Tuesday, December 28, 2004

nasihat besar untuk negeri?

Ya Rabb.. janganlah Engkau berikan cobaan yang tak sanggup kami menanggungnya..

dan semoga runtuh semua kesombongan dan keangkuhan yang masih ada..
hingga musibah besar ini jadi pensucian besar untuk kita semua
kini, esok, dan mungkin hingga banyak hari ke depan
belum akan sembuh semua luka besar ini..

Rabbi, kami tahu, setelah ini, masih ada
ribuan anak yang kehilangan orangtuanya,
jutaan keluarga kehilangan tempat tinggalnya,
dan ratusan aktivitas hidup yang terbengkalai penuh..
dan semua itu harus kami jadikan tanggung jawab yang kami emban bersama
sebagai satu negeri, satu umat manusia, yang saling peduli dan saling mengemban tanggung jawab bersama

dan nyawa yang hilang
kumohon, terimalah sebagai syahid di jalanMu..
hingga meringan keluarga mereka yang ditinggalkan..

dan untuk kami sebagai sebuah bangsa,
kumohon, tegarkan kami semua dalam menghadapi cobaan ini
berikan kekuatan dan keteguhan di hati para pemimpin negeri ini, untuk membantu rakyatnya dengan sepenuh tenaga dan kekuatan yang mereka miliki, dan agar tidak lemah langkah dan hati mereka menghadapi semua ini..

sungguh kami percaya semua ini adalah sebuah cobaan untuk Kau tinggikan kami dengan keberkahan yang tersembunyi di baliknya..
dan jangan Kau lemahkan kami setelah semua ini Ya Rabb...
Tegarkan Kami sebagai sebuah bangsa..
Tegarkan kami sebagai umat manusia yang kau amanahi berada di tanah belahan bumi ini
hingga tetap kemilau gemilang itu yang kami kan songsong di depan..

negeri hijau biru yang ditimpahi cahaya dan karunia
negeri kami, Indonesia
semoga dengan ini, makin bersatu dalam ketakwaan padaMu
berikan untuk kami sebagai sebuah bangsa.. ketundukan padaMu, seluruhnya..
Amiin Ya Rabbal 'alamiin...

Thursday, December 23, 2004

Melakukan Amal yang baik

dari Sayyid Sabiq dalam "Islam Kita" hal. 156

Dari Abu Hurairah, ra, bahwa Rasulullah SAW berkata,
"Bersegeralah untuk beramal saleh sebelum terjadi tujuh perkara. Kalian tidak menunggu-nunggu kecuali kemiskinan yang dilupakan, atau kekayaan yang menjadikan durhaka, atau penyakit yang membinasakan, atau ketuaan yang menyebabkan kepikunan, atau kematian yang disegerakan, atau Dajjal, sejahat-jahat kegaiban yang ditunggu, atau hari Kiamat, sedang kiamat itu lebih dashyat dan lebih pahit".
(HR Tirmidzi)

dalam bab tentang kebaikan ini, kita bisa menelaah hadits ini dengan melihat kondisi di negara kita saat ini, betapa banyak diantara kita telah menjadi terlalu egois dan lupa untuk beramal shalih dengan ikhlas, profesional, dan tepat sasaran.

1) kemiskinan yang dilupakan;
para pembuat kebijakan seolah tidak menghitung jumlah perut yang makin susah mengais makanan dengan menaikkan harga BBM yang pastinya akan menaikkan SEMUA harga barang. pertimbangannya apa? ternyata utnuk sektor kesehatan. baik sekali. dan katanya hanya 5 % pengguna BBM itu, dibanding 95% lainnya yang terbantu, benarkah?
apakah tim ekonomi kita sudah sedemikian naifnya? angka bisa sangat menipu.... dan rakyat sudah sangat berat himpitan hidupnya..
begini saja. menjaga kesehatan itu jauh lebih utama bukan, dari pada mengobati penyakit?
bila untuk membeli bahan makanan pokok saja sudah susah (karena mahal), maka
-bagaimana rakyat bisa tetap sehat?
-bagaimana rakyat bisa produktif bekerja? kita tidak bicara tentang profesional muda, tapi tentang para penyapu jalan, buruh pabrik, guru-guru, yang jumlahnya separuh dari rakyat indonesia. bagaimana bila produktifitas mereka terlemahkan oleh kebijakan satu ini?
-bagaimana anak-anak indonesia bisa cerdas? uang saku mereka akan terpotong ongkos angkutan umum yang naik? tidakkah mereka sudah cukup dibuat lelah dengan beban pelajaran dan buku2 cetak yang lagi2 mahal dan berat itu...sekali lagi, generasi macam apakah yang ingin dihasilkan oleh pemerintahan kali ini?

2. Kekayaan yang menjadikan durhaka
para pengambil kebijakan nampaknya lupa, dan terus memandang negara kita sebagai pohon uang yang tak mungkin habis, dan menghitung anggaran dengan tidak memasukkan rasa kemanusiaan disitu. ini namanya durhaka pada rakyat!! rakyat yang telah mengangkat mereka sebagai pemimpin. ternyata kekhawatiran para alim ulama itu benar, bahwa tim ekonomi yang dibuat dari bekas IMF hanya akan kembali membuat kebijakan yang lagi2 menyengsarakan rakyat. gini aja deh pak, bu, kalau memang di luar kabinet bapak/ibu memang biasa memperoleh gaji berlipat-lipat dibanding dari gaji menteri sekarang, kita nda kebeeratan kalau bapak/ibu mundur, bener deh.... (ga becanda) Tapi... demi menjunjung integritas keprofesionalan/keilmuan bapak/ibu,
bagaimana bila mencoba untuk tidak mendurhakai rakyat, dan mulai kebijakan ekonomi yang populis, egaliter alias merakyat? nanti kita sama-sama berdoa, supaya bapak dan ibu semua masuk surga, gimana?? tapi berbuat baik dulu pada rakyat, dengan tidak mengedepankan kalkulasi dan strategi ekonomi diatas kertas,
6,6% selama 5 tahun itu humble ya bu, untuk ukuran Asia Tenggara? wah wah wah.. ibu membandingkan dengan Singapura dan Malaysia? yang rakyatnya mapan, pendapatan per kapitanya tinggi, dan HDInya hebat?? apakah komparasi itu pantas, pak, bu? apakah "demi angka" rakyat kemudian dikorbankan??? rasa lapar tidak bisa berbohong pak, bu.. getirnya himpitan hidup pun akan terus memaksa rakyat untuk secara jujur mengakui, bahwa pemerintahan baru ini ... melakukan tindakan zalim pada mereka.
atau... pinter-pinteran aja, gimana? bikin diskon untuk kendaraan umum dan jasa angkutan distribusi, sementara, untuk kendaraan pribadi, tetap saja harga dinaikkan. Jadi Pak Ical dan bu Ani tetap bisa bayar bensin dengan harga mahal, sementara kita rakyat kecil, bisa beli bensin murah...
dan pak, bu, yang pake elpiji itu bukan cuma orang kaya lho... itu semua pedagang di pinggir jalan, pakenya elpiji semua pak, bu? gak pernah makan di pinggir jalan ya, pak bu? bayangkan kalau mereka semua harus ganti kompor minyak tanah?? wah, resiko kebakarannya tambah besar pak, bu... coba hitung... banyaknya kerugian yang akan timbul lagi...
sekali lagi, harta itu memang sering membutakan ya? tapi jangan jadi durhaka karena kekayaan materi maupun intelektual itu pak, bu...coba perhatikan rakyat, dari dekat.. dan gunakan mata hati untuk melihat kenyataan ekonomi kita.. apakah kurang jelas teriakan para buruh yang berdemo, pak, bu? kehidupan keseharian mereka memang begitu terhimpitnya... bayangkan uang 500ribu harus digunakan untuk menghidupi diri mereka, selama sebulan!!! padahal buat pak ical dan bu ani uang segitu cuma buat lunch sekali doang ya?? tapi ini juga untuk ibu marie pangestu dan anggota lain tim ekonomi..
kebijakan itu, harus bermuatan kebajikan. bila tidak, maka yang diputuskan dalam rencana kerja bapak/ibu itu, tidak akan bisa dinamakan kebijakan, melainkan kerusakan...terbayang tidak, melakukan kerusakan ekonomi, dan bukan kebijakan ekonomi??

3. Penyakit yang membinasakan
siapa yang bisa buta melihat kenyataan sekarang ini banyak wabah penyakit menjalar dimana-mana?? Entah karena sebab apa, apakah kita yang kurang menjaga kebersihan lingkungan? atau azab besar itu memang tengah ditimpakan pada bangsa kita?
dan mengapa pula para petugas kesehatan dan paramedis kembali melakukan kalkukasi ekonomi diatas kemanusiaan? kembali kita lihat betapa harga obat dinaikkan, kedokteran menjadi sebuah industri dan bukan lagi satu wahana kerja sosial? dan rakyat pengkonsumsi puskesmas hanya diberi vitamin dan paracetamol untuk semua penyakit yang mereka derita.. wah wah.. ini laporan langsung dari lapangan pak, bu..
tidak heran ya, wabah penyakit itu kemudian tidak habis-habis, rakyat tidak sembuh dengan mudah? ya sebabnya itu, (sebagian) para pekerja sosial dan kesehatan lupa untuk beramal shalih dan hanya bekerja demi uang... begitu rusaknyakah para petugas kesehatan di negeri kita? apa yang terjadi dengan mimpi indah yang bernama kemanusiaan???

4. Ketuaan yang menyebabkan kepikunan
ini berkaitan dengan usia manusia, semakin banyak usia kita, semakin bertambah banyak hal yang kita lupa, dan semakin besar kehilangan pengetahuan dan memori dalam otak kita, semakin sedikit kemampuan kita untuk beramal shalih.
untuk mencegah hal ini, hal yang bisa kita lakukan hanyalah mengusahakan hidup yang aktif, 'menghidupkan' hidup kita dengan amal, menjaga otak kita dengan dzikir, doa dan bacaan Al Qur'an, serta ibadah dengan baik dan bersama orang-orang yang shalih.

5. Kematian yang disegerakan
adakah yang menghitung, berapa jumlah anak kecil, remaja, dan dewasa yang tewas bunuh diri belakangan ini? konon, kebanyakan motivasi mereka adalah karena rasa malu tidak bisa membayar uang sekolah, uang buku, atau uang kegiatan sekolah... Ya Rabb...telahkah para pendidik di negeri kita menjual ilmunya dengan harga semurah itu? lalu bagaimana dengan tanda jasa yang selama ini disematkan pada diri mereka? bila sekolah dan lembaga pendidikan telah berubah menjadi satu industri besar??? dengan konspirasi bertahun-tahun dengan para penerbit buku-buku serta lembaga pendidikan.

tentang dajjal dan kiamat?? wah, saya gak tau tuh...

sekali lagi, beramal shalih!! sebelum datang 7 perkara di atas....
Banyak orang yang mengharap berkah begitu saja bisa turun ke dunia, padahal mereka lupa untuk beramal shalih.. lupa untuk berbuat baik, lupa untuk menebarkan kebaikan itu dan menjadi bagian dari masyarakat yang memberi solusi, dan bukannya menjadi masalah baru, di tengah-tengah umat..

Wallahu 'alam bis shawab...
Gina Al Ilmi
(karena ada nama yang disebut, maka saya pun menyebutkan nama, sebagai tanda pertanggungjawaban atas apa yang saya tulis dan saya katakan)
semoga kita bisa bersama-sama, melakukan kebaikan, bekerjasama dalam berbuat baik, dan membuat kebaikan itu hidup sebagai satu bagian dari masyarakat dunia, dari negeri indonesia yang sangat indah sekali ini....

Thursday, December 16, 2004

Kekuatan Kalimat Syahadat

Bouncing the pace, keeping the limit; dinamizing the societies!
With the Power of Syahadatain unites

Menghadapi keprofesionalan musuh, tak ada yang bisa kita lakukan kecuacuali mengeluarkan apa yang terbaik dari diri kita. Karena apa yang ada pada diri kita itu adalah untuk pengabdian besar itu. untuk Allah dan keagungannNya.
Kaum Muslimin seringkali tidak menyadari kekuatan yang mereka miliki dalam diri mereka. Padahal semua keagungan itu telah kita rengkuh hanya dengan mengucapkan syahadat itu. dan kekuatan itu, terbukanya peluang bagi tiap manusia, untuk menjadi khalifah di atas bumi itu, adalah kemestian.
Dengan syahadat, manusia menjadi mulia. Kita bisa bicara banyak tentang banyak hal. Tapi kesaksian yang sebenarnya terkadang baru bermula saat pembuktian. Saat kita menghadapi hal besar seperti kesatuan musuh, dan bukan kesatuan kita yang makin solid.

Kekuatan syahadat, haruslah diwujudkan secara bersama-sama, harus dengan setiap pelafalnya, saling berkasih sayang (raufurn rahim) diantara mereka, dan bersikap tegas terhadap orang kafir yang menghinakan Allah SWT dengan kata-kata dan perbuatn mereka. dan menghinakan keberadaan saudara kita sesama Muslim, yang bahkan tidak melakukan suatu tindakan zalim apapun.

Genosida atau pembunuhan massal terhadap kaum muslimin telah terjadi di berbagai penjuru dunia. dan kita tidak ingin hal sedemikian masih tetap dilakukan diatas bumi ini. Tidak oleh siapapun! Tidak oleh negara manapun!

Siapa yang mungkin bisa melupakan kepedihan kita atas apa yang terjadi di Bosnia, Afghan, Irak, Cechnya, Palestina, dan yang paling pedih yang tak juga bersedia kita akui : di negeri kita yang kita cintai ini. Ya, itu terjadi. Tapi kita harus menahan diri kita dari berpecah belah atau diadu domba. Kita tidak ingin luka yang masih mengaga itu, dimanfaatkan musuh Islam untuk mengoyak negeri kita tercinta ini. Kita tidak ingin ada dari luka serupa itu, membuat kita melakukan tindakan membabi buta.

Keagungan dan kemuliaan ada dalam kalimat Allah SWT, yang meninggikan kedudukan Muslim di atas dunia dan seisinya. Karena itu, kita harus bersikap dewasa dan mencoba menyelesaikan konflik internal tersebut tanpa menyakiti siapapun. Bahkan pada umat lain karena kita tidak bicara tentang darah, tapi nilai kemanusiaan.

Nilai kemanusiaan itu, manusia di atas keberadaan dirinya di dunia; berada untuk menjadi pemakmur bumi. Allah mengagungkan manusia di atas esemua makhluk lain adalah untuk menebarkan keselamatan di atas dunia. untuk itu, Islam diturunkan. Untuk menyelamatkan manusia dari kezaliman manusia lainnya.

Kekuatan kalimat syahadat itu berasal dari pernyataan kebebasan tersebut. Bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Sementara banyak manusia yang tidak menempatkan syahadat di dalam hatinya, hanya melandaskan semua hal pada hitungan materi, kalkulasi sosial, atau berbagai analisa lainnya. Sementara mereka yang memiliki kekuatan syahadat ini, hanya melandaskan kekuatannya itu pada Allah SWT semata. Tidak ada lagi awal, tujuan, atau kekuatan yang dijadikan tempat bergantung, selain Allah SWT.

Berkat syahadat inilah, satu umat muslim kemudian menjadi sangat kuat. Kita tidak bisa dibeli, ditawar, oleh kekuatan manapun, karen kita telah menjual diri kita dan jiwa kita hanya kepada Allah SWT. kita juga tidak memiliki tujuan selain RidhaNya itu, sehingga kebersatuan kita kemudian adalah karena Allah SWT semata, sehingga tidak terbeli oleh bujuk rayu atau tawaran yang bersifat materi atau sosial. berkat semua itu, segala apa yang ada di dalamnya menjadi bersih. Apa yang ada di dalamnya menjadi terbebas dari berbagai penyimpangan tujuan yang mungkin terjadi itu.

Allah SWT kemudian mengutus untuk kita, rasulNya, yang menurunkan petunjuk kepada seluruh umat manusia di dunia sampai akhir zaman. Barisan penegak risalah ini kemudian meneruskan keteladanan yang turun melalui Nabi Muhammad SAW, untuk ditebarkan ke seluruh penjuru bumi.

Terbayang betapa sangat indah, bila para pelafal syahadat di seluruh dunia, bersatu. Menegakkan bersama syahadat itu, di atas bumi setelah sebelumnya telah tegak di atas hati masing-masing dari kita. . Menegakkan syahadat, dalam perilaku kita, tutur kata kita, keseharian kita, amalan kita, langkah bersama kita, untuk menjadi rahmatan lil ‘alamin bagi seluruh umat manusia di dunia.

Terbayang betapa sangat menyejukkan, bila keadaan seperti itu benar-benar terjadi. Dan kita, bisa mewujudkan itu. kita bisa mengupayakan kebersatuan umat itu, menjadi nyata, dari manusia atas manusia. Saling bersaudara, saling membantu dan mendukung melakukan amal bersama. Bersama seluruh umat manusia. Bersatu dalam ketundukan kepada Allah SWT.

Wednesday, December 08, 2004

Sinema dan Budaya (2)

“Cara kita melihat masalah, seringkali menjadi masalah”
(anonim).

Para sinemator berkilah bahwa mereka memiliki alasan sosial di balik eksploitasi perilaku seksual yang mereka gambarkan di film-film mereka. mereka berkilah dengan berbagai dalil bahwa mereka mencoba memberikan pada masyarakat “realita” hidup agar mereka tersadar. Mereka lupa bahwa sebagian besar masyarakat tidak “secerdas itu”. sebagian besar penonton terdiri dari kaum muda dan kaum yang “tidak tahu” yang penasaran dengan apa yang akan mereka saksikan. Justru kalangan yang mereka sasar sebagai target “pemberitahuan informasi realitas sosial” itu memilih untuk tidak datang ke bioskop, karena tahu bahwa mereka “tidak akan mendapat hal yang penting” dari apa yang disajikan itu. bahkan, tidak terhibur sama sekali. Dan justru sangat terganggu dengan film-film yang sedemikan vulgar, provokatif dan merusak.
Dan mereka yang datang menonton justru adalah mereka yang memiliki dorongan ingin tahu dan coba-coba yang sangat tinggi. Hingga bisa ditebak setelah menyaksikan hal sedemikian, yang akan terjadi adalah mereka mencoba untuk “mempraktekan” atau meniru apa yang mereka baru saja saksikan.
Cara kita melihat masalah, seringkali menjadi masalah, terutama apabila fakta diputarbalikkan dengan begitu sungguh-sungguh.
Sekarang, siapa yang naif?

Menindak Pornografi dan Pornoaksi sebagai Kejahatan Budaya

Mungkin selama ini kita belum pernah mendengar tentang kejahatan budaya (culture crime). Namun tanpa kita sadari, hal tersebut ada dan terjadi di sekeliling kita. Sebelum membahas, kita definisikan bersama bahwa Kejahatan Budaya merupakan pola perusakan dari satu tatanan yang sebelumnya tertib, yang dilakukan dengan melakukan berbagai pelanggaran hak, menggunakan berbagai sarana yang tidak legitimate, dan menggunakan berbagai cara yang lebih banyak mendatangkan keburukan dibanding kebaikan, dengan untuk tujuan mengambil keuntungan bagi pelakunya.
Kejahatan budaya menimbulkan pergesaran norma dan nilai sosial dan psikologis di masyarakat. Sejumlah batasan perilaku menjadi bergeser, nilai-nilai luhur terpinggirkan, dan kerusakan perilaku menjadi satu gejala sosial. Kemudian, kejahatan budaya yang dijadikan contoh di masyarakat itu menerpa dan membanjir menjadi satu trend, atau yang lebih gawatnya lagi, menjadi satu perilaku menetap yang oleh masyarakat diambil sebagai bagian dari perilaku keseharian mereka.
Contoh yang paling nyata adalah dari goyang dangdut. Sekarang ini, para pedangdut berlomba-lomba untuk menciptakan berbagai gaya goyang mutakhir dengan tanpa mengedepankan rasa malu, dan tanpa rasa peduli bahwa apa yang mereka lakukan kemudian ditiru oleh anak-anak dan remaja yang belum bisa mencerna hal itu sebagai hanya satu bagian dari hiburan sejenak. Dan sejumlah orang dewasa, baik yang berpendidikan rendah maupun tinggi, menggunakan hal itu sebagai pemuas nafsu tanpa memikirkan akibat dari pemuasan nafsu sesaat itu.
Budaya adiluhung bangsa kita mengedepankan nilai moral dan perilaku yang tinggi, menjunjung adat ketimuran yang luhur, yang mengedepankan rasa malu, mengutamakan perilaku beradab, ketertiban dan kepatuhan terhadap nilai sosial dan adat istiadat yang ada di masyarakat. Namun intrusi dari budaya luar, menjadikan pola perilaku merusak tersebut sebagai bagian dari adopsi budaya yang ditelan bulat-bulat. Hal ini mengakibatkan kerusakan pada pola perilaku tertib dan berbudaya tinggi yang sebelumnya ada pada bangsa kita. Bahkan, nilai luhur tidak lagi bisa kita temui dengan mudah. Kesantunan dan penghormatan antar sesama manusia menjadi sesuatu yang langka.
Kita tahu bahwa pornografi dan nudisme banyak diadaptasi dari budaya yunani dan kristen modern seperti yang diabadikan michaelangelo dalam karya-karyanya di gereja Roma. Ia yang mempelajari anatomi tubuh manusia, akan menjadikan karyanya berharga dalam bidang kedokteran dan anatomi. Tapi bahkan pada zamannya sendiri, ia banyak dikritik dan mendapatkan protes yang besar dari masyarakat berbudaya pada zaman itu. Mungkinkah kenakalan dan absudritas ekspresi Michaelangelo merupakan hasil dari represi berat akibat kehidupan kerahiban yang dilakukannya? Pada kasus ini, hal ini tak kan dibahas.
Yang kemudian jadi persoalan adalah, karya-karyanya kemudian dijadikan acuan ekspresi seni dan keindahan. Hingga mengaburkan semua batasan antara pornografi dan seni. Bila seni ia menjadi adiluhung, dan bila pornografi ia menjadi menjijikkan. Padahal, esensinya tetap sama, yaitu eksploitasi fisik dari manusia secara keterlaluan. Apa yang ada dalam karya-karya michaelangelo mengedepankan fenomena surga dan neraka, serta kematian. Yang dalam hal tersebut, di surga dan neraka dan dalam alam kematian atau kelahiran, manusia hadir memang tanpa mengenakan atribut fisik.
Namun sayangnya seniman sekarang tidak cukup cerdas untuk menjamah maksud michaelangelo dengan karya-karyanya sebagai peringatan bagi manusia untuk menjauhi kehidupan nuditas sedemikian, karena itu merupakan representasi kehidupan terlarang bagi manusia. Dan seharusnya para seniman bisa memahami itu sebagai satu bagian dari nasihat besar untuk umat manusia menjauhi hal yang sedemikian, dan bukan kemudian menirunya, melakukan hal yang serupa, atau lebih parah dari itu. Bahkan seniman harus melihat itu dari kacamata michaelangelo yang melakukan kehidupan kerahiban. Bahwa ia tidak pernah melakukan hal seperti yang ia lukiskan dan ukirkan itu.
Apa yang dilakukan michaelangelo adalah sebagai peringatan bagi manusia untuk tidak menjadikan nuditas atau kepornoan sebagai bagian dari hidup. Dan bahwa semua itu hanya akan mendatangkan kerusakan.
Sayangnya, mereka yang mengaku seniman saat ini, tidak melihat ke arah sana. Mereka seenaknya mengeksploitasi fisik manusia sevulgar-vulgarnya, seberani-beraninya hingga tanpa batasan. Yang menjauhkan manusia dari kebaikan yang diberikan dalam tuntunan agama. Walaupun batasan aurat kita temui dalam kehidupan umat Islam saja, yang memberikan tuntunan yang selamat untuk kaumnya agar tidak jatuh dalam perilaku sedemikian. Namun bukan berarti umat yang lain pun tidak memiliki tuntunan serupa itu. Dan karena itu kita harus membimbing bersama seluruh masyarakat dari lapisan umat manapun, karena secara bersama-sama manusia diciptakan untuk menjadi kebaikan bagi bumi dan seisinya. Memakmurkan dan menjaganya.
Apabila keterbukaan fisik itu kita lihat di dalam ruang mayat, untuk menunjukkan organ tubuh manusia secara rinci, tentu kita tidak berkeberatan. Namun yang menjadi masalah adalah, fisik manusia hidup yang dieksplotasi secara visual untuk dijadikan hiburan bagi orang banyak. Kita kemudian bertanya; “Apa maksud mereka dengan semua itu?” Apa yang bisa diperoleh manusia dari melihat bagian tubuh manusia lainnya secara terbuka? Adakah yang bisa menjawab?
Sensasi visual yang didapatkan dari melihat bagian fisik biasanya muncul dari asosiasi antara input visual tersebut dengan ingatan atau memori yang tersimpan dalam pikiran manusia. Oleh psikolog, hal seperti melihat bagian tubuh ibu dikaitkan dengan sensasi hapusnya rasa haus dengan meminum air susu, atau pada kehangatan pelukan ibu. Yang ini berarti, sensasi visual itu pasti dialami oleh semua manusia yang pasti mamalia.
Karena itu, sekecil atau setua apapun manusia, pasti mengalami sensasi visual seperti itu. Walau derajat dan efeknya berbeda-beda.
Yang menjadi masalah besar adalah, imput visual fisik tersebut menimbulkan aktifnya hormon tertentu pada manusia yang menyebabkan reaksi organ fisik manusia. Pada manusia dewasa atau yang menjelang dewasa, hal ini menjadi bertambah gawat karena sekresi hormonnya menguat dan membutuhkan pemenuhan. Untungnya, manusia dewasa memiliki otak dengan memori dan pengalaman yang terdiri dari berbagai tata aturan yang mencegah mereka untuk berbuat hal yang merugikan diri mereka sendiri. Namun pada anak-anak dan remaja, reaksi organ fisik karena input visual fisik tersebut belum dapat mereka cerna dengan baik. Akibatnya, terjadi berbagai perilaku coba-coba yang membahayakan. Sejumlah informasi di lapangan menyebutkan bahwa banyak anak putri sekarang telah mengalami menstruasi sejak umur 8-9 tahun, dan kanak-kanak putranya, berkat shinchan dan sailormoon telah mengetahui tentang hubungan seksual sejak kelas 1-2 SD sejak mereka mulai bisa membaca atau menyimak kartun di televisi.
Bayangkan kerusakan yang akan terjadi pada bangsa ini dengan tingkat penyebaran pornografi dan pornoaksi yang demikian deras, dengan kenyataan lapangan sedemikian.
Kita sungguh takut akan bahaya AIDS dan pergaulan bebas, beserta narkoba dan kriminalitas yang datang dalam satu paket.
Kita harus sangat berhati-hati dalam melukiskan berbagai fenomena yang menggejala di masyarakat ini. Kita tidak ingin mereka dengan mudahnya meniru berbagai tindakan yang seharusnya “hanya dilakukan orang dewasa” tersebut, hanya karena sejak kecil mereka telah “tahu bagaimana” melakukannya. Bila satu dari lima anak sudah tahu tentang sex. Ia akan menyebarkannya pada empat yang lainnya. Dan bila dalam populasi satu dari seratus itu ada anak yang tidak dididik dengan baik, dan terdorong untuk coba-coba. Bayangkan berapa 1 : 100 dari seluruh anak di seluruh Indonesia? Bayangkan berpa juta jumlah anak (apalagi remaja) yang rusak karena pornografi dan pornoaksi ini?
Dan kita tidak hanya bicara tentang kerusakan perilaku yang hingga harus dipenjara, tapi juga kita bicara tentang pelecehan yang bisa dilakukan anak pria terhadap teman anak wanitanya. Dan ini membuat, anak manapun akhirnya bisa menjadi sasaran, bila kita tidak melakukan pendidikan dan pencegahan untuk itu.
Mengapa hal ini sangat penting? Karena setiap waktu dalam hidup seorang anak manusia adalah tumpuan bekal untuk seumur hidupnya, hingga bila bekal tersebut cemar, maka akan bisa tak bersih pula ia di kehidupan selanjutnya kelak.
Siapa yang harus disalahkan untuk kerusakan budaya ini?
Saya ingin dengan terang-terangan menuding pihak penyebar pornografi dan pornoaksi sebagai keran perusak budaya dan biang kejahatan budaya ini. Dan ingin meminta publik dan pemerintah secara terbuka menyatakan para pelaku penyebar pornografi maupun semi pornografi, sebagai pelaku kejahatan budaya. Dan para pelaku pornoaksi sebagai ikon perusak budaya.
Kita ingin nama Indonesia harum sebagai negara berbudaya tinggi, dengan anak-anak yang cemerlang dan cerdas prestasinya. Dan bukan sebagai negara dengan rangking pornografi tertinggi kedua di dunia setelah Swedia.
Negara kita adalah sasaran empuk bagi peredaran konsumsi apapun, karena populasinya yang banyak dan sistem pengendalian hukumnya yang lemah. Dan ini menjadikan para pelaku bisnis hiburan dan media perusak menempatkan indonesia sebagai target yang tidak main-main. Kita tahu telah banyak pelaku bisnis media dan hiburan asing yang menempatkan investasinya di Indonesia. Namun sayangnya, mereka jarang menghormati budaya kita dan justru banyak memberikan budaya mereka secara bulat terbuka bagi seluruh masyarakat kita untuk dikonsumsi. Bahkan para pelaku pornografi lokal pun makin menjamur. Akibatnya, media porno maupun hiburan porno itu banyak ditemui dengan mudah dan murah.
Penulis ingat sekali dengan teman sekelas yang bersama teman satu gengnya menunjukkan majalah, foto dan kartu-kartu porno mereka yang dibawa ke dalam kelas. Padahal itu terjadi di sekolah unggulan. Bagaimana dengan di sekolah lain yang sistem kendali siswanya lebih lemah ? dan itu saja sudah cukup membuat penulis dan teman-teman ketakutan akan perilaku mereka yang melihat-lihat gambar porno itu selama jam belajar. Lalu apa yang mereka lakukan selepas pulang sekolah? Sungguh sangat tidak terbayangkan.
Dan hal itu telah menjadi fenomena yang jamak di remaja kita. Di anak-anak sekolah dasar kita. Bayangkan kekagetan siswa, guru, dan tim redaksi buku tahunan sekolah yang menemukan kata-kata “use the rubber” dituliskan tanpa malu-malu dan ditulis terbuka didepan teman-teman sendiri? Lalu apa yang telah mereka lakukan bahkan sebelum mereka lulus sekolah menengah? Kita harus berhenti menjadi naif dan menyadari bahwa perilaku demikian terjadi pada orang-orang di sekeliling yang tanpa disadari lagi.
Lalu bagaimana dengan orangtua mereka? atau kita menyalahkan para guru sekolah kah? Atau pada guru ngaji kah? Atau polisi kah? Atau politisi kah? Jangan salahkan guru, orang tua, polisi, atau guru ngaji. Mereka selalu mengharapkan kebaikan, mengusahakan pendidikan dan memberikan bimbingan dengan tulus. Bukan mereka yang bersalah atas apa yang terjadi pada remaja kita.
Yang bersalah adalah penerbit media porno atau semi porno, penulis porno dan semi porno, sinemator porno dan semi porno, serta para pelaku pornografi dan pornoaksi tersebut. Merekalah penjahat besarnya. Merekalah yang harus ditindak secara terbuka. Setajam silet. Dan menerima hukuman seberat-beratnya. Dan mereka harus diumumkan sebagai pelaku kejahatan budaya.
Lebih lanjut dari itu, demi menjaga agar budaya kita tidak semakin rusak. Kita harus mengutuk dan menghina pornografi sebagai perilaku sangat rendah. Dan bukan cenderung membiarkannya secara permisif seperti sekarang. Kita mulai dari diri kita sendiri, dan kita mulai dengan menjaga lingkungan kita. Kita juga menyerukan agar aparat dalam sistem kendali dan penegakan hukum memberikan sanksi secara tegas dan terbuka kepada para pelaku pornografi dan pornoaksi tersebut.