Thursday, December 23, 2004

Melakukan Amal yang baik

dari Sayyid Sabiq dalam "Islam Kita" hal. 156

Dari Abu Hurairah, ra, bahwa Rasulullah SAW berkata,
"Bersegeralah untuk beramal saleh sebelum terjadi tujuh perkara. Kalian tidak menunggu-nunggu kecuali kemiskinan yang dilupakan, atau kekayaan yang menjadikan durhaka, atau penyakit yang membinasakan, atau ketuaan yang menyebabkan kepikunan, atau kematian yang disegerakan, atau Dajjal, sejahat-jahat kegaiban yang ditunggu, atau hari Kiamat, sedang kiamat itu lebih dashyat dan lebih pahit".
(HR Tirmidzi)

dalam bab tentang kebaikan ini, kita bisa menelaah hadits ini dengan melihat kondisi di negara kita saat ini, betapa banyak diantara kita telah menjadi terlalu egois dan lupa untuk beramal shalih dengan ikhlas, profesional, dan tepat sasaran.

1) kemiskinan yang dilupakan;
para pembuat kebijakan seolah tidak menghitung jumlah perut yang makin susah mengais makanan dengan menaikkan harga BBM yang pastinya akan menaikkan SEMUA harga barang. pertimbangannya apa? ternyata utnuk sektor kesehatan. baik sekali. dan katanya hanya 5 % pengguna BBM itu, dibanding 95% lainnya yang terbantu, benarkah?
apakah tim ekonomi kita sudah sedemikian naifnya? angka bisa sangat menipu.... dan rakyat sudah sangat berat himpitan hidupnya..
begini saja. menjaga kesehatan itu jauh lebih utama bukan, dari pada mengobati penyakit?
bila untuk membeli bahan makanan pokok saja sudah susah (karena mahal), maka
-bagaimana rakyat bisa tetap sehat?
-bagaimana rakyat bisa produktif bekerja? kita tidak bicara tentang profesional muda, tapi tentang para penyapu jalan, buruh pabrik, guru-guru, yang jumlahnya separuh dari rakyat indonesia. bagaimana bila produktifitas mereka terlemahkan oleh kebijakan satu ini?
-bagaimana anak-anak indonesia bisa cerdas? uang saku mereka akan terpotong ongkos angkutan umum yang naik? tidakkah mereka sudah cukup dibuat lelah dengan beban pelajaran dan buku2 cetak yang lagi2 mahal dan berat itu...sekali lagi, generasi macam apakah yang ingin dihasilkan oleh pemerintahan kali ini?

2. Kekayaan yang menjadikan durhaka
para pengambil kebijakan nampaknya lupa, dan terus memandang negara kita sebagai pohon uang yang tak mungkin habis, dan menghitung anggaran dengan tidak memasukkan rasa kemanusiaan disitu. ini namanya durhaka pada rakyat!! rakyat yang telah mengangkat mereka sebagai pemimpin. ternyata kekhawatiran para alim ulama itu benar, bahwa tim ekonomi yang dibuat dari bekas IMF hanya akan kembali membuat kebijakan yang lagi2 menyengsarakan rakyat. gini aja deh pak, bu, kalau memang di luar kabinet bapak/ibu memang biasa memperoleh gaji berlipat-lipat dibanding dari gaji menteri sekarang, kita nda kebeeratan kalau bapak/ibu mundur, bener deh.... (ga becanda) Tapi... demi menjunjung integritas keprofesionalan/keilmuan bapak/ibu,
bagaimana bila mencoba untuk tidak mendurhakai rakyat, dan mulai kebijakan ekonomi yang populis, egaliter alias merakyat? nanti kita sama-sama berdoa, supaya bapak dan ibu semua masuk surga, gimana?? tapi berbuat baik dulu pada rakyat, dengan tidak mengedepankan kalkulasi dan strategi ekonomi diatas kertas,
6,6% selama 5 tahun itu humble ya bu, untuk ukuran Asia Tenggara? wah wah wah.. ibu membandingkan dengan Singapura dan Malaysia? yang rakyatnya mapan, pendapatan per kapitanya tinggi, dan HDInya hebat?? apakah komparasi itu pantas, pak, bu? apakah "demi angka" rakyat kemudian dikorbankan??? rasa lapar tidak bisa berbohong pak, bu.. getirnya himpitan hidup pun akan terus memaksa rakyat untuk secara jujur mengakui, bahwa pemerintahan baru ini ... melakukan tindakan zalim pada mereka.
atau... pinter-pinteran aja, gimana? bikin diskon untuk kendaraan umum dan jasa angkutan distribusi, sementara, untuk kendaraan pribadi, tetap saja harga dinaikkan. Jadi Pak Ical dan bu Ani tetap bisa bayar bensin dengan harga mahal, sementara kita rakyat kecil, bisa beli bensin murah...
dan pak, bu, yang pake elpiji itu bukan cuma orang kaya lho... itu semua pedagang di pinggir jalan, pakenya elpiji semua pak, bu? gak pernah makan di pinggir jalan ya, pak bu? bayangkan kalau mereka semua harus ganti kompor minyak tanah?? wah, resiko kebakarannya tambah besar pak, bu... coba hitung... banyaknya kerugian yang akan timbul lagi...
sekali lagi, harta itu memang sering membutakan ya? tapi jangan jadi durhaka karena kekayaan materi maupun intelektual itu pak, bu...coba perhatikan rakyat, dari dekat.. dan gunakan mata hati untuk melihat kenyataan ekonomi kita.. apakah kurang jelas teriakan para buruh yang berdemo, pak, bu? kehidupan keseharian mereka memang begitu terhimpitnya... bayangkan uang 500ribu harus digunakan untuk menghidupi diri mereka, selama sebulan!!! padahal buat pak ical dan bu ani uang segitu cuma buat lunch sekali doang ya?? tapi ini juga untuk ibu marie pangestu dan anggota lain tim ekonomi..
kebijakan itu, harus bermuatan kebajikan. bila tidak, maka yang diputuskan dalam rencana kerja bapak/ibu itu, tidak akan bisa dinamakan kebijakan, melainkan kerusakan...terbayang tidak, melakukan kerusakan ekonomi, dan bukan kebijakan ekonomi??

3. Penyakit yang membinasakan
siapa yang bisa buta melihat kenyataan sekarang ini banyak wabah penyakit menjalar dimana-mana?? Entah karena sebab apa, apakah kita yang kurang menjaga kebersihan lingkungan? atau azab besar itu memang tengah ditimpakan pada bangsa kita?
dan mengapa pula para petugas kesehatan dan paramedis kembali melakukan kalkukasi ekonomi diatas kemanusiaan? kembali kita lihat betapa harga obat dinaikkan, kedokteran menjadi sebuah industri dan bukan lagi satu wahana kerja sosial? dan rakyat pengkonsumsi puskesmas hanya diberi vitamin dan paracetamol untuk semua penyakit yang mereka derita.. wah wah.. ini laporan langsung dari lapangan pak, bu..
tidak heran ya, wabah penyakit itu kemudian tidak habis-habis, rakyat tidak sembuh dengan mudah? ya sebabnya itu, (sebagian) para pekerja sosial dan kesehatan lupa untuk beramal shalih dan hanya bekerja demi uang... begitu rusaknyakah para petugas kesehatan di negeri kita? apa yang terjadi dengan mimpi indah yang bernama kemanusiaan???

4. Ketuaan yang menyebabkan kepikunan
ini berkaitan dengan usia manusia, semakin banyak usia kita, semakin bertambah banyak hal yang kita lupa, dan semakin besar kehilangan pengetahuan dan memori dalam otak kita, semakin sedikit kemampuan kita untuk beramal shalih.
untuk mencegah hal ini, hal yang bisa kita lakukan hanyalah mengusahakan hidup yang aktif, 'menghidupkan' hidup kita dengan amal, menjaga otak kita dengan dzikir, doa dan bacaan Al Qur'an, serta ibadah dengan baik dan bersama orang-orang yang shalih.

5. Kematian yang disegerakan
adakah yang menghitung, berapa jumlah anak kecil, remaja, dan dewasa yang tewas bunuh diri belakangan ini? konon, kebanyakan motivasi mereka adalah karena rasa malu tidak bisa membayar uang sekolah, uang buku, atau uang kegiatan sekolah... Ya Rabb...telahkah para pendidik di negeri kita menjual ilmunya dengan harga semurah itu? lalu bagaimana dengan tanda jasa yang selama ini disematkan pada diri mereka? bila sekolah dan lembaga pendidikan telah berubah menjadi satu industri besar??? dengan konspirasi bertahun-tahun dengan para penerbit buku-buku serta lembaga pendidikan.

tentang dajjal dan kiamat?? wah, saya gak tau tuh...

sekali lagi, beramal shalih!! sebelum datang 7 perkara di atas....
Banyak orang yang mengharap berkah begitu saja bisa turun ke dunia, padahal mereka lupa untuk beramal shalih.. lupa untuk berbuat baik, lupa untuk menebarkan kebaikan itu dan menjadi bagian dari masyarakat yang memberi solusi, dan bukannya menjadi masalah baru, di tengah-tengah umat..

Wallahu 'alam bis shawab...
Gina Al Ilmi
(karena ada nama yang disebut, maka saya pun menyebutkan nama, sebagai tanda pertanggungjawaban atas apa yang saya tulis dan saya katakan)
semoga kita bisa bersama-sama, melakukan kebaikan, bekerjasama dalam berbuat baik, dan membuat kebaikan itu hidup sebagai satu bagian dari masyarakat dunia, dari negeri indonesia yang sangat indah sekali ini....

0 Comments:

Post a Comment

<< Home