Friday, May 22, 2009

Pendidikan Kebahagiaan

mungkin karena yg satu ini tidak menghasilkan uang, atau kurang berguna buat daya saing bangsa, maka gak kepikiran kali yah buat bikin ini suatu hal yg resmi.. dan jadilah satu dunia yang penuh dengan manusia yang tidak bahagia..

padahal ada 2 jenis kecerdasan yang terang-terangan tertulis; kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal. kemampuan untuk hidup bahagia sendiri maupun bersama orang lain. jadi akan ada fondasi saintifik untuk terus mengembangkan hal yang satu ini.. aman lah...

sebenarnya kebahagiaan mungkin tidak perlu diajarkan, karena setiap orang bisa belajar sendiri. tidak seperti rumus-rumus fisika yang gak mungkin kita temukan sendiri kalau kita gak niat, rumus-rumus kebahagiaan bisa dengan mudah terjabarkan, karena masing-masing dari kita punya 'personal tutor' yang namanya ; hati. walaupun gak semua orang terima keberadaan 'principal' dari school of happiness ini yaitu : nurani. tapi masalahnya; harus menunggu hingga seorang anak itu dewasa untuk dia akhirnya bisa lulus dari mata pendidikan yang satu ini.. dan itu mungkin akan sudah terlambat..

tapi, akankah pendidikan kebahagiaan ini mengajarkan kita untuk menjadi 'pengejar kebahagiaan' atau yang bahasa lazimnya dibilang; hedonis. hum.. makanya ini perlu benar-benar diajarkan kayaknya ya.. justru karena keberadaan hedon-isme itu..

apakah mereka yang hidupnya hedon, full of party itu benar-benar merasa bahagia? lalu mengapa banyak dari mereka yang sukses, setelah menjadi CEO, berumur 50tahun, memiliki semua hal, bersedia membayar berapapun hanya untuk melihat pertandingan bola anaknya? (steven covey, first thing first)


karena bingung hendak menulis apa, maka aku berbincang dengan ibuku, tentang apa sih pendidikan kebahagiaan itu?
"untuk mengejar kebahagiaan?" kata ibu
"bukan, untuk selalu merasa bahagia" jawabku
"oh, berarti untuk berpikir positif?" kata ibu lagi
"ya, agar tidak terpengaruh oleh pikiran negatif" kataku

nah.. jadi bisa dikembalikan ke ; ajaran religi. bahwa, hidup harus dijaga untuk bisa tetap bahagia,dengan cara menjauhkan hidup kita, dari berbagai hal yang bisa mengganggu kelangsungannya. seperti narkoba, pergaulan bebas, kecanduan pesta, dan berbagai candu lainnya.

kemampuan untuk membebaskan diri dari ketergantungan dari 'benda' dan 'bentuk'
kemampuan untuk bisa bahagia tanpa kehadiran apapun atau sesuatu pun
kemampuan untuk melepaskan diri dari kebutuhan atau ketidakbutuhan, bahkan untuk menemukan apa yang sebenarnya dibutuhkan dan tidak.
kemampuan untuk bisa berpikir mandiri dan bertindak mandiri, jauh dari konformitas, dan menemukan 'diri sendiri' dalam 'kebahagiaan sejati'. nah ini..

lalu, ke-4 kemampuan di atas, bisakah diajarkan, pada anak-anak?
satu hal mengapa aku ingin ini ada untuk benar-benar diajarkan, bukan hanya karena curhatan sahabatku sore ini tentang anaknya yang sempurna dan bahagia dalam pendapat semua orangtua di sekitarnya (yang justru membuatnya khawatir karena tidak dapat mendeteksi apa sebenarnya perasaan anaknya.. pendiam siiiihhhh...) ibu sempurna yang siap menerima apapun keadaan anaknya, bahkan bila cacat sekalipun, tapi kesulitan menghadapi kenyataan bahwa anaknya tu baik-baik saja.. (masih bisa dioptimalkan kok. sifat seperti keceriaan bisa diajarkan juga lho, biar 'bintang'nya benar-benar bersinar)

sebenarnya pendidikan karakter bukan hanya soal 4 hal diatas. buku-buku mengenai karakter yg banyak dipakai di malaysia dan singapura (untuk dibaca anak-anak ataupun guru) berisi ratusan perangkat karakter dan penjelasannya, dan bagaimana mempraktekkannya. masalahnya, belum populer di indonesia. mungkin karena pendidikan karakter masih barang mahal kali ya? (padahal ada ratusan sekolah karakter gratis lhoooooooo, dari seorang doktor perempuan dari ipb)

dan bahagia itu adalah; hasil dari karakter. berhubung sekarang zaman serba instan, rasanya tak perlu menunggu anak-anak dewasa untuk mereka bisa menemukan apa itu sebenarnya 'kebahagiaan'. dengan resiko zaman yang seperti sekarang, mungkin akan sangat terlambat, bila mereka dibiarkan untuk hidup begitu saja tanpa diajarkan apa itu sebenarnya 'bahagia'.

kenapa ini perlu? konon karena salah seorang ibu dari 2 murid dengan karakter berbeda, yang anak2nya itu pernah mengikuti CREA kids, pernah memohon untuk menyimpan berlembar-lembar kuesioner yang pernah saya berikan untuk dokumentasi kegiatan, namun tidak bisa saya kabulkan. dan.. saya duga salah satunya karena bahan kuesioner mengenai kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal itulah, yang 'menyentuh'nya. pertanyaan tentang apakah anaknya bisa mengetahui saat ia merasa bahagia atau tidak..

banyak sekali sebenarnya bahan ajar yang bisa dikumpulkan untuk 'pendidikan kebahagiaan' ini. literatur hikmah, renungan-renungan harian, semua yang mengajarkan tentang pendidikan hati, kecerdasan nurani, sifat-sifat utama, dan sebagainya. semua mengajarkan tentang ; kebahagiaan sejati.


tapi tentu saja akan banyak sekali yang harus diajarkan ya?
life planning, goal setting, dream building, not to mention character building dan emotional intelligence.. semuanya adalah ; quest to happiness, pursuit to happiness.. perjalanan dan pencarian menuju kebahagiaan sejati..