja-lela, dan meninggalkan semua perbuatan lain sebagai budaknya. Dan saat kebathilan telah menjadi raja, maka siapakah budaknya? kebaikan kah?
hanya sebuah renungan di sore hari
saat negeri tengah menghitung hari ke 100 dari sebuah kepemimpinan baru bangsa kami
menghitung diri :
Semoga esok pagi, mentari masih akan selalu terus bersinar lagi, dan terus terbit kembali.
Hingga bisa terus kucoba gapai bangunan amal yang telah lama terbengkalai itu, lagi.
Rabb, beri waktu untuk hidupku, seperti Kau telah berikan kekuatan untuk diri lemah ini terus bertahan, di dunia yang tak kalah rapuh dan runtuhnya.
tapi, semoga tak harus sampai menunggu pagi, untuk memulai amal apapun yang masih bisa kuretas, kulakukan, kubangun.
manusia, dunia, dan pertanggungjawaban atasnya
0 Comments:
Post a Comment
<< Home